Awal dekat

201 8 0
                                    

"Cinta dan hujan itu tak jauh beda. Mereka akan sama-sama membahayakan jika terlalu berlebihan."

•••

Sedari tadi udara dingin tertaut pada cuaca malam dan mendung ini. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Tak terlihat satu pun bintang berpose pada langit. Dan rintik perlahan mulai terasa. Benar. Memang turun hujan. Ia membasahi apapun yang berada di bumi tanpa dosa. Termasuk Salma yang tengah mengendarai motor matic-nya lambat sembari menutup sebagian wajahnya agar matanya tak sakit menatap jalanan meski hujan menerpa sakit.

Salma akhirnya memilih berteduh di sebuah pondok saat hujan mengguyur lebat jalanan. Hanya mobil yang berani melintas melewati hujan deras itu. Perasaannya memang takut. Dia hanya bisa diam memandangi mobil-mobil yang melintas, lampu jalanan, dan deras hujan.

Ternyata salah. Satu motor berani melintas di jalanan. Sekejap sang pengendara motor memutar arah stang hingga kini menuju ke tempat Salma berdiri. "Eh, kenapa?" Salma mulai panik melihat orang yang belum ia ketahui siapa. Namun jika sekilas dilihat, ia yakin itu anak seusianya. Salma tetap waspada. Ia siap mengeluarkan jurus silat kalau laki-laki itu macam-macam padanya.

Laki-laki itu mengenakan hoodie hitam dan helm berwarna merah. Ia turun setelah mensejajarkan motornya disamping motor Salma. Ia berlari menghindari hujan dan menghampiri Salma yang berdiri menundukan wajahnya sambil mengaitkan jari-jarinya akibat rasa takut ditambah dingin yang menelusup di tubuh.

"Sal, lo ngapain disini?" tanyanya di sebelah Salma sembari melepaskan helm-nya. Salma mendongak menatap pemilik suara tersebut.

"Eh, Aldo." Salma kaget. Ternyata itu Aldo. Ia menghela napas lega. Tadinya ia mengira itu seorang kriminal atau semacamnya yang ingin mengganggu dirinya. "Gue kira tadi itu siapa pake jaket hitam kayak gini." Salma mengambil posisi duduk diatas tumpukan kayu. "Baru aja mau ke rumah Dita, eh malah kena hujan." jelas Salma memandang langit.

"Gue tadi mau lurus aja pulang karena udah terlanjur basah, tapi gue ngeliat ada motor lo yang ciri banget itu keparkir disono. Lo gak ada takut-takutnya, yah? Malem-malem, cewek, naik motor, hujan-hujanan, terus berteduh dibawah pondokan kayak gini, sendirian lagi?" ceracau Aldo sembari menggelengkan kepala pada ujung kalimatnya.

"Habis tadi gue mau cepat cari persinggahan karena telepon gue bunyi, ternyata Eca katanya mau jemput kesini. Untung gue nemu ini pondok. Takut, sih." Salma membetulkan posisinya agar mendapat tempat nyaman.

"Masih mau ke tempat Dita?" Aldo mengambil posisi duduk di sebelah Salma. Bajunya basah hingga air tak henti-hentinya mengalir dan menetes.

"Kenapa emang?" balas Salma melihat Aldo.

"Hujan, Sal. Lo bisa ngerasain kalo ini hujan, gak?" Aldo memanggil Salma tidak menggunakan kata kakak. Meski Aldo lebih muda darinya. "Gue saranin lo pulang aja. Lagian ngapain sih ke rumah Dita malam-malam kek gini." Salma menghela napas panjang, seolah pasrah mendengar saran Aldo. Ia mengangkat dagunya dan hendak mengatakan sesuatu kepada Aldo. Namun mulutnya bungkam melihat Aldo yang sudah dulu menatapnya. Mata mereka bertemu. Rasa canggung pun datang menggayuti perasaan Salma. Salma langsung mengalihkan pandangannya cepat.

Rintik hujan perlahan mereda. Satu lagi motor menghampiri mereka. Salma dan Aldo berusaha mendapati wajah sang pemilik motor. Ternyata itu Eca dan Dita yang hendak menjemput Salma. "Aldo?" tanya Eca kaget melihat Aldo yang duduk disebelah Salma. Aldo adalah teman sekelas Eca. Ia bingung dengan keberadaan Aldo disana.

ALDO SADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang