Sedetik saja Blace terlambat menghindar, hidupnya mungkin berakhir. Pikirannya mengambang, telinganya berdenging nyaring, irama detak jantungnya memukul keras seperti lonceng, yang bisa meledak di dalam tubuhnya kapan saja. Setiap tarikan napasnya berubah tajam dan cepat. Tindakan nekat yang ia lakukan sekarang adalah hal paling berani yang pernah Blace lakukan. Ia tidak tahu jika ternyata dia bisa melakukan hal segila itu.
Diluar dugaan, penglihatan Blace yang mengingatnya akan bahaya kembali dengan begitu tiba-tiba, merebut semua kabut kegilaan yang tercipta antara dirinya dan Havrelt. Rasanya seperti tidak bisa membedakan kenyataan dan yang di dalam penglihatannya. Kejadian itu terjadi begitu cepat. Dia pikir, walaupun ia berdekatan dengan Havrelt, berada jauh dari keramaian, akan membuat dirinya aman dari bahaya. Namun ternyata ia salah. Havrelt dan bahaya begitu dekat seperti satu koin dengan kedua sisi yang berbeda.
Blace yakin ia tidak punya waktu untuk membingungkan hal itu, jika tembakan susulan muncul, ia tidak yakin nyawa mereka akan selamat. Mata Blace menutup, mencoba merangkul sedikit saja ketenangan yang masih tersisa, berusaha menghilangkan ketakutan yang merenggut ketenangannya. Deru napasnya memburu, dengan detak jantungnya yang menganggu. Salju-salju mulai masuk melalui jendela yang pecah, suara badai mengaung deras dengan liar, rasa beku dari udara es menyentuh permukaan kulit Blace, membuatnya menggigil, tidak bergerak dan lumpuh. Apa pun yang terjadi padanya, jika Blace bisa fokus, ia akan tahu siapa musuh mereka sekarang.
Ketika titik fokus itu menyapanya, seseorang menarik lengan Blace dengan kuat, memaksa tubuh lumpuh itu bangkit dari posisi tidurnya di atas ranjang itu. Mata Blace terpaksa membuka, membuyarkan konsentrasinya.
"Apa yang kau lakukan!" Kemarahan Havrelt membuat suasana menjadi mengerikan. "Jangan pernah mendorongku lagi di saat berbahaya seperti ini."
Blace mengerjab-gerjabkan matanya seolah hal itu bisa memukul kesadarannya. Di situasi yang membahayakan nyawanya seharusnya Blace tidak perlu mencari tahu siapa musuh mereka, seharusnya yang ia lakukan hanyalah menyelamatkan hidupnya dan tetap hidup. Tangan Havrelt bergerak membungkusnya dengan selimut, pria itu meraih pinggangnya, mengangkat, menggendongnya dengan sebelah tangannya seolah berat badannya seringan bulu. Tangan Havrelt yang lain menggenggam senjata mematikan yang siap membunuh, sebuah pistol dengan peluru yang terisi. Mata Blace beralih menatap pistol itu, pistol itu sudah pasti sanggup membunuh orang begitu cepat. Kenapa Blace tidak menduga jika Havrelt menyimpan senjata?
Havrelt menembak pada penerang ruangan yang berasal dari lampu nakas. Mendadak ruangan itu kehilangan cahaya dan menjadi remang-remang dari perapian yang menyala rendah. Tangan Blace mencengkeram pundak Havrelt menjadi lebih erat. Blace menyadari sesuatu bahwa pistol peredam itu justru terdengar lebih mengerikan. Secepat itu, Havrelt bergerak membawa Blace yang tidak berdaya dalam gendongan pria itu, menjauhi tempat mereka berdiri.
"Kau baik-baik saja?" tatapan tajam itu menatap Blace seperti kilatan besi pedang. Kemarahan di wajah pria itu tidak menghilang begitu saja. Havrelt meletakkan tubuhnya di sudut, di dalam kamar mandi. Tangan pria itu bergerak menghapus keringat dingin yang membasahi pelipis Blace lalu menyentuh samping lekuk lehernya, memaksa Blace menatap pria itu. "Katakan kau tidak terluka."
Tubuh Blace gemetar hebat antara kedinginan dan ketakutan yang dirasakannya. Dia jelas tidak bisa membedakannya, mulut Blace membuka, mendengar suaranya bergetar hebat. "Aku baik-baik saja."
"Sialan," Havrelt tidak tahan untuk tidak memaki. Rahang pria itu mengetat, tatapannya mengamati kulit pucat pasi Blace seolah sebagian darahnya berhenti mengalir. Sebelah tangan Havrelt lain menangkup pipi kanan pucat milik Blace. "Tenanglah. Tidak ada yang akan menyakitimu."
Lengan kuat itu menarik, merangkulnya tiba-tiba. Wajah Blace tenggelam dalam dada Havrelt yang hangat, menyebarkan suhu hangat yang perlahan mengembalikan ketenangan kembali pada Blace dari rasa terkejut suara tembakan. Gemetar di bahunya menjadi pudar, dia bisa merasakan darahnya kembali mengalir, menghangat kembali kedua pipi dengan warna merah terang. Dengan gerakan perlahan penglihatannya muncul seperti kilas balik cepat, kembali mengambil kenyataan yang dirasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Witch Gangster
Romans"Kehilangan membuat seseorang berambisi untuk menemukan." ~°°~°°~ [BOOK ONE OF ENTICE SERIES] Havrelt membenci pengkhianatan. Api kemarahannya meledak, ketika tahu barang- barangnya telah dicuri oleh sahabat dekat semenjak merek...