Terlambat Pulang

327 124 41
                                    


Ketika Tiara membuka pintu samping rumah, tampak Aunt Rani menunggu kedatangannya.

"Assalamualaikum. Aunt Rani," kata Tiara.

"Waalaikumsalam, Mrs. Tiara maaf sebelumnya. Mrs. Panji menunggu anda di ruang tengah," balas Aunt Rani.

"Ruang tengah. Bukannya aku tidak boleh berada di sana," sahut Tiara.

"Mr. Panji menyuruh saya untuk mengantar anda ke sana," Aunt Rani menimpali lalu menggiring Tiara mengikuti instruksi yang diperintahkan tuannya.

Tampak Panji dan para sahabatnya menatap Tiara penuh makna. Rupanya kehadiran remaja itu dinantikan mereka. Sesampainya di sana dengan wajah malu ditatapnya Sang motivator itu.

"Dari mana kamu? Mengapa baru pulang," sambut Panji ketus.

"Pak Ilham memberitahuku bahwa mobil yang ditumpanginya mogok. Jadi dia tidak bisa menjemputmu. Lalu aku menghubungimu tapi tidak ada jawaban. Begitu pula Bang Rey menelfonmu tapi nomormu tidak aktif," ucap Panji kemudian.

"kamu tahu. Teman-temanku juga mencarimu di sekolah, sepanjang jalan pusat kota, dan tempat lainnya tapi hasilnya nihil," lanjut Panji dengan nada kesal.

"Katakan padaku dari mana kamu!" seru Panji.

"Aku..., aku takut hari sudah petang. Pak Ilham tidak kunjung datang. Handphoneku low battery. Dan..., dan kebetulan Fatih lewat memberi tumpangan," jawab Tiara menerangkan suaranya tersendat-sendat.

"Hanya lima belas menit aku terlambat menjemputmu dan ketika sampai kamu sudah tidak ada. Lantas pertanyaannya adalah mengapa lama sekali fatih mengantarmu pulang. Sudah tiga puluh tujuh menit berlalu, Tiara?" Panji sudah tidak sanggup menampung amarahnya.

Praaank...

Piring dan gelas serta barang-barang yang tersusun rapih di atas meja berhamburan memecah kesunyian. Semua diam melihat aksi Panji mendorong meja. Seketika serpihan beling kaca bertebaran bagai bintang menyala diterpa lampu yang menggantung di langit-langit ruang tengah.

"Lebih baik aku pecahkan semua barang di rumah ini daripada aku menamparmu," ucap Panji emosi.

"Panji? Sabar," Niko mengingatkan.

"Iya? Sabar," pinta Soni.

"Tahan amarah," Dava ikut mencampuri.

"Aunt yakin Mrs. Tiara gadis yang baik," Aunt Rani ikut menimpali.

"Kalian tidak usah membelanya, Itu sudah menjadi tanggung jawabku. Kalian tidak perlu mengaturku," kata-kata Panji membuat gadis itu menangis tersedu-sedu.

"Papa..., ijinkan aku..." Tiara tidak sanggup melanjutkan kata-katanya.

"Terus terang aku sangat kecewa padamu," sahut Panji lagi.

"Papa, tolong dengarkan aku. Aku ingin menjelaskan bahwa..."

"Cukup! Aku tidak mau mendengar apa-apa. Masuk! Masuk kamar sekarang. Aku tidak mau melihatmu hari ini," pinta Panji. Gadis itu berlari menuju lantai dua melalui pintu dapur utama.

Keesokan harinya...

"Aunt Rani. Papa ada di mana? Apa beliau masih marah padaku, biasanya kami sarapan bersama," ucap Tiara terlihat pilu.

"Inikan hari kamis nona manis. Mr. Panji sedang berpuasa," ujar Bang Rey mendadak masuk ruang makan menjawab pertanyaan Tiara.

"Kamu tidak shaum," tanya bang Rey.

"Perempuan punya hari libur, bang Rey." Aunt Rani menjawab sambil tersenyum.

"Ya, wanita memang istimewa. Minta kopi kental satu dengan sedikit gula, Aunt Rani?" pinta bang Rey.

"Mr. Panji akan mengantar Mrs. Tiara ke sekolah hari ini. Beliau sudah menunggu diluar," ucap bang Rey pada Tiara yang sedang sibuk membenahi kerudungnya.

Selesai menghabiskan sarapan Tiara menuju ke Sekolah bersama panji.

"Please forgive me, Papa." kata Tiara pelan. Sedangkan Panji terdiam tanpa reaksi.

"Kemarin aku..."

"Tidak usah dilanjutkan. Aku tahu apa yang ingin kamu katakan," sahut Panji.

"Apa?" tanya Tiara kemudian.

"Aku punya teman dekat yang bekerja memonitor setiap jalan di Pusat Kota. Jadi aku tahu tahu apa yang kamu kerjakan kemarin," ujar panji tenang.

"Aku tidak ada jalinan asmara dengannya, Pa." Tiara menjawab lirih.

"Fatih orangnya romantis. Dia pergi ke taman kota hanya untuk setangkai bunga. Tapi bukan karena itu aku terpukau di buatnya, melainkan Fatih memperlakukanmu bak seorang putri menempatkanmu di kursi mobil di bagian belakang, sedangkan Fatih dan sopirnya mengawalmu duduk di depan. Seandainya di dalam mobil kamu duduk berdampingan seperti kita sekarang, sampai detik ini aku belum mau bertemu denganmu bahkan mengantarmu Sekolah." sambung Panji ditariknya nafas dalam-dalam.

"Tiara, dengarkan aku baik-baik, jangan perdulikan Fatih begitu pula aku. Entah laki-laki manapun, fokuslah belajar. Jadilah perempuan yang bercahaya terang, seperti Negeri ini Mustanir yang cemerlang. Aku tidak butuh maafmu dan tolong jangan ulangi kecerobohanmu," tegas Panji.

"Aku ada hadiah untukmu, aku carikan handphone pemakaian batterynya lebih awet dan aku juga membeli power bank, jadi tidak ada alasan untuk tidak menjawab telfon. Belajarlah yang rajin," ucap Panji sambil membuka pintu mobil. Gadis itupun mengangguk.

***


Bersambung...............

Mohon saran dan kritik serta komen dari para pembaca. Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan karena masih dalam tahap belajar. Thanks with your attention.

Cinta Tiara Di Negeri MustanirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang