T H I R T Y F O U R 🔫

1.6K 116 0
                                    

"Aku merindukanmu, My Ery."

Blace terkesiap. Seketika itu ia mundur, mencoba menjauh dari Jian. Ia benar-benar ketakutan. Saat itu ia tidak bisa mengontrol kendali atas dirinya, ia merasa kesedihan merasukinya dengan kontrol emosi yang dahsyat. Blace bisa merasakan banyak emosi, ia ketakutan, ia sedih, sekaligus marah.

Mata yang menatap Jian mulai memanas, dan mengabur. Matanya berkaca-kaca. Blace sama sekali tidak menyangka akan bertemu dengan Jian, hari di mana seharusnya mereka tidak bertemu. Pertemuan ini adalah pertemuan yang sangat mengejutkan dalam hidup Blace.

"Ery, please. Caramu menjauhiku, itu menyakitiku," ucapan yang diucapkan Jian dengan nada pelan dan penuh penyiksaan, semakin membuat Blace merasa ... entahlah. Blace sendiri kebingungan dengan perasaan yang ia rasakan terhadap Jian.

Blace semakin mundur dan menjauh.

"Ayo, sayang. Aku kemari ingin membawamu pulang."

Blace menggelengkan kuat, ia terus mundur saat Jian memutuskan untuk melangkah mendekat ke arahnya. Pesta masih sama, semua orang sibuk dengan diri mereka sendiri. Seolah yang berada di sekitarnya, adalah hal yang tidak penting. Padahal saat itu sebenarnya Blace ingin menjerit, meminta tolong, atau apa pun akan ia lakukan agar ia menjauh dari Jian. Tetapi melihat orang-orang dari kalangan atas itu tampak tidak peduli, Blace tidak mungkin menjerit seperti orang sakit jiwa. Itu hanya sikap bodoh yang akan mempermalukan dirinya.

"Tolong, jangan menghindariku. Mari kita bicara baik-baik, oke?" Jian mengulurkan tangannya, menyentuh tangan Blace. Ketika Jian berhasil mengenggam tangannya, sekuat tenaga Blace menepis tangan itu.

Air mata itu mengalir di kedua pipi Blace. Bahunya terguncang. Wajahnya terlihat sangat sedih, bersamaan Blace mulai terisak tanpa suara. Sebenarnya Blace tidak ingin menangis, karena itu bukan dirinya sama sekali. Hanya saja, ketika melihat Jian. Ia tidak ingin berbohong ia juga ... sangat merindukan pria itu.

Blace menghembus napas keras, ia berhenti melangkah mundur. Matanya yang penuh air mata berusaha mencari keberadaan Havrelt dan Archer. Tapi ia tidak menemukannya. Para tamu semakin memenuhi tempat pesta, hingga mata Blace kesulitan mencari.

"Ery, sayangku." Jian masih berusaha keras mendekati Blace, menyentuh tangannya lalu menariknya hingga Blace berada dalam pelukannya.

Tangan itu melingkar di sekeliling pinggang Blace, membuat Blace semakin lemah. Kedua lengan besar itu memeluknya dengan erat. Rasanya jantung Blace ingin meloncat ke luar. Blace tahu satu hal yang paling benar membiarkan Jian memeluknya, ia tidak keberatan. Ia tidak bisa menyangkal jika pelukan Jian masih sama hangatnya seperti dulu. Tangan Blace bergerak melingkar ke pinggang Jian, mencoba membalas pelukan pria itu. Ia luluh dalam sebuah pelukan.

Ketika itu Blace mencoba untuk tidak menangis lagi. Orang yang berada dalam pelukannya ... adalah orang yang sangat ia rindukan. Blace juga mengakui jika sebenarnya ia ketakutan di saat yang bersamaan, takut jika sebenarnya pertemuan mereka hanya membawa pertengkaran.

"Sssttt ... kita sudah bertemu sekarang. Jangan menangis lagi," kata Jian di atas ubun-ubunnya.

Tangan Jian bergerak mendorong bahu Blace, hingga ia bisa melihat wajah wanita itu. Lalu dengan lembut, Jian menyeka air mata di pipi Blace. Matanya melembut menatap penuh sayang.

"Kita bicara ya?" suaranya juga mengalun sangat lembut.

Tanpa berpikir dua kali, Blace menganggukkan kepalanya. Jian tersenyum lembut lalu merangkul bahu Blace dan mengajak wanita itu pergi dari tempat pesta. Diikuti dengan Xiaohui yang melihat semua yang apa terjadi.

My Witch GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang