Ternyata Ada Cinta yang Lain

358 116 39
                                    

Tidak biasanya Panji memanggil Tiara menuju ruang tengah, tepatnya di ruang kerja gadis itu menemuinya.

"Sore ini aku harus pergi ke London. Aku ingin kamu tinggal satu minggu di rumah temanku Sarah," kata Panji sambil membereskan kertas di meja kerjanya.

"Perancang busana itu ya, Pa?" sahut Tiara sembari membantu Panji merapihkan beberapa laporan yang tergeletak tak beraturan.

"Iya. Kamu masih ingat dia?" ujar Panji menoleh pada wajah imut yang ada di sampingnya.

"Kalau Papa pergi apa rumah ini kosong?" tanya Tiara serius.

"Tidak. Ada Bang Rey dan teman-temanku juga Aunt Rani bekerja seperti biasa," jawab Panji pelan.

"Kalau begitu aku di sini saja dengan mereka. Tidak perlu menginap di rumah teman Papa," sahut Tiara mengharap terkabul permintaannya.

"Aku takut ada anak Sekolah datag kemari dan mengganggumu. Perasaan ini tidak tenang, bila kamu dirumah tanpa kehadiranku," ucap Panji memegang tangan Tiara pertama kalinya penuh makna. Kala itu perasaan Tiara tak menentu seperti berada dimensi lain.

"Aku ingin sekali ikut kemanapun anda pergi."

"Belum waktunya, Tiara. Mungkin suatu hari nanti, aku tidak janji tapi akan ku usahakan," kata Panji meyakinkan.

"Nah, ini ada pesan masuk dari temanku Sarah," lanjut Panji mengamati ponsel yang dipegangnya dan ditunjukkan pada Tiara.

Assalamualaikum. Please tell her. Dont bring many cloth. I want give some beautiful cloth

for her. Iam waiting just coming.

Your sweet friend Sarah. Wassalamualaikum.

"Temanku orang yang baik. Dia akan ajarkan kamu banyak hal," ujar Panji sambil mengusap kepala bagian atas Tiara, gadis itu membenarkan kerudungnya untuk menghilangkan kekakuan yang menerpanya.

***

Panji mengantar Tiara menuju Kota Motivator Jalan Desainer Gallery Sekitar pukul 02.30 p.m setelah itu transit menuju bandara ditemani asistennya.

"Indahnya gaun-gaun ini," kata Tiara kagum mengamati satu persatu hasil karya perancang terkenal yang tidak lain teman kuliah Panji.

"Sebagai wanita kita harus tahu dan memperhatikan dunia fashion agar bisa mempercantik diri. Kalau kamu suka, ambil saja. Aku menunggumu untuk bermalam di rumahku. Sudah lima bulan berlalu akhirya kamu datang juga. Dan aku lihat kamu semakin dewasa, tidak seperti waktu itu?" ucap Sarah memperhatikan wajah Tiara yang tersipu malu.

"maksudnya?"

"Dari dandanan kerudung yang kamu pakai ada variasi. Aku ingat dulu polos dan terkesan apa adanya. Itu berarti kamu sudah mencapai tingkat remaja yang penuh warna. Sudah tahu bagus dan jelek, baik dan buruk, dan yang tadinya belum menyukai sesuatu sekarang sebaliknya. Mencari sesuatu agar orang lain menyukainya?"

"Mama Sarah cocok kalau jadi psikolog," sahut Tiara tanpa canggung memanggil Sarah Mama sesuai permintaannya saat pertama kali bertemu. Gadis itu cengar cengir sambil memilih baju-baju yang hendak dipakainya.

"Wow, baju ini begitu dinamis," ujar Tiara menatap pakaian yang berjejer tanpa berkedip.

"Kolaborasi dengan aksesoris yang tidak berlebihan akan membuat penampilan kita menjadi makin mempesona. Ini model baju syari bahan brokat seringkali dipilih sebagai model busana pesta oleh wanita muslimah. Namun, baju syari brokat tidak harus full brokat, disini aku menambah kombinasi modern memadukan bahan yang manis seperti bahan katun, sifon, satin, maupun bahan lainnya akan lebih memperkaya penampilan sehingga tidak terkesan membosankan dan monoton yang akan semakin mempermanis penampilan kita." Sarah menerangkan sangat jelas dan gamblang.

"Besok bantu Mama ke toko, kamu bisakan?"

"Dengan senang hati," balas Tiara girang.

"Gamis ini modelnya begitu menawan," ucap Tiara memegang salah satu koleksi pakaian yang menggantung di lemari.

"Soal model setiap orang memiliki selera dan kriteria yang berbeda, dapat kita lihat dari segi keserasian antara warna dan busana bawahan serta atasannya pun wajib diperhatikan ketika sedang memilih model busana syar'i modern terbaru yang indah dan enak dipandang dan digunakan saat memakainya," balas Sarah sangat mengerti dengan busana yang dibuatnya.

"Aku ingin kamu jadi model busana muslim seperti gamis yang sering dipakai remaja seusiamu. Jangan khawatir cuma perempuan saja yang bisa lihat busana yang kamu pakai. Ini pergelaran khusus untuk para wanita dan majalahnya juga khusus kaum hawa yang bisa pesan. Diperkirakan tahun ini aku akan memunculkan busana berkesan simpel dan mewah. Sehingga nampak anggun, modern, dan terlihat sangat elegan. Tolong jangan tolak keinginanku ini. Dan Panji sudah mengijinkannya, bagaimana?"

"Boleh, aku mau," jawab Tiara riang.

***

Satu minggu kemudian ...............

"Jazakillah, atas ilmu yang Mama berikan selama aku di sini. Aku merasa dimanja dan disayang meskipun aku tahu anda bukan Ibu kandungku."

"Bisa saja kamu ini," jawab Sarah tersenyum simpul.

"Kalau boleh tahu, Mama menikah usia berapa tahun, setahuku Mama seumuran dengan Mr. Panji. Tapi anaknya berumur enam belas tahun sepantaranku," ujar Tiara heran.

"Ya, itu keputusanku ingin menikah muda. Waktu itu aku sangat mencintai orang yang ku kasihi yang saat ini menjadi suamiku. Aku sering berjumpa dengannya dan aku takut terjadi hal yang tidak diinginkan pada waktu itu, cintaku begitu menggebu-gebu. Umur delapan belas tahun aku menikah sambil kuliah. Banyak orang membicarakanku, tapi aku buktikan aku mampu membagi waktuku untuk kuliah, suami dan merawat anakku. Suamiku sekarang bekerja di Jerman, dan anakku Raditya ikut bersamanya sekolah di sana. Aku merasa puas dan bersyukur dengan apa yang aku peroleh sampai detik ini," ucap Sarah dan Tiara terharu mendengarnya.

"Ini jas siapa? bagus dan mewah,"

"Itu milik Mr. Panji," sahut Sarah sambil melipat baju dan memasukkan pada plastik lalu menaruhnya pada kardus untuk dipaketkan pada pelanggan.

"Mr. Panji sudah dua kali gagal menikah. Dia memesan baju itu ketika berumur dua puluh lima tahun. Tapi Ibunya sakit-sakitan dan mengurungkan niatnya untuk menikah dengan Takiya, adik tingkatnya. Waktu ada MOS Panji menyatakan cintanya. Kamu tidak cemburukan?" kata Sarah. Tiara menggeleng meskipun ada sesak dirongga dadanya mendengar cerita cinta Panji.

"Lalu, pernikahan yang kedua kali mengapa gagal lagi?" desak Tiara tidak sabar menanti kisah cinta Panji.

"Ayahmu meninggal," sahut Sarah sambil menatap Tiara penuh teka-teki.

"Sebenarnya tiga hari sesudah kematian Ayahmu, itu hari pernikahan Panji dengan Takiya."

"Dan ternyata dia menikah denganku," kata Tiara. Tidak terasa air matanya menetes. Sarah memeluk erat gadis itu dan Tiara merasa aman dibuatnya.

"Tapi pernikahanmu masih belum resmi. Orang-orang tidak tahu kalau Sang Motivator belum menikah. Lagipula kamu masih belum lulus Sekolah, tidak perlu memikirkan apa-apa. Panji melakukan hal baik. Dia tahu Almarhum ayahmu sudah menjadikannya orang sukses seperti sekarang. Makanya dia ingin melindungimu?"

"Jadi selama ini dia tidak mencintai aku," tanya Tiara.

"Itu hanya Panji yang tahu jawabannya, bukan aku. Yang terpenting adalah lanjutkan Sekolahmu sampai lulus. Hanya butuh enam bulan lagi kamu akan memasuki babak baru yaitu kuliah. Jangan pikirkan yang lain," lanjut Sarah menenangkan remaja polos itu.

"Keputusan ada di tanganmu, Tiara. Pihak government akan mendatangimu dan bertanya cita-citamu kedepan," kata Sarah lagi sambil menepuk punggung Tiara memberi semangat.

***

Bersambung......

Berikan Saran dan Kritik serta komentarnya. Mohon maaf atas segala kekeliruan pada penulisan dan bahasa karena penulis masih dalam tahap belajar. Thanks with your attention.

Cinta Tiara Di Negeri MustanirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang