"So, please be my hero."
●●●
Sehari lagi adalah jadwal keberangkatan. Belum ada kabar baik dari Aldo, apalagi Bu Sinta. Eca mengajak Salma untuk ke rumah Bu Sinta. Salma hendak mengajak Dita tapi ia tidak ingin pergi. Salma tahu pasti Dita masih kesal dengan kejadian malam itu. Setibanya di rumah Bu Sinta, ternyata hanya ada Salma, Esa, Wiliam, dan Haikal.
Pukul lima dan langit sudah berwarna jingga sebagian. Mereka masih berada di rumah Bu Sinta. Cahaya masuk melalui kaca transparan yang tercagar sebagai dinding pembatas rumah dan halaman. Bu Sinta pun memberikan penjelasan mengenai keberangkatan. Ia bilang kalau jadwal keberangkatkan besok pagi menggunakan bus. Tapi karena batal, mereka tidak jadi pergi kesana.
"Gimana?" tanya Bu Sinta. Semua diam. Mereka tak tahu harus menjawab apa. "Oke, ini sudah sore. Ibu kasih kalian waktu sampai jam delapan malam ini, harus ada jawaban. Kalau lebih dari itu kita benar-benar cancel." Bu Sinta akhirnya memberikan waktu.
"Tanpa Aldo kita juga bisa berangkat, Bu." Wiliam angkat bicara. Ia sudah terlalu kesal dengan Aldo.
"Ibu tunggu jawabannya malam ini." akhir pembicaraan Bu Sinta.
Mereka pulang. Namun sebelum itu mereka berdiskusi dulu tentang Aldo. Dan keputusannya ialah bahwa mereka akan menemui Aldo sekarang. Ini sudah hampir maghrib. Sebenarnya tidak enak bertamu pada waktu seperti ini. Tapi sudahlah, mereka butuh jawaban Aldo sekarang juga.
"Ca, lo aja yang ikut gue." ucap Wiliam. Ia tahu kalau Aldo tidak terlalu senang kalau Salma dekat dengannya.
"Iya." jawab Eca. Salma mengangguk tidak masalah. Ia pun menaiki motor Haikal dan pergi menemui Aldo ke rumahnya.
"Aldo?!" teriak Haikal. Ia dan Wiliam turun dari motor lalu berdiri di depan pintu masuk rumah. Sampai ibu Aldo keluar. Sementara Salma dan Eca tetap di motor.
"Eh, Haikal sama Wiliam! Cari Aldo?" tanya ibunya yang keluar sembari membawa keranjang pakaian.
"Iya, Bu. Ada Aldo gak, Bu?" tanya Haikal. Salma dan Eca hanya memerhatikan dari jauh tanpa mendekat ke Haikal dan Wiliam.
"Ibu panggil dulu, yah." ibu Aldo pun masuk untuk memanggil Aldo. Firasat Salma sudah yakin kalau Aldo benar-benar tak akan mengikuti kejuaraan ini.
Beberapa saat setelah itu, ibu Aldo keluar lagi membawa jawaban. "Aldonya tidur, Kal. Udah ibu bangunin tapi dia gak mau keluar." tambahnya.
"Gak mau keluar?" ucap Haikal kepada Wiliam dengan perasaan bingung. "Aldo jadi ikut camping besok gak, Bu?" Haikal berbicara sementara Wiliam dari tadi hanya diam di sebelahnya.
"Oh, olimpiade sekalian camping itu. Katanya sih gak ikut, Kal. Bilangin aja yah sama pembina kalian. Maaf Aldo gak bisa katanya." jawab ibu Aldo. Ternyata ibu Aldo benar-benar sudah tahu tentang olimpiade ini. Ia juga mengatakan kalau Aldo tidak bisa ikut.
"Oh, gitu. Makasih, Bu. Kita pamit pulang dulu. Assalamualaikum." tutup Haikal.
"Waalaikumsalam." jawabnya.
Haikal dan Wiliam kembali ke atas motor. Aldo tak mau bertemu dengan mereka. Bagaimana dengan mereka kalau hasilnya seperti ini? Ini sudah jam enam, tapi Aldo masih tak mau ikut. Wiliam semakin memanas. Bukan masalah libur sekolahnya, tapi masalah tanggung jawab. Ia bisa saja dari awal juga tidak ikut di kegiatan ini. Lagipula dia sudah kelas dua belas. Dan Aldo? Seenaknya dia bilang tidak mau ikut. Padahal tugas sekolahnya juga tidak terlalu rumit. Wiliam tahu karena dia sudah melewati masa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDO SADARA
Humor[ONTHEWAY-COMPLETED] . . WARNING!! Membaca cerita ini sama dengan menolak lupa!