Kecelakaan

233 40 39
                                    

Tiara tengah asik di kamarnya. Si cantik itu membuka kado berwarna biru muda, berukuran kecil dengan hati-hati. Matanya antusias mengikuti arah solasi yang masih menempel pada sudut lipatan untuk segera membukanya. Jari-jari tangannya membolak-balik hadiah pemberian seseorang melalui temannya, yaitu Miranda saat istirahat sekolah.

"Kado dari siapa ya? Jadi penasaran."

"Wah, jam tangan." Tiara mencoba untuk memakainya pada pergelangan tangan kirinya.

"Imut dan sesuai dengan warna kulitku." Remaja jelita itu mengelus jam berwarna putih berhias kemilau kristal menjadi aksesoris penambah daya tarik pesona bagi yang memandangnya. Dan di dalam kotak kado itu ada secarik kertas yang ditujukan khusus untuknya.

"Kutitipkan rindu ini padanya, agar bidadari yang menggunakannya, ingat pada sang Pemiliknya."

From: Fatih.

Tiara tertegun, dan bermain-main dengan pikirannya yang kala itu sedikit terganggu pada pemuda yang selalu hadir saat dirinya sudah ada penjaganya.

"Dari Fatih. Anak Mr. Martin, teman Papa Panji."

"Dia sangat perhatian dan begitu menyukaiku, apakah aku juga memiliki perasaan yang sama?"

"Jika saja aku boleh menikah dengan dua suami, pasti kupilih Fatih jadi suami keduaku. Oh, tapi itu mustahil dan tidak dibenarkan."

"Seandainya Fatih tahu aku sudah menikah dengan Mr. Panji, dia tidak akan menggangguku. Haruskah kuberitahu, tapi bagaimana caranya?"

"Mungkinkah, Papa Panji memiliki perasaan galau sepertiku saat ini. Mencintai Takiya, tapi menikahiku karena aku tidak punya siapa-siapa. Dan menyembunyikan perasaan sebenarnya."

"Haruskah kutanyakan isi hati Papa yang sesungguhnya kepadaku?"

"Ehem ...," kata Panji membuyarkan lamunan Tiara. Tanpa sepengetahuannya Panji dari tadi sudah ada di kamarnya.

"Aku tidak tahu kalau ada Papa di sini," ucap Tiara sembari menyembunyikan jam tangan pemberian Fatih.

"Apa itu?"

"Bukan apa-apa."

"Aku mau lihat."

"Ini cuma kotak biasa, Pa."

"Benar, sudah ada rahasia di antara kita."

"Tidak ada."

"Honest, Please."

"Aku ..., dapat hadiah dari Fatih, maaf aku belum beritahu Papa. Baru saja aku membukanya."

"Nice, aku suka kamu memakainya."

"Papa tidak cemburu."

"Jealous jelas ada. Tapi umurmu belum genap 17 tahun sekarang. Aku menunggu keputusanmu setelah ujian nasional selesai. Kemarin aku ditelfon pihak government Mustanir. Mereka akan kemari, dan menanyakan keinginanmu di masa depan. Bisa jadi aku ada di sisimu lagi atau tidak itu pilihanmu."

"Boleh aku tanya sesuatu, Pa."

"Silakan, Tiara."

"Apakah Papa masih mencintai Takiya?"

"Dia cinta pertamaku, aku tidak perlu menjelaskan secara detail kepadamu. Pertanyaanmu sekarang Papa kembalikan. Apakah kamu mencintai Fatih?" Tiara terdiam, bingung ingin menjawab.

"Sudahlah, tidak perlu membahas ini lagi. Biarkan waktu yang akan menjawabnya."

"O, ya mulai besok, Papa sering pulang telat, ada meeting dengan Mr. Tan dan rekan-rekan di perusahaan ayahku. Jadi kamu akan ditemani Aunt Rani dan Pak Ilham di rumah." Panji mengalihkan topik pembicaraan.

Cinta Tiara Di Negeri MustanirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang