"Oh, pedesnya. Panji! Aunt Rani belum gajian ya, masakannya very hot! Nih cobain kalo elo enggak percaya." Dava menyodorkan masakan asal Tiongkok yaitu capcay yang baru diambilnya dari dapur. Ia tergiur melihat berbagai sayuran beraneka ragam penuh warna yang dibuat oleh Aunt Rani, diantaranya wortel, kol, jamur, sawi, buncis, brokoli dan tomat selain itu asisten Panji menyertakan telur dan daging untuk menambah selera orang yang hendak menyantapnya. Namun untuk hari ini begitu aneh rasanya terlalu pedas.
"Karma is real. Belum waktunya makan udah nyosor duluan, coba sholat ashar dulu abis itu makan bareng ama temen-temen," ketus Rehan melihat rekannya yang tidak bisa menahan hasrat makan bila ada bau sedap dari dapur masuk ke ruangan tengah langsung saja mencicipi makanan.
"Hah, very spicy," ujar Panji membenarkan perkataan Dava temannya yang menjadi seorang youtuber dari Indonesia dan banyak menghabiskan waktu luangnya nongkrong di kediaman Panji.
"Tuh, elo denger sendiri Motivator kece baru ngomong apa, awas kalo maen ke apartemen gua, ntar ada menu kolek sendal spesial untuk akang Rehan," balas Dava jengkel.
"Jangankan kolek sendal, pulang kampung aja otak-otaknya ketinggalan," goda Rehan.
"Udah, kayak anak kecil aja," ucap Niko ikut mencampuri. Keduanya ingin melanjutkan pertikaian tapi segera menahan semampunya, karena takut pada tubuh kekar Niko sahabat Panji. Satu pukulan mendarat ketubuh mereka bisa KO dibuatnya.
"Menurut gue perang dunia ketiga coming soon nih, Takiya masih di belakang ama Tiara bantuin Aunt Rani masak di dapur. Sekedar saran, tolong elo suruh pulang si Takiya sebelum Tiara ngambek. Kayaknya si Archer itu cemburu banget liat Takiya maen ke sini," bisik Dava pada Panji. Melihat adegan yang dilakukan Dava, teman-teman Panji melirik ke arah keduanya. Mereka serempak berdehem, "Hmm ... hmm."
"Bang Rey, tolong cek ke dapur. Ada apa dengan masakan Aunt Rani hari ini," kata Panji memberi kode kedipan mata pada anak buahnya, dan hanya Panji dan Bang Rey saja yang tahu kode itu.
***
Aunt Rani menahan senyum melihat tingkah Tiara membantunya memotong cabe. Walaupun tidak setiap hari belajar masak gadis itu sudah tahu cara membuat bumbu dan meracik sayuran. Namun kali ini yang dilakukannya sedikit ekstrim, memasukkan merica lebih dari biasanya pada daging dan cabe rawit pada sayuran. Dan Takiya yang datang bersama sepupunya Ela juga turut membantu membuat hidangan makan sore, sayangnya mereka tidak tahu kalau Tiara sedang melampiaskan perasaannya pada cita rasa masakan yang ada.
"Wah, Tiara jago masak ya," ucap Takiya menatap Tiara penuh penghayatan.
"Aunt Rani teach me cooking," jawab Tiara simpel tanpa menatap kekasih Panji, tangannya sibuk memotong cabe tanpa berhenti. Semangatnya melebihi memegang busur dan anak panah yang hendak diluncurkan pada papan sasaran.
"Aunt kira cukup belajar masaknya, Mrs. Tiara. Besok mau sekolah, jadi istirahat saja atau kalau mau belajar itu lebih baik. Banyak orang yang membantu Aunt sore ini," rayu Aunt rani meminta gadis polos itu mengakhiri kegiatan potong memotong sayuran yang dihabisinya tanpa bentuk lagi.
"Wah, ramai sekali di dapur. Masak apa Aunt Rani?" tanya Bang Rey tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka.
"Capcay dan steak, terus mau buat sup untuk Mr. Panji." Aunt Rani menimpali. Dan Bang Rey menyambutnya dengan manggut-manggut.
"Ada tamu spesial rupanya, apa kabar Takiya juga Ela?" sapa Bang Rey dengan ramah.
"Alhamdulillah sehat, Bang Rey," jawab keduanya.
"Mau menginap di sini," ledek Bang Rey.
"Ada-ada aja Bang Rey ini," balas Takiya malu-malu. Tak jauh dari tempat mereka berbincang Tiara mendengarkan percakapan sesekali memperhatikan Takiya. Wajahnya nampak kusut dan tak ada senyum sedikitpun menghiasi wajah ayunya.
"Tiara bantu Aunt Rani ya," selidik Bang Rey. Dan gadis itu hanya mengangguk, Aunt Rani dan Bang Rey saling berpandangan dan menahan tawa.
"Ada yang jealous Bang," ucap Aunt Rani pelan. Takut terdengar orang-orang yang ada disekitarnya.
"Suruh Takiya dan Ela pulang, Aunt, aku takut ada perang batin," kata Bang Rey setengah berbisik sambil berlalu dari tempat itu. Dan Aunt Rani membalasnya dengan mengacungkan jempol pada asisten Panji yang bermata sipit itu.
Setelah acara masak di dapur selesai. Aunt Rani mendekati Takiya dan Ela. Tukang masak Panji memberanikan diri untuk berbicara pada orang yang mencintai tuan mudanya itu.
"Maaf Mrs. Takiya sebentar lagi saya pulang, nanti kalau mau pulang lewat pintu samping itu ya. Soalnya kalau lewat depan laki-laki semua. Tidak baik orang secantik Mrs. Takiya banyak yang memandang," ujar Aunt Rani. Dari tatapannya berharap perempuan yang singgah dihati Panji itu untuk segera meninggalkan rumah Sang motivator agar Tiara tidak uring-uringan lagi.
"O,ya Aunt Rani kalau begitu kami pamit, sudah mau masuk ashar sebaiknya kami pulang. Beritahu Mr. Panji nanti saja, sepertinya dia sedang sibuk," kata Takiya kemudian sembari menoleh mencari keberadaan Tiara yang sudah tidak ada batang hidungnya.
"Nanti saya sampaikan," lanjut Aunt Rani. Perempuan itu bernafas lega, terukir senyum diwajah yang sudah sedikit keriput karena usia itu mendapati kesuksesannya menatap kepergian dua gadis meninggalkan kediaman bosnya melewati pintu yang sering digunakan Tiara bepergian.
***
Malam semakin larut. Tiara gelisah tidak dapat memejamkan matanya, pikirannya sedikit terganggu pada sosok perempuan bernama Takiya. Gadis itu tak kuasa menyembunyikan perasaan yang bergentayangan dihari-harinya bersama Panji. Sudah hampir delapan bulan tinggal di satu atap, meskipun tidak tidur bersama namun keduanya sering makan bersama, saling berbicara, dan bercanda tawa.
"Ada apa denganku, apa ini cinta. Aku tidak tahu, yang jelas aku sebel perempuan itu kemari," batin Tiara sembari melemparkan boneka yang ada disampingnya ke arah pintu, dan kebetulan Panji membuka pintu kamar Tiara tanpa diketuk dulu."
"Aduh,"
"Maaf, Pa. Sakit ya?"
"Kalau nggak suka sama boneka, jangan dibuang-buang begini." Panji mengambil boneka panda itu dan menaruhnya di atas lemari. Saat bersamaan Tiara tidak mampu menguasai hati dan pikirannya, tangannya dari belakang melingkar dipinggang Panji, dipeluknya erat hingga pemuda itu membalikkan tubuhnya membalas pelukan Tiara.
"Papa, aku ini istri papa, kan?" tanya Tiara. Air matanya tak mampu dibendung, pipinya yang mulus dibanjiri air bening yang belum pernah dilihat Panji sebelumnya.
"Aku tidak mau istriku menangis," jawab Panji sembari menyeka air matanya dengan lap tangan miliknya.
"Aku mau tidur dengan Papa malam ini," kata gadis itu polos. Panji menghela napas panjang, pemuda itu bukannya tidak menyukai permintaannya tapi bingung untuk menjelaskan bagaimana kronologi sebenarnya.
"Suami mana yang bisa menolak keinginan istrinya untuk tidur bersama, apalagi dengan gadis secantik kamu. Tapi kamu seorang pelajar Tiara, sedikit lagi langkahmu mengejar cita-cita. Aku tidak mau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Ujian Nasional di depan mata, tidak usah berfikir yang aneh-aneh."
"Kita bisa pakai alat kontrasepsi, Pa."
"Ha ha ha." Panji tak dapat menahan tawanya.
"Jangan bicara itu lagi ya, kalau Papa lupa daratan bisa gawat nanti. Aku juga tahu kalau kamu ada perasaan suka pada Fatih. Mana bisa dihatimu ada dua cinta. Kamu harus pilih salah satu, cantik? Anak seumuran kamu masih labil, hari ini kamu bilang cinta besok kamu bilang benci," ledek Panji.
"Aku berharap besar padamu, Tiara. Kamu adalah calon Ibu untuk anak-anak Negeri Mustanir. Mendidik dan merawat anak tidak mudah. Kamu wajib tahu bagaimana cara mencetak anak-anak yang soleh dan solehah. Jadi, perdalamlah ilmu dari sekarang untuk mereka," lanjut Panji.
"Tidur ya, sudah malam. Papa masih di sini sampai kamu benar-benar tertidur. Sweet dream my dear." Panji mencium kening Tiara.
Bersambung...
Assalamualaikum. Berikan saran dan kritik serta komentar para pembaca. Terimakasih atas dukungannya. Mohon maaf atas segala kekurangan yang ada. WassalamualaikumWr. Wb.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tiara Di Negeri Mustanir
RomanceCinta tak biasa yang dialami seorang gadis yang bernama Tiara . Dia menjalani hidup berbeda setelah kematian Ayahnya . Tinggal dilingkungan asing dan satu atap dengan pemuda yang belum pernah ditemuinya. Bagaimana kelanjutannya ..?