Fatih want, "girl like you."

232 35 27
                                    

Sudah sekitar 5 jam Fatih berada di rumah sakit bersama teman sekolahnya dari SMK Galaxy. Begitu juga sahabat dan teman satu sekolah Tiara juga menjenguknya. Tapi mereka terpaksa menunggu di luar, hanya dua orang yang boleh masuk ruangan Aster, yaitu Fatih dan Dendi mewakili Panji. Suara tangisan Tiara terdengar dari kamar, remaja itu sudah dipindahkan dari ruang ICU sekitar 1 jam yang lalu. Dua dokter dan dua orang asistennya sedang mengecek keadaannya setelah siuman.

"Sakit, hiks ..., hiks ...," kata Tiara, menahan nyeri pada kepalanya. Salah satu dokter hendak membuka perban, Tiara meronta sampai tangisnya terdengar ditelinga Fatih yang ada di luar pintu ruangan.

"Pasti rasanya sakit," ucap Dendi, sahabat karib Fatih yang selalu setia menemaninya dikala suka dan duka.

"Iya aku tahu memangg sakit, tapi lebih baik dia menangis sekencang-kencangnya, daripada kemarin tiga hari tidak bangun dan membuatku khawatir tidak dapat tidur memikirkannya," balas Fatih, meskipun raut mukanya nampak lelah namun bahagia menyelimuti hatinya.

"Mr. Panji! Mr. Panji!"

"Iya," sambut Fatih.

"Kamu?" tanya dokter itu heran, karena sang motivator yang dicarinya berubah jadi anak SMK Galaxy berseragam lengkap ala astronot.

"Saya mewakilinya," jawab Fatih sekenanya. Tangis Tiara tiba-tiba terhenti, setelah kedatangan Fatih. Padahal nyeri dibagian kepalanya sangat menyakitkan, apalagi ketika satu persatu perban dibuka untuk diganti dengan yang baru. Rupanya Fatih memiliki daya hipnotis, sang archer mampu menahan kesakitannya, menatap dalam Fatih untuk pertama kalinya.

"Kamu kenal dia?" tanya dokter yang bernama Rida Ambarwati di tanda pengenalnya.

"Fatih," jawab Tiara pelan. Jawaban remaja Mustanir itu membuat Fatih terpaku, perasaannya bahagia dan merasa istimewa.

"Mengapa dokter memberi pertanyaan seperti itu," ucap Fatih lirih.

"Aku takut dia lupa."

"Amnesia," pungkas Fatih. Dokter itu mengedipkan mata, mengiyakan ucapan Fatih.

"Walaupun Tiara semisal lupa tentang segalanya, aku yakin dia tidak akan pernah melupakanku."

"Kamu bolos sekolah, baru Pukul 11.00 sudah pulang," sindir salah satu dokter yang ada disebelah Fatih.

"Enggak, Dok. Mana ada tampang handsome begini bolos sekolah. Hari ini Ujian Nasional yang terakhir," terang Fatih meyakinkan, disebabkan dokter dan perawat menatapnya seperti siswa bermasalah.

"Ujian Nasional sudah selesai," tukas Tiara tidak percaya. Fatih hanya mengangguk, ini merupakan awal percakapannya dengan Tiara, sedikit gugup untuk menjawab. Bersamaan itu, dokter tampan yang jaraknya agak dekat dengan Fatih berbisik. "Ajak bicara sebentar, Oke."

"Kamu tidak usah khawatir, Ti ... Tiara. Kamu ada ujian susulan, kalau SMU SMART MUSTANIR I tidak memberikan ujian susulan, aku dan teman-temanku akan ke sana untuk demontrasi," tutur Fatih meski agak gerogi, remaja yang memiliki kharisma itu berusaha untuk menutupinya dengan membenarkan pola rambutnya yang menutupi sebagian matanya yang berwarna coklat.

"Ehemm, jangan begitu. Saya juga alumni sana. Pasti Kepala sekolah dan para guru punya kebijaksanaan untuk Tiara," sela salah satu perawat yang berbadan bongsor ikut mengomentari.

"Aduh, Dok, sakit ... sakit," potong Tiara membubarkan obrolan mereka. Bekas jahitan yang masih basah, membuat remaja yang menginjak umur 17 tahun itu mengerang kesakitan.

"Sabar ya, Cuma mau ganti perban baru satu lagi saja," pinta perawat membuka perban yang lam pelan-pelan dan cukup hati-hati.

"Luka besar atau kecil, jika tidak ditangani dan diobati bisa berdampak lama tidak kunjung sembuh, bahkan bisa jadi infeksi. Kelembapan pada daerah luka bisa membuat luka cepat sembuh," ujar dokter perempuan yang memakai kaca mata.

"Jadi bukan kondisi basah atau kering, Dok," sahut Fatih ingin tahu.

"Tapi lembap. Kondisi lembap bisa membantu sel fibroblas membentuk jaringan baru yang menutup luka," potong Dokter yang bername tag Sofyan Anggara menimpali.

"Kalau Tiara mau lekas sembuh harus mau ikut saran dari dokter, oke," pinta perawat itu sangat sabar. Tiara hanya dapat pasrah dan mengangguk.

"Cepat sembuh gadis Mustanir, All your friend feel sad. We wait you ... please, get up."

Tiara tersenyum menatap Fatih. "Thanks Fatih, tell them. Iam feel better."

"Dokter, bolehkah saya pergi. Bukan saya tidak mau berlama-lama dengan bidadari cantik di hadapanku ini. Rambutnya yang indah sudah saya lihat, dan saya bukan muhrimnya," jelas Fatih sambil melirik Tiara.

"Oh, begitu. Allright, handsome," sahut dokter Sofyan.

"Semoga Allah maafkan kamu kali ini, karena ada luka di kepalanya, jadi belum bisa pakai kerudung," bisik dokter Sofyan. Fatih tersenyum dan mengangguk.

"Tiara aku masih ada di sini, di luar ruangan ini. Kalau butuh apa-apa just call me." Tiara tersenyum dan mengangguk.

***

"Maaf, apa kamu tahu keluarga pasien dari Mutiara Amour?" tanya salah satu perawat rumah sakit Mustanir Care di kota Motivator menghampiri Fatih dan Dendi.

"Saya tahu keluarganya. Sebentar lagi datang kemari," jawab Fatih singkat.

"Can you help me?"

"Of course."

"Banyak bingkisan seperti buah, snack dan yang lainnya menumpuk di depan. Kami tidak bisa membawanya ke dalam. Pasien juga tidak mungkin menghabiskan makanannya semua. Jadi maksud saya, bisakah ananda bawa pulang makanannya, dan boleh meninggalkan beberapa saja." Kemudian Fatih mengangguk dan perawat yang berpakaian serba putih itu berlalu dari hadapan mereka.

"Dendi, please tolong aku bawa makanan ke rumah Mr. Panji pakai mobilku. Aku mau tunggu Tiara sampai Mr. Panji datang."

"Siap!" seru Dendi yang sedari tadi memang ingin keluar dari ruangan yang bau obat-obatan yang beraroma khas rumah sakit.

"Tapi kamu sendirian di sini, mau ku suruh teman-teman yang ada di depan ke sini."

"Tidak usah, aku mau sendirian saja," tegas Fatih sambil tersenyum begitu manis.

Tidak terlalu menunggu lama, Fatih mengeluarkan kunci mobilnya, lalu menyerahkan kepada sahabat karibnya. Fatih menyandarkan tubuhnya ke kursi dan memejamkan mata, tak terasa ia juga lelah sama halnya seperti Panji. Namun Fatih masih muda dan terlalu bersemangat menunggui pujaan hatinya, padahal kondisi tubuh yang kurang tidur bisa membuat orang kelepasan tidur di mana saja, termasuk di kursi. Tanpa disadari Panji dan rekan-rekannya tiba di ruangan Aster. Mereka melihat Fatih tertidur pulas.

"Suruh jaga Tiara malah tidur," kata Niko kesal.

"Fatih tired. I know that, selama tiga hari dia juga di sini. Dia beruntung bisa lihat Tiara siuman," sahut Panji. Saat Niko hendak mengganggunya, Panji menghalangi.

"Let him sleep."

"Panji, cepat! Masuk lihat Tiara sana!" seru Rehan, mengintip Tiara dari daun pintu yang agak terbuka, dan masih ada perawat yang belum beranjak dari ruangan Aster.

"Aku belum siap, Han. Aku tidak tega melihatnya, sebaiknya aunt Rani menjaga Tiara dulu ya, selama dirawat di rumah sakit ini," pinta Panji kepada asistennya yang sengaja diajaknya dari rumah. Aunt Rani mengangguk dan segera masuk ke ruangan.

"Mrs. Tiara ..., are you oke?" tanya Aunt Rani memegang jemari tangan remaja imut yang tubuhnya masih lemas dipembaringan.

"Oke, aunt Rani. Where Papa?"

"Ada di luar. Masih mengurus sesuatu di sana," kilah aunt Rani.

"Apa Papa tidak mengkhawatirkanku. Mengapa Fatih yang muncul pertama kali saat aku tersadar. Ada apa sebenarnya?"

Bersambung ...

Assalamualaikum Warohmatullahiwabarokatuh. Berikan saran, kritik dan komennya. Thanks sudah singgah dihati Panji. Wassalamualaikum Warohmatullahiwabarokatuh.

Cinta Tiara Di Negeri MustanirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang