07

600 78 0
                                    

7. Bayangan itu

***

Hari remedial itu memang benar-benar datang dan aku melewatinya, dengan santai, karena aku sudah belajar semuanya, Bastian juga santai saja, hungannya dengan Bella, ia nikmati sebelum orang tua Bella memberikan pengumuman bahwa Bella dijodohkan. Dengan siapa? Tentu saja dengan Kiky, Bastian seringkali sensi dengan Kiky dan Kiky jadi ogah-ogahan mendekati Bastian karena semua yang dilakukan Kiky dimata Bastian selaku salah. Aku tahu Bastian mengerjai Kiky saat ini.

Meskipun aku tidak meminta bantuan pada Aldi untuk remidialku, Aldi masih saja sering cari-cari kesempatan mendekati (Namakamu), tak jarang aku menggagalkan rencananya, tapi Bastian seringkali datang dengan berbagai ancaman ampuhnya, paling parah dia berkata seperti ini, 'Lo mau ngulang kesalahan lo? Ngelihat orang yang lo sayang, gak bahagia hidup sama lo?' kalimat itu langsung mengenai jantungku tepat sasaran, dan membuat hatiku mengkerut dan percaya diri lagi.

Waktu terus bergulir, liburan semester hampir tiba, ada banyak sekali perubahan yang aku ubah, contohnya; Teh Ody jadi jarang makan yang manis-manis, Bastian berusaha mendekati keluarga Bella, dan perubahan yang paling kentara; (Namakamu) sangat jauh dariku, dia masih saja irit bicara denganku, beberapa kali kudekati dia saat Bastian tak ada, sesekali juga dia mengembangkan pipinya kesal dengan sikapku, melihatnya begitu membuatku semakin gemas.

(Namakamu) berjalan melewatiku santai, aku berniat menggodanya, tapi Bastian dari arah timur, memasang wajah seperti biasanya, alhasil aku mengurungkan niatku, tapi tak sampai lama, setelah aku melihat noda merah dirok (Namakamu), aku membuntuti dibelakang, berusaha menutupi.

(Namakamu) berhenti mendadak tanpa aku tahu sehingga tubuhku bertabrakan dengannya, dia sedikit terpental kedepan karena tubuhnya yang lebih kecil dariku itu tak bisa menahan tubuhku.

(Namakamu) menoleh, menatapku seolah bertanya 'mau apa lo' tapi aku hanya membalasnya dengan cengiran, bingung juga akan memberitahunya seperti apa. Ah, mungkin sesinya dia karena dia sedang datang bulan kali ya.

(Namakamu) berbalik melanjutkan perjalanannya, aku tetep menutupinya dari belakang, (Namakamu) malah mempercepat langkahnya, mungkin tahu aku masih membuntuti, dia berlari, dan akupun masih mengikutinya, berusaha memangkas jarak kurang dengannya.

Semua siswa dikoridor menatap kami dengan tatapan heran, ah aku masa bodo, (Namakamu) berhenti berlari, dia menatapku marah, "Ya*!Mau ngapain sih lo?" Dia membentak.

*Hei

Ingin aku jawab ia cengiran lagi tapi aku sadar bahwa aku sudah berada didepan kelasku, aku dekati (Namakamu) dan mendorongnya agar duduk di kursi semen depan kelasku, (Namakamu) hendak memberontak, tapi kupegangi lengannya, sampai ia benar-benar duduk.

"Tunggu sini!" Ucapku padanya, dia hanya memutar bola matanya kesal.

Aku masuk mengambil jaket jeans ku warna navy yang aku simpan dikolong meja, saat tiba di depan (Namakamu), dia sudah berdiri hendak pergi, tapi aku mencegatnya, aku pengangi lengannya, sehingga dia berpaling menatapku tambah kesal.

"Gue udah dekat sama Aldi!" Ucapnya didepan wajahku, wajahnya seolah memberi tahu 'Jadi Lo jangan deketin gue' tapi aku abaikan kalimatnya dan wajah sensinyaa

Aku sudah kebal dengan wajah kesalnya itu, karena setiap bulan aku pasti mendapatkannya, aku  dekati dia dan berdiri dibelakang punggungnya, dia hendak menoleh tapi kusampirkan jaketku pada pinggangnya, dan mengikatnya sampai selesai.

Aku pengangi lengannya dan memaksanya berbalik, dia menatapku datar, astaga pak Roni dan (Namakamu) memang jagonya berwajah datar.

"Periksa rok lo!"

TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang