03

833 94 0
                                    

Mulmed : si ganteng Genta😍👆

3. The Sweetest Smile

***

Aku memandangi kalender lipat dan teh Ody bergantian, lalu kuarahkan tanganku ke susunan angka 2018.

"Sekarang tahun ini?" Tanyaku dengan nada datar.

"Iya."

Kutatap wajah teh Ody yang kurasa lebih muda dari biasanya, apakah aku disurga? Dan bertemu teh Ody yang lebih dulu disurga? Apa bentuknya surga emang seperti kamarku? "Gak mungkin." Aku menggeleng-geleng sendiri, ini tidak masuk akal.

Kutatap lagi kalender itu, Bukannya sudah tahun 2024? Kenapa masih tahun 2018? Dan kenapa teteh masih hidup?

"Kamu nyumpahin teteh cepat mati?"

Aku melotot, "Teteh baca pikiran aku?"

"Baca pikiran apaan, tadi kamu ngomong teteh kok masih hidup?"

Benarkah? Benarkah aku mengatakan itu?

"Cepetan turun hari ini hari senin, kamu biasanya terlambat dihari senin," teteh keluar, kutatap punggungnya yang mulai lenyap. Tunggu kenapa seperti Dejavu? Itu kalimat teteh yang selalu diucapkannya setiap hari senin. Jangan-jangan arwah teteh gentayangan dan menerorku.

Aku menggeleng, menepis semua pikiran negatifku, aku pasti sedang bermimpi, jika memang mimpi, biar kunikmati saja dulu—masa mudaku.

Aku berjalan ingin berkaca, melihat diriku didalam pantulan cermin, wah, ini benar-benar diriku enam tahun lalu, wajahku masih muda, tidak kusut seperti saat itu, kudekati kepalaku ke cermin, yes, aku gak ubanan, aku tersenyum sendiri, aku akan mengingat mimpi ini.

***

"Iqbaal."

Aduh, siapa sih? Selalu saja ada yang mengganggu disaat aku tidur, mimpiku masih menyenangkan aku tidak ingin bangun. Kuabaikan panggilan itu tetap melanjutkan aktivitas menyusuri alam mimpi.

"Iqbaal jangan tidur dikelas!"

Suara keras itu? Sepertinya aku kenal, seperti suara Bu Endang.

Aku terperanjat, langsung membuka mata mengingat nama itu, kukira aku akan melihat wajah (Namakamu) dan kembali ke dunia nyata, tapi wajah Kiky muncul dihadapanku.

Plak

Kiky dengan tangannya yang hampir mirip betisku menampar pelan pipiku, aku pikir itu tamparan kasar.

Aku mengelus pipiku, aku menatap sekitar, aku dikelasku, aku masih bermimpi.

"Keluar!" Seseorang membentakku setelah itu suara teman-temanku teratawa mengejek, kulihat matanya Bu Endang  melotot sampai kacamata minusnya agak melorot. Sial, didalam mimpiku ini saja Bu Endang tetap muncul. Tapi untung juga keluar aku lagi lapar soalnya, belum sarapan pagi ini.

"Jangan kekantin! sekarang kamu ke perpustakaan cari buku paket Kimia cari bab laju reaksi salin di buku tulis kamu, dan kumpulkan di meja saya sebelum bel pulang." Aku bereaksi biasa saja, karena sudah hafal hukuman apa yang akan ia berikan pada siswa-siswanya yang tidak disiplin sepertiku. Ah, padahal aku ingin kekantin.

"Ke kamar mandi dulu ya Bu," alibiku, padahal aku akan berbelok ke kantin dan mengisi perut yang keroncongan.

Bu Endang mengepalkan tangan di depan mataku, membuat aku meringis, kepalan tangannya masih saja besar, tetap mirip bakso ukuran jumbo yang sering aku beli di pasar.

*****

Aku berjalan lesu menuju perpustakaan, kenapa mimpiku jadi begini sih? Seharusnya tidak begini, seharusnya aku bermimpi ranking satu dikelas. Haruskah aku tidur disini? Aku sedang tidak berminat untuk belajar.

 Kulihat penjaga perpustakaan yang melihatku dengan tatapan tidak enak, aku mengabaikannya, merasa sudah tidak asing mendapat tatapan seperti itu.

"Kamu," Aku menoleh wanita penjaga perpustakaan itu nampak memanggilku.

 "Saya Buk?" aku bertanya sambil menunjuk diriku sendiri.

 Dia mengangguk, "Iya kamu, saya cuma ngingetin, dilarang tidur di perpustakaan."

 Eh? Kok dia tahu aku mau tidur?

"Enggak kok buk, saya mau belajar di sini."

Sebelum dia berkata lagi, aku langsung pergi, mencari tempat yang cocok untuk tidur.

  Aku memilih duduk, kulirik penjaga perpustakaan yang curi-curi pandang melihatku, sukakah dia denganku? Atau hanya mengawasiku karena takut tidur?

Aku menjatuhkan bokongku pada kursi merah yang memutari meja perpustakaan, aku keluarkan cermin kecil yang aku taruh di sakuku, aku melihat pantulan wajahku yang tampan didalam  cermin, ah, kenapa aku tidak memanfaatkan wajah sempurnaku ini untuk menggaet banyak cewek cantik, Iqbaal Iqbaal apa yang kamu lakukan? Selalu mendekam dikamar.

"Wah, gantengnya," ucapku, puas dengan ciptaan tuhan yang ada di tubuhku.

"Cermin - cermin, siapa yang paling ganteng didunia ini?" Tanyaku iseng, ini kan mimpi, siapa tahu cermin itu menjawab aku yang paling ganteng disini, kan aku jadi seneng.

"Yang pasti bukan lo."

Eh? Cermin ini menjawabku? Tidak, suara berasal dari sampingku, aku menoleh mendapati seorang perempuan yang sangat ingin aku hindari, kenapa dia ada didalam mimpiku? Ini peringatan bahaya, aku harus bangun, tapi tidak, jika aku bangun, kenyataan akan lebih menyakitkan, tidak aku lebih baik bermimpi dulu.

(Namakamu) tersenyum padaku, matanya cerah, tak sembab seperti malam itu, tapi senyumnya masih sama, membuat kakiku terasa lemas tak berdaya.

"(Namakamu)?"

***

Jika kamu kembali ke masalalu, apa yang ingin kamu ubah?

TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang