Bara memasukkan botol berisi lemon madu beserta beberapa surat yang ditunjukkan padanya kedalam tas. Sementara hadiah yang lainnya seperti coklat dan snack ditinggalkan begitu saja di meja untuk rekan-rekan OSISnya daripada mubazir.
Tak terhitung sudah berapa kali Bara membalas sapaan adik tingkat saat berpapasan dengannya sepanjang perjalanan menuju lobi sekolah. Sekolah mengeluarkan peraturan baru, yakni setiap siswa wajib untuk melakukan absensi menggunakan fingerprint yang terletak di Lobi, baik sebelum bel masuk maupun setelah bel pulang sekolah berbunyi.
Bara antre di belakang 3 orang kakak tingkat perempuan yang sedang bergantian untuk melakukan absensi. Selesai absensi bukannya segera beranjak ketiganya malah asyik ngobrol, sehingga membuat Bara sedikit jengah. Laki-laki itu pura-pura terbatuk bermaksud mengkode ketiganya. Dan ternyata rencananya itu berhasil, ketiganyapun langsung menoleh.
" Maaf mbak boleh gantian ? " Tanpa menunggu balasan jawaban, Bara melangkah maju dan langsung menempelkan jari telunjuknya pada mesin fingerprint. 2 dari ketiga siswi yang berdiri diantara mesin fingerprint itu sontak bergeser untuk memberikan akses pada Bara.
Bara tidak mengindahkan ketiga kakak tingkatnya yang terpaku karena menatap wajahnya dari jarak sedekat itu. Laki-laki itu kemudian berpamitan dengan sopan kepada mereka. Dirinya juga menyapa ramah beberapa guru piket sebelum mendorong pintu kaca lobi.
Bara mendapati Safina yang sedang duduk di kursi panjang depan lobi memandangi kakinya yang berayun .
" Saf " sapa Bara begitu dirinya berdiri di depan Safina.
Gadis yang dipanggil mendongak. " Apa ? "
Bara memasukkan tangan kanannya pada saku celana " Udah sembuh ? "
" Alhamdulillah, udah lumayan enakkan. "
" Kamu ngapain duduk disini sendirian ? "
Safina mengisyaratkan Bara untuk melihat tas yang terletak di sampingnya dengan anggukan kepala " Pemiliknya yang lagi ke toilet "
" Emang segitunya gabisa pisah ya? Padahal baru sehari. " tanya Bara dengan ekspresi mengejek
Safina mendengus tidak sepakat dengan perkataan Bara barusan. " Nggak selebay itu juga sih. Kita emang lagi janjian mau beli buku paket aja"
" O "
Sempat hening sejenak, Safina membuka kembali percakapan antara dirinya dan Bara. " Btw sekali lagi thanks ya, kamu udah bantuin aku kemarin "
" Kan sabtu kemarin udah bilang thanks. Hari ini ganti yang lain dong! Nraktir kek! " seloroh Bara.
Safina menghela napas " Iya udah mau di traktir apa ? "
Bara terkekeh " Nggak-nggak. Bercanda doang kali! Serius amat mbak."
Safina memalingkan pandangannya ke arah lain sembari menahan senyum tipisnya lolos.
Kontras Bara justru tersenyum lebar. " Kalau mau senyum mah senyum aja gausa ditahan "
" Apaan sih, udah sana pulang "
" Kalau aku nggak mau ? "
" Yaudah terserah "
" Keluar deh senjata pamungkas cewek. Terserah"
Safina terdiam tidak memperdulikan omongan Bara barusan, gadis itu yakin semakin dia menjawab Bara akan semakin menjadi-jadi. Safina mengeluarkan ponselnya lalu memainkannya.
Bara akhirnya menyerah " Dih ngambek. Iye aku pulang. Asalamuallaikum "
" Walaikumsallam " Safina pura-pura acuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
KITA TERALIH
Teen FictionPernah nggak kalian ada di posisi layaknya pemeran utama cewek yang sering muncul pada novel remaja? Yap, Itulah yang terjadi pada Safina gadis biasa yang hidupnya berubah, setelah melewati rentetan macam peristiwa. Termasuk berada diantara dua kisa...