Terima kasih, Do!

57 3 0
                                    

"Kadang kamu membuatku menjadi sayang, kadang kesal, kadang care, dan kadang cuek. Kamu itu humoris, terkadang moody. Kamu adalah orang yang susah ditebak, aku tak tahu jalan pikiranmu. Kadang kamu membuatku bingung."

●●●

Aldo
Gue bukan suka sama dia, Sal. Cuman sekedar kagum.

Suka itu bakal tumbuh setelah adanya rasa kagum.

Salma benci melihat pesan Aldo yang isinya membuatnya muak. Ia begitu tak bersemangat. Awal adanya rasa sayang itu dari sebuah ketertarikan, lalu muncul rasa kagum. Lama-lama rasa itu akan berubah jadi perasaan suka, dan selanjutnya sayang. Yaitu saat kita sudah mengenal orang itu dan melakukan banyak hal bersama-sama sampai ada rasa takut kehilangan. Asli Salma kehilangan mood mengingat hal itu. Matanya sembab dan merah.

Aldo
Sal, gak mungkin gue ninggalin kamu.

Kalo posisi gue sekarang hanya seorang penghalang buat kamu dan Viola gue gak apa-apa.

Just read. Aldo tak membalas pesan darinya. Sudah sekitar sepuluh menit setelah pesan itu terbaca, namun Aldo tak mengirim sesuatu pada Salma. Ia tak mempedulikan matanya. Tiba-tiba bunda mengetuk pintu dan memanggil Salma dari luar. Ternyata bunda sadar kalau anaknya itu sudah pulang.

Bagaimana ini? Mata gue sembab. Pasti bunda bakal curiga kenapa gue nangis. Gak mungkin gue ngomong kalo gue habis berantem sama Aldo. Yang ada kita gak dibolehin lagi berpacaran kalo seperti ini. Batin Salma sambil menatap dirinya di cermin.

Salma keluar dengan sweater putih polos dan training hitam. Ia menyahut bunda sembari berjalan menunduk seolah melihat ponsel. Disana juga ada ayah. Salma menutupi wajahnya dengan rambutnya yang tergerai. Ayah dan bunda sedang menonton televisi. Ia belum melihat keadaan Salma yang sudah pasti sedang berantakan.

"Ada Aldo di luar. Kamu ditungguin sama dia." ujar bunda. Salma kaget karena Aldo bisa-bisanya datang kesini dengan keadaan Salma sekarang. Keadaan yang tak dapat dijelaskan lagi. Karena siapa pun yang melihat pasti tahu kalau ia habis menangis.

"Kamu kenapa kok wajahnya di tutup-tutupin gitu?" tanya bunda yang nampaknya sadar kalau ia sengaja menutupi wajahnya dengan rambut.

"Habis maskeran, Bun. Salma keluar dulu." Salma sudah memegang gagang pintu. Perlahan ia buka sampai Aldo tak tahu keberadaannya. Ia melihat Aldo yang duduk di kursi teras. Lalu ia berdiri saat menyadari Salma yang telah berada di pintu.

"Buat kamu." Aldo memberikan Salma sesuatu yang terbungkus plastik putih. Namun Salma sekejap tak berkutik. Wajah Aldo seakan mengisyaratkan sekarang. Barulah Salma meraihnya dari tangan Aldo.

"Kamu nangis?" Aldo melihat mata Salma yang sembab. Salma hanya diam. Ia menunduk menutupi matanya.

"Gue gak mau putus sama kamu, Sal. Gue mohon jangan buat hubungan kita jadi berantakan gara-gara masalah ini. Kamu mau semua hari yang telah kita lewati bersama cuman jadi kenangan kelam di hari kemarin? Kamu bukan penghalang. Kamu itu pacar gue." jelas Aldo.

Salma menahan tangis dan tak menyangka Aldo akan membalas pesannya langsung di rumah. Tenggorokannya sakit. Ia sudah tak tahan lagi menahan air matanya. Pantas Aldo lama meninggalkan dirinya di whatsapp, pikir Salma.

"Walaupun gue kayak gini, gue cuman sayangnya sama kamu. Cewek-cewek lain banyak tapi gak ada satu pun mereka yang sama kayak lo. Posisi lo udah pas di hati gue. Gak bakal ada yang bisa gantikan Salma Alradian W. Percaya sama gue, Sal."

ALDO SADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang