Hari Kepastian

235 35 27
                                    


Ruangan tengah tempat biasa teman-teman Panji nongkrong dan duduk santai menjadi tegang pada momen ini, Tiara harus mengambil keputusan di depan pihak government sesuai perjanjian saat remaja itu berusia genap 17 tahun. Tampak Panji duduk bersebelahan dengan Mr. Tan dan Mr. Jonathan juga hadir turut menyaksikan. Sedangkan Tiara duduk di dampingi Sarah, sahabat Panji.

"Bagaimana ananda Tiara, apa sudah siap?" tanya Mr. Mike sambil tersenyum membuat rilex suasana. Sang archer mengangguk dan membalas senyuman meskipun sedikit gugup ia mencoba untuk tenang.

"Baiklah, kami ingin tahu setelah lulus SMU mau kuliah, bekerja atau menikah?" tanya Mr. Mike lagi.

"Santai saja Tiara tidak perlu takut, oke," bisik sarah menepuk bahu Tiara.

"Mau kuliah," jawab Tiara singkat.

"Dimana," lanjut Mr. David petugas yang memiliki kumis tebal turut mengomentari.

"Mustanir University," balas Tiara kemudian.

Mendengar jawaban Tiara, teman Panji yaitu Dava yang duduk dibelakang Panji, mulai tidak tenang.

"Panji, kayaknya elo bakalan kehilangan Tiara," ucap Dava pelan.

"Asal Tiara senang dengan keputusannya, aku relakan dia pergi, Va," timpal Panji datar.

"Buat sesuatu cara dong, biar elo bisa sama Tiara. Jangan menyerah begitu. Ah, enggak asik elo ini," ujar Dava lirih.

"Berisik!!!" teriak Niko, jengkel melihat Dava mendesak Panji pada suasana genting. Seketika semua menatap ke arahnya.

"Maaf, ada nyamuk nakal, silahkan dilanjutkan," pinta Niko wajahnya bersemu merah sedikit malu pada para tamu dan marah pada si Dava si tukang kepo.

"Oh, mustanir University, good your chooise. Sepertinya memang cocok untuk kamu. Jadi, Mr. Panji anda sudah dengar keputusan ananda Tiara, lalu rencananya dia akan tingggal dimana?" tanya Mr. Mike menatap Panji ingin tahu.

"Tiara aman berada di rumah ini. Tiara tetap tinggal di sini, saya yang akan pergi."

Semua terdiam, dava teman dekat Panji itu tidak dapat menyembunyikan sikapnya, tengak tengok kiri dan kanan pada semua orang, tampak tidak tenang, karakternya memang selalu panik dalam segala keadaan. "Terus, elo mau tinggal di mana, Ji. Dan temen-temen elo, mau nongkrong kemana?"

"Tenang, Va," kata Rehan menarik tangannya untuk duduk ke kursinya.

"Jadi, Tiara tinggal di kediamanmu dan masalah biaya kuliahnya bagaimana?" tanya Mr. Mike kemudian.

"Orang tuanya waktu masih hidup, uang gajinya setiap bulan dititipkan padaku dan sangat cukup untuk semua kebutuhan kuliahnya. Kalau makan dan minum itu tanggunganku," ucap Panji meyakinkan petugas government yang bertubuh tinggi itu.

"Oke, oke. Kami lega mendengarnya."

"Setelah kita dengar sendiri dari ananda Tiara, maka kami dari government merasa bersyukur karena pada akhirnya memilih untuk melanjutkan kuliah dan kami tutup dengan membaca ..."

"Tunggu dulu, Pak. Saya belum selesai bicaranya," potong Tiara.

"Oh, silahkan," sambung Mr. Mike.

"Saya memang mau kuliah, tapi saya juga mau menikah," ujar Tiara.

"What?" jawab yang hadir serempak

"Maksud kamu, menikah. Are you seriously?" Tiara mengangguk. Mata indah remaja itu melirik sang motivator. Panji membalas tatapannya penuh arti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Tiara Di Negeri MustanirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang