PROLOG

558 40 0
                                    

Bismillaahirrahmanirrahiim

َ

"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik."

-QS. Ali 'Imran 3: Ayat 110.

-/-

Gadis dengan kemeja kotak panjangnya yang sepadan dengan jeans hitam sedang menguncir rambutnya dihadapan cermin, kemudian mengambil topi maroonnya dan keluar dari kamar dengan sedikit tergesa.

Ia langsung duduk di meja makan, tanpa mengindahkan pandangan yang sedaritadi menatapnya dengan intens.

"Kenapa kamu nggak pake baju sekolah!," Ketus dari wanita yang sudah berumur 60an.

Gadis itu malah mempercepat makannya, tanpa keinginan untuk menjawab pertanyaan yang menurutnya akan mempersulit langkahnya untuk melakukan yang dia inginkan.

"Jawab!," Bentak wanita itu yang sudah emosi.

"Selow nek. Karena aku nggak mau sekolah," Gadis itu menatap orang yang dipanggilnya nenek dengan santai, tanpa ada takut sedikitpun.

"Nenek itu, kerja selama ini untuk biayain kamu sekolah. Kenapa dengan entengnya kamu mengatakan seperti itu? Cepet ganti baju sekolah!," Pinta Nenek yang sudah naik pitam.

Dengan santainya, gadis itu meletakkan minumnya diatas meja yang sudah tidak berisi lagi.

"Nih ya Nek. Percuma sekolah kalo ujungnya juga kerja, lebih baik kerja dan dapetin uang. Sekolah itu cuman formalitas doang, Salsa mau kerja ya Nek sama Gilang, biar Nenek nggak usah kerja lagi," Ujar Gadis itu yang bernama Salsa dengan mengutarakan keinginannya.

"Sa! Nenek bilang kamu harus sekolah! Masa depan kamu masih panjang. Ini pasti pengaruh buruk dari Gilang si anak brandalan itu," Ucap Nenek yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi perkataannya bila sudah emosi.

"Masa depan? Kerja itu masa depan Nek, dan jangan bawa-bawa Gilang dalam perkara ini. Nenek selalu menganggapnya buruk saja," Bela Salsa yang mulai terpancing dengan keadaan.

Sudah dua bulan lebih, sejak Salsa bertemu dengan Gilang dipasar.

Saat itu, ia sedang belanja kain untuk keperluan Nenek sebagai tukang jahit, dan Gilang selalu menolongnya untuk membawakan barang hingga sampai kerumahnya tanpa meminta upah.

Kejadian itu, tidak satu atau dua kali, dan akhirnya Salsa yang tidak mempunyai teman ditempat barunya ini. Memutuskan untuk berteman dengan Gilang, tentu saja Nenek tidak merestuinya.

Karena Gilang adalah anak jalanan dengan pakaian seadanya, ia bekerja sebagai tukang parkir dipasar yang biasa Salsa belanja.

Namun, Salsa tidak menilai Gilang dari luarnya, seperti Nenek. Ia menilai Gilang dari sikapnya, walaupun penampilan Gilang seperti preman. Tapi, Salsa tahu Gilang orang baik.

Jika tidak, mungkin Gilang akan memanfaatkannya seperti anak jalanan lain yang biasa Salsa jumpai saat di pasar.

"Udah lah Nek. Salsa pergi dulu," Pamit Salsa beranjak dari tempat duduknya tanpa mengucap salam bahkan mencium tangan.

Wanita setengah abad lebih itu, hanya bisa beristighfar didalam hatinya, ia berkali-kali menghembuskan nafas beratnya atas tingkah cucunya itu.

"Ya Allah, berikan hidayah kepada cucuku."

---

Semoga bermanfaat ya😊

Terima kasih telah membaca cerita kedua ini❤.

Dan jangan lupa, baca Basmallah yang sudah aku sediakan tiap partnya. Karena apapun yang diawali dengan Basmallah akan dinilai ibadah, makanya jangan lupa baca ya gaes.

#JanganlupabacaQur'annya

27 Ramadhan 1440H

Merajut ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang