2). WHO ???

88 16 14
                                    


" Kamu udah dijemput Bil? " tanya Safina sembari menyangklong tasnya.

" Udah, tuh pak Rudi udaa siap siaga di depan gerbang " Telunjuk Nabila mengarah ke depan gerbang.

" Ya udah sampai ketemu besok ya "

" Siap " Nabila melambaikan tangannya cepat.

Kini Safina berjalan menuju parkiran. Ketika dia sudah duduk manis diatas jok motornya dan hendak memakai helm, secara tidak sengaja pandangan matanya mendapati motor trail yang tadi siang hampir membuatnya celaka. Sehingga otomatis gadis itu mengembalikan helm yang berada ditangannya ketempat semula.

Safina bertekad menemui pemilik motor itu untuk mengomelinya.

15 menit berlalu...

Karena merasa bosan menunggu, Safina memutuskan untuk menyelesaikannya di lain waktu. Baru saja gadis itu hendak menstarter motornya, tampak seorang anak laki-laki berjalan kearah motor trail itu. Buru-buru Safina menuruni motor dan bergegas menghampirinya.

Tidak sadar akan kehadiran Safina, cowok itu tetap asyik sendiri mendengarkan musik dari headset yang tersambung dengan ponselnya.

" Permisi mas, mas pemilik motor ini " tanya Safina tenang

Beberapa detik tidak ada jawaban.
Safina memberanikan diri untuk menepuk pelan pundak anak laki-laki itu. Karena kaget anak laki-laki itu langsung membalikkan badannya.

Betapa terkejutnya Safina setelah melihat wajah pemilik motor trail itu. " Kamu lagi? Kamu tahu nggak sih, apa yang kamu lakuin tadi siang di jalan hampir mencelakai orang lain "

Cowok itu mengeryitkan alisnya sesaat seolah mencoba mengingat sesuatu " Masih hampir kan ?" balasnya singkat.

Safina beristighfar dalam hati. Beberapa hari yang lalu anak laki-laki itu menyalahkannya seenaknya berhenti dipinggir jalan. Sekarang dia sendiri yang ugal-ugalan dijalan dan hampir mencelakai orang lain, namun dengan entengnya bilang masih hampir.

" Kamu kira semua jalanan di negeri ini milik mbah kakungmu apa. Kalau kamu nggak bisa menjadi pengendara yang taat aturan lalu lintas mending gausa naik motor deh. " Ujar Safina ketus.

Cowok itu hanya terdiam sambil memandangi Safina datar. " Oke, maaf "

Lagi-lagi kesabaran Safina seolah diuji oleh kehadiran cowok itu. Safina yang tidak ingin mengidap darah tinggi diusia remaja lebih memilih untuk meninggalkan cowkk itu. Terus menerus berada disana yang ada malah membuat permasalahan semakin rumit.

Sepanjang perjalanan pulang, Safina tidak henti-hentinya menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara kasar. Ingin rasanya mengunyeng-unyeng cowok itu. " Sabar Safina sabar, orang sabar pahalanya besar " gumamnya menenangkan diri sendiri.

Setibanya dirumah dia langsung menuju kamar dan mengempaskan tubuhnya dikasur. Safina mengambil ponselnya yang terletak di tas untuk menelpon Nabila.

" Sumpah demi apa dia satu sekolah sama kita, makannya kenapa mukanya familiar banget " teriak Nabila.

Saking nyaringnya suara Nabila, Safina sampai menjauhkan ponselnya sesaat dari telinganya. " Iyaa,  eh tapi bisa gak sih gausa teriak-teriak gitu bisa mendadak budek gue "

Nabila terkekeh " iyee-iyee Maap. Hemm padahal SMA di Malang itu banyak banget, tapi kenapa bisa satu sekolah sama kita ya? Dunia memang gak selebar daun kelor.

Safina memegangi dahinya " Kalau pun bisa milih akumah ogah satu sekolah sama cowok nyebelin kayak dia "

" Eh tapi Saf, aku rasa ini bukan suatu kebetulan deh. Kalau kamu ketemu berkali-kali sama dia secara nggak sengaja bisa jadi kamu ... "

KITA TERALIH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang