20). KONTRAS

32 2 0
                                        

Memasuki akhir pekan setelah seminggu lebih berperang melawan UTS. Nabila memilih menghabiskan sabtu paginya untuk hunting sepatu yang telah lama diincarnya. Niatnya ingin mengajak Safina namun karena sahabatnya itu ada kegiatan, sehingga mau tidak mau Nabila harus sendirian berkeliling mall. Meskipun kakinya mulai terasa pegal setelah keluar masuk store baik di lantai 2 dan 3 namun tak kunjung menemukan apa yang dicari. Nabila tidak menyerah begitu saja. Dengan sisa-sisa tenaganya gadis itu menaiki eskalator menuju lantai 4.

Sesaat sebelum eskalator yang dia naiki sampai di lantai 4, tiba-tiba saja ada sesuatu yang menyita perhatiannya. Bara dan Luna berada di eskalator turun yang letaknya berseberangan dengan eskalatornya. Nabila sempat mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mencek kebenaran apa yang dia lihat.

Tangan kanan Luna memegang sebuah es krim cone coklat sementara Bara berdiri di sampingnya. Saking speachlessnya Nabila hingga hampir saja tersandung saat eskalator yang dia naiki telah sampai paling puncak. Untung saja Nabila berpegangan erat, jika tidak pasti dia sudah menjadi pusat perhatian.

Tak cukup sampai disitu beberapa hari kemudian saat jam pulang sekolah Nabila kembali mendapati keduanya sedang bersama. Meski hanya dari sela-sela pagar sekolah dirinya bisa melihat jelas Bara dan Luna saling berbincang sembari melempar senyuman. Sang laki-laki yang sedang duduk di atas motor itu bahkan menyentuh lembut rambut Luna. Sontak Nabila menutup mulutnya terkejut, lalu gadis itu segera meninggalkan halaman depan.

Bara membuka genggaman tangan kanannya menunjukkan sebuah daun kering berukuran kecil. Luna menatap tangan Bara kemudian beralih menatap mata Bara tanpa ragu. " Thanks. Tapi ini bukan bagian dari strategi kamu kan?".

Dalam hitungan detik senyuman kecil melengkung sempurna di wajah Bara. " Astaga, ya enggak lah. Kamu suudzon banget sih! "

Luna samar-samar tersenyum " Iyaa, maaf. Kalau gitu aku pulang duluan ya ". Bara mengangguk pelan menatap kepergian Luna.

Setelah menemukan tempat yang aman Nabila menggerakan jemarinya diatas layar ponsel mencari nama Safina di kontaknya lalu menekan tombol telepon.

Safina : " Hallo, Bil "
Nabila : " Udah nyampe rumah ?"
Safina : " Udah. Ini lagi packing buat liburan OSIS nanti sore. Kamu masih
kerja kelompok? "
Nabila : " Ohiya lupa, enaknya yang mau liburan. Udah selesai sii. Ini lagi nunggu jemputan "
Safina : " Mau ikut? Gpp kok, ntar aku bilangin anak-anak "
Nabila : " Ngaco, nggak mau lah. Bisa jadi orang asing gue disana "
Safina : " Ya nggak lah. Kan ada aku"
Nabila : " Tetep nggak mau. Ya udah have fun ya liburannya. Dha..dhaa.."
Safina: " Deee..."

Nabila mematikan sambungan teleponnya. Tangan kanannya menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga. Lalu mengembuskan napas panjang seiring keputusannya untuk kembali menyimpan apa yang diketahuinya sedikit lebih lama. Nabila tidak ingin menghancurkan mood sahabatnya itu disaat dia seharusnya menikmati liburannya. Apalagi disana nanti Safina akan menghabiskan waktunya dengan Bara.

._._._.

Seperti yang telah disepakati di grup chat, anggota OSIS sudah berkumpul di depan sekolah tepat pukul 1 siang. Baik barang pribadi, barang yang akan dipakai bersama sampai properti sudah tertata rapi di dalam angkot yang mereka sewa. Sepertinya sudah menjadi fitrah barang bawaan cewek selalu lebih banyak dibandingkan barang bawaan cowok. Nayla contohnya selain tas ransel dia masih membawa sling bag dan satu tote bag.

" Nay, perasaan kita semua disini cuma mau nginep dua malam bukannya seminggu " celetuk Niko.

Yang disindir manyun " Maklum lah aku bukan anak yang kebiasaan travelling jadinya sekalinya main barang bawaannya sebanyak ini "

KITA TERALIH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang