13. Senyumnya adalah kelemahanku.
***
"Gue mau nemuin (Namakamu)!" Ucapku setelah Bastian menjelaskan mengapa dia tidak memberitahuku perihal apa yang ia ketahui.
"Buat apa?"
"(Namakamu) mungkin tahu jalan keluarnya, dia lebih pintar daripada kita."
"Percuma."
Ucapan Bastian sukses menghentikan langkahku, aku menoleh lagi.
"(Namakamu) itu pingin ngejauh dari lo, dia gak pingin nikah sama lo, dia gak mau ngulang kesalahannya karena nikah sama lo."
Ucapan Bastian datang bertubi-tubi tanpa jeda, tapi aku berusaha menyangkal, "Mungkin (Namakamu) gak tahu kita juga disini, gue mau nemuin dia."
"Baal, come on! Gue aja langsung tahu kalau lo kembali kemasa lalu dengan perilaku lo yang menyimpang dari yang seharusnya."
Ya benar, aku merubah beberapa kejadian, seperti menjauh dari (Namakamu) pada awalnya, dan aku juga tak memberikan bunga mawar putih itu pada (Namakamu) ketika pertama kali kita bertemu, bukankah itu sudah bisa menjadi bukti kalau aku juga kembali ke masalalu, lantas mengapa (Namakamu) masih diam saja?
"Dia pingin memberbaiki masa depannya, dengan apa? Dengan nikah sama Aldi, karena Aldi sukses dimasa depan, yakan? kalau enggak kenapa dia bertahan sama Aldi yang selingkuh?"
"Dia mungkin gak tahu kalau Aldi selingkuh," bela ku
"Pokoknya gue yakin 100% dia bakal nikah sama Aldi, liat aja ya, cih dasar cewek matre."
Begitu Bastian menyelesaikan kalimatnya, aku langsung menatapnya dengan tatapan membunuh, aku sangat-sangat tidak setuju dengan ucapan Bastian, jika (Namakamu) cewek matre seharusnya dari dulu dia minta cerai, dari watu aku yang keluar dari rumah.
"Eh... Eh sorry baal sorry." Bastian menatapku takut, kulihat dia mengambil ancang-ancang untuk kabur, sementara aku terus memandanginya dengan tatapan tajam.
Tapi sudut hatiku ada yakin bahwa (Namakamu) bisa saja seperti yang Bastian katakan, bisa saja dia bisa hidup bersamaku, bosan karena tidak pernah aku belikan barang mewah, bosan karena aku tidak punya pekerjaan tetap.
***
"Ayo baal!"
Aku menghentikan lamunanku, ketika Mika keluar dari lorong yang menuju kamar mandi.
"Film ini sepertinya akan dimulai sebentar lagi," ucap Mika sambil mengacungkan tiketnya, aku sedikit risih dengan cara bicaranya yang kaku dan baku, serasa dia lagi memberikan pidato.
"Eh iya yuk masuk!" Ucapku beranjak dari dudukku dan menuju studio lima, tempat film yang sudah kupesan akan diputar.
Aku belum bercerita pada kalian tentang Mika ya? Mika memfollow Instagramku beberapa hari yang lalu, dan aku iseng mengirim pesan lewat Instagram padanya.
Mika anak sastra indo?
Iya benar, kamu Iqbaal yang berkuliah di fakultas kedokteran?
Iya, aku kira lupa, hehe.
Tidak, Iqbaal boleh aku minta nomer ponselmu?
Saat itu aku cukup kaget dengan sifat Mika yang agresif, yah gimana ya aku lebih suka cewek yang judes tapi manis, kayak (Namakamu). Ngapain juga aku membandingkan Mika dengan (Namakamu), Mika jauh lebih baik, setidaknya dia tidak matre.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME
FanfictionSequel of BEGO Iqbaal diberi kesempatan untuk memperbaiki masa depannya yang berantakan, dia kembali ke masa SMA awal pertemuan dirinya dan (Namakamu), namun semakin ke sini, Iqbaal merasa kalut dirundung pertanyaan 'Apakah kembalinya ia karena peny...