Panji mondar mandir seperti orang kebingungan. Motivator itu berkali-kali melihat monitor CCTV di ruang tengah, tak lama kemudian ia pergi ke lantai dua dan turun menuju taman belakang. Setelah yanag dicarinya tak ada akhirnya pergi ke dapur menemuai aunt Rani.
"Can I help you, sir?" tanya aunt Rani heran melihat tuannya kelelahan seperti habis olahraga.
"Bulan puasa jangan olahraga berlebihan, nanti haus," kata aunt Rani lagi.
"Saya sedang tidak olahraga tapi cari Tiara." Aunt Rani menunjukkan jarinya ke arah samping dapur, nampak Tiara bermain dengan kucing peliharaan Panji yanag bernama Pino. Panji menghela napas lega dan hendak pergi meninggalkan tempat itu.
"Jangan bilang Tiara kalau saya mencarinya."
"Why?"
"Tidak apa-apa." Panji mengakhiri kalimatnya dan pergi ke ruang tamu menemui asistennya, duduk bersebelahan.
"Setelah kecelakaan itu, aku tidak pernah lihat kamu menemui Tiara, minggu kemarin ia sudah ujian nasional susulan. Bukannya itu kabar baik, maksudku masa SMU-nya sudah berakhir, tinggal menunggu pengumuman dan ijazah saja. Artinya sudah bisa buat keputusan karena setahuku hari ini umurnya sudah 17 tahun," ucap Rey yaang sering disapa bang Rey itu sembari menunjukkan berkas Tiara yang ada di tangannya.
"Itulah yang membuatku enggan untuk menemuinya, Bang. Sengaja aku membiarkannya untuk berfikir agar Tiara tidak salah mengambil keputusan."
"Menurutku itu keterlaluan, maaf sebelumnya, meskipun aku ini asistenmu, tapi umurku lebih tua darimu. Sebagai seorang suami seharusnya kamu tunjukkan rasa peduli. Just show her, if you take care her, yang aku lihat waktu Tiara tidur kamu memandanginya, jelas si cantik itu tidak tahu kalau kamu selalu memperhatikannya sedang matanya terpejam, giliran dia sadar kamu pura-pura acuh. Actually what you want? And you know, today is her birth day."
"Iya, Bang, tapi ini bulan puasa, apa aku harus cium dia sekarang, nanti malam aku datang menemuinya, InsyaAllah."
***
Semenjak Tiara kecelakaan, aunt Rani menginap di rumah Panji untuk menjaga Tiara. Selama itu pula Panji tidak pernah menemuinya, yang dipikirkan remaja itu adalah Panji tidak memiliki perasaan apapun padanya dan berusaha menjauhinya. Tiara sedikit demi sedikit berusaha untuk kuat menerima kenyataan bahwa kemungkinan faktor umur dan Cinta Panji pada Takiya yang tidak mudah untuk dipalingkan, yang membuat mereka berdua harus saling mengerti satu sama lain.
"Kalau Mrs. Tiara masih sakit kepalanya tidak usah ikut terawih, di rumah saja ya," pinta aunt Rani sambil memandangi wajah Tiara yang sendu.
"Jangan khawatir, nanti pulang terawih aunt belikan mpek-mpek kesukaanmu. Kebetulan tetangga aunt Rani orang Indonesia dan jago buat mpek-mpek palembang, aunt suka cukanya pedas juga manis."
"Iya, aunt. Aku sudah enggak sabaran mau makan mpek-mpek," jawab Tiara sambil tersenyum.
"Ini aku punya mukena untuk aunt Rani, walaupun aku tidak ikut solat terawih, paling tidak mukena ini ikut terawih bersama aunt." Aunt Rani tersenyum. "Jazakillah, Mrs."
Kemudian aunt Rani meninggalkan Tiara sendiri, Tiara merebahkan tubuhnya di kasur, matanya menatap langit-langit kamarnya. Air matanya terjatuh, ia merasakan kesepian dan kesendirian.
"Ya, Allah mengapa sepi sekali, hati ini merasa sunyi. Padahal malam ini bulan penuh rahmat. Sebenarnya kemana orang yang aku cintai, apa yang harus kulakukan sekarang. Tetapkanlah kabaikan pada kehidupanku, jangan buat aku bingung dan diliputi kebimbangan."
Tidak ingin berlama-lama dalam kesedihan remaja yang saat ini berumur tujuh belas tahun itu menuruni anak tangga dan menghidupkan lampu belakang menuju dapur. Tiara sudah pandai memasak, dan tidak perlu diragukan lagi rasanya, hampir setiap hari bersama aunt Rani belajar sekaligus praktek memasak di dapur. Ia mengambil mentega dan penggorengan mulai membuat pisang coklat. Setelah frying pan panas, ia menaruh mentega, setelah meleleh dimasukkannya tiga potong pisang sambil menunggu berwarna coklat keemasan diambilnya coklat dari dalam kulkas dan dipotong sesuai seleranya yaitu panjang-panjang dan bergelombang. Pisang sudah terlihat matang dan bearoma diangkatnya dan ditaruh dalam piring yang sudah disiapkan. Dalam keadaan panas coklat itu ditaburkan hingga meleleh, mata si manis itu sangat fokus menatap lelehan coklat dan diliriknya keju yang ada di atas meja, lalu diambilnya untuk ditaburkan sedikit sebagai pelengkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tiara Di Negeri Mustanir
RomanceCinta tak biasa yang dialami seorang gadis yang bernama Tiara . Dia menjalani hidup berbeda setelah kematian Ayahnya . Tinggal dilingkungan asing dan satu atap dengan pemuda yang belum pernah ditemuinya. Bagaimana kelanjutannya ..?