Sekolah Baruku Memang Keren

386 178 54
                                    

Keesokan harinya Tiara berkemas menyiapkan segala kebutuhan Sekolah lebih awal. Gadis itu menghabiskan sarapan tanpa menunggu kehadiran Panji. Pak Ilham pun setia mengantar Tiara pergi sebelum matahari muncul disebabkan perjalanan menempuh waktu berkisar 45 menit.

      "Ini kelasmu. Ada siswa berjumlah 9 orang di sini. Itu sudah termasuk kamu. Nah, ini semua rekan belajarmu silahkan kalian saling bekerjasama," kata Mrs. Sonia guru pendamping kelas XII Marketing level 3. Semua yang ada di ruangan itu mengangguk hormat kepadanya. Kemudian guru yang berbusana trendi memakai luaran rompi itu melangkah pergi meninggalkan mereka.

     "Aku tidak menduga kalau juara satu panahan tingkat Sekolah menjadi keluarga kami Sekarang. Myname is Adela prazer em conhece-lo," ucapnya ramah. Tiara tersenyum simpul dan berjabatan tangan disusul oleh penghuni tempat itu secara bergantian menyapanya dengan bahasa kebiasaan Ibu masing-masing. "

     "Dua jam berlalu begitu cepat. Ini pertama kalinya aku merasa nyaman mengikuti kegiatan belajar. Ruangan penuh warna dan didesain unik bangunannya. Selain itu ada fasilitas untuk bermain. Ibarat seorang penggemar kopi. Hasratnya bergelora ketika ada aroma tercium disaat air panas menyentuh gemericik serbuk. Aura itu semakin terasa dikala adukan sendok menyentuh gelas yang berirama. Penikmat kopi tidak akan beranjak dari tempat duduk sebelum mencicip bagaimana cita rasa sesungguhnya,"batin Tiara.

      "Tiara ayo nikmati jam istirahat kita. Jangan melamun terus, mau pilih makanan apa? Ini bulgogi, Itu samosa, menu ala Turki lahmocun, lancashire hotpot dari Ingggris, beef burguignon khas Perancis, nasi briani selera India, babotie kuliner Afrika atau ayam geprek sajian Indonesia," ujar Adel menawarkan.

      "Jangan khawatir setiap hari menunya selalu berbeda. Sudah enak gratis lagi. Ini salah satu pelayanan dari pihak penyelenggara Sekolah Mustanir. Mau pilih yang mana?" Kata Risa kawan baru yang mengikuti Tiara dari belakang.

     "Boleh dicoba semua," jawab Tiara riang.

     "Itu namanya serakah," ucap Adel sambil tertawa.

Ketiganya memilih menu pilihan masing-masing lalu duduk pada kursi panjang paling depan. Mereka menikmati makanan yang ditawarkan dengan penuh penjiwaan. Entah lapar atau belum pernah makan tapi yang jelas mereka melahapnya hingga tak tersisa di piring. Diam-diam dari deretan kursi nomor lima ada seorang siswi yang memperhatikan gerak-gerik Tiara. Situasi itu tercium oleh rekan Tiara yang tak sengaja melihat tingkahnya dari cara menatap Tiara.

      "Tiara kamu tahu nggak kalau turnamen panahan waktu itu masih membuat penasaran semua orang. Kamu masih kenalkan orang itu yang duduk di sana. Bisa nggak kalau kamu cairkan suasana lewat latihan memanah bareng sama Octa Senada sekarang?" kata Adel mengetahui perasaan Octa pemenang panahan tahun lalu sedang galau. Dan akhirnya Tiara mengangguk setuju.

Setelah ada perbincangan singkat antara Adel dan Octa lalu terjadi kesepakatan untuk mengulang kembali acara memanah di arena latihan yang ada di sekitar Sekolah SMART MUSTANIR I. Kedua juara menuju lokasi lengkap dengan aksesoris panahan dan siap untuk beradu kekuatan.

     "Wah seru nih."

     "Kira-kira siapa yang menang ya?"

     "Saingan berat ketemu lagi."

Dari lantai dua, tiga, empat dan seterusnya siswa dan siswi menyaksikan pertandingan untuk yang kedua kali. Bedanya mereka melihat secara diam-diam.

     "Anak baru itu memang... memang..."

     "Alex, ngapain kamu," kata seorang siswa mengusap paksa mata temannya sedang menonton aksi memanah Tiara."

     "Maksudku Dia itu ibarat pelangi. Indah untuk di pandang," lanjutnya lagi. Beberapa menit setelah kedua pemanah melemparkan tiga anak panah melesat menancap di sasaran tembakan.   

     "Eh lihat... lihat Jack! Kenapa Octa marah padahal skornya lebih tinggi dia," seru Alex kemudian.

     "Tiara cuma mengalah bukan kalah. Sebenarnya kedua pemanah sama-sama profesional. Tapi Octa mendahulukan napsunya untuk mencapai target. Sedangkan Tiara tahu kondisi itu. Tahap awal anak pindahan itu melakukan bidikan sebenarnya. Tapi untuk anak panah kedua dan ketiga di manipulasi cukup baik," balas Alex.

     "How you know that?" tanya Alex.

     "Dia memejamkan mata," jawab Jack yakin.

     "Nani!" balas Alex.

Di menit yang sama dewan guru mengamati perkembangan para murid melalui CCTV yang tersedia di kantor.

" Persaingan masih normal. Mereka sama-sama berprestasi. Tolong awasi anak baru yang bernama Mutiara Amour," kata Kepala Sekolah kepada petugas yang berjaga.

" Yes, Sir!" jawabnya tegas.


Bersambung......

Berikan kritik dan sarannya serta komentarnya. Mohon maaf atas segala kekeliruan atau kesalahan pada gaya bahasa atau penulisannya karena author masih dalam proses belajar. Thanks and Jazakallah Khoiron Katsiron.

Cinta Tiara Di Negeri MustanirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang