"Entah mengapa kebanyakan perempuan akan mengutarakan perasaan sedihnya melalui sebuah quotes."
●●●
Aldo tak henti-henti mengirim pesan kepada Salma, "Gue bakal benar-benar marah kalo WA gue belum keluar dari handphone loh. Atau gak ajarin gue caranya biar bisa kayak gitu." Salma tertawa terpingkal-pingkal. Ternyata Aldo juga ingin tahu caranya membajak whatsapp. Salma melihat Aldo yang juga melihatnya. Masih dengan wajah yang sama.
"Sini handphone lo. Biar gue keluarin." Ngomong-ngomong ini hanya pencitraan Salma. Sekarang ia malah mengotak-atik handphone Aldo lagi. Seolah-olah ia telah mengakhiri pembajakan itu. Aldo pun percaya.
"Awas lo bajak lagi." Salma membuang wajah tak mendengarkan perkataan Aldo yang terdengar mengancam. "Gue akan bertindak keras kalo loh masih ngelakuin hal bodoh kayak gini." tambahnya saat berbisik ke telinga Salma.
Aldo
Gue gak main-main sama omongan gue.Siap bosque.
Malam tiba. Semua pulang ke rumah masing-masing. Aldo sampai di rumah maghrib. "Do, kamu nunggu rumah sama Vino. Kakak mau dinas bentar lagi." Aldo yang baru saja masuk ke rumah langsung berhenti dan melihat ke arah sumber suara. Itu Kak Ana yang sedang duduk di kursi sembari memotong kuku jari tangannya dengan gesit.
"Gak ah, Aldo udah ada janji sama temen, Kak. Kakak ajak aja Vino sekalian." tolak Aldo. Ia melihat di sebelah Kak Ana sudah terjajar tas, kunci mobil, dan beberapa map. Bajunya juga sudah rapi.
"Vino sama temen-temennya di dalem." Kak Ana menyuruh Aldo untuk menemani Vino di rumah. Karena ayah dan ibunya sedang pergi. Memang awalnya yang di tugaskan adalah Kak Ana, namun ia tidak bisa menemani karena mendadak mendapat telepon dinas. Ia harus menghadiri suatu acara. Dan itu tidak bisa ditinggalkan.
Dering telepon milik Kak Ana di atas meja berbunyi. Nampak sekali kalau Kak Ana sedang sibuk. "Halo? Iya. Ini saya sudah mau berangkat--" entah bicara dengan siapa. Kak Ana menatap Aldo sekilas dan berkata, "Jaga rumah, awas aja kalo keluar" menutup sumber suara telepon agar tak terdengar oleh orang yang tengah meneleponnya. Kak Ana pun buru-buru melesat pergi meninggalkan Aldo yang masih terdiam dengan wajah hendak marah.
"Vino!" pekik Aldo setelah bayangan Kak Ana sudah tidak nampak lagi di matanya. Ia mencari Vino yang ternyata sedang bermain di ruang tengah bersama dua temannya. Berantakan sekali. Aldo memutar bola matanya melihat kondisi rumah yang seperti kapal pecah. "Kakak nanti malem mau keluar, kamu tidur aja, gak usah main." Vino langsung cemberut. Kedua temannya diam tak berkutik.
"Tapi kan Kak Ana nyuruh kakak buat nemenin kita." Vino menghentikan kegiatannya dan melihat Aldo sang kakak.
"Ini kan sabtu malam, emang Kak Ana mau dinas?" ia melirik kalender di atas meja. Keningnya berkerut karena berpikir.
"Katanya sih ke rumah temen. Terus dia bilang dinas. Vino jadi bingung." Vino menggaruk kepalnya yang tak gatal.
Mendengat perkataan Vino, mata Aldo membelalak tajam. "KAK ANAAAA!!!" beruntung rumah mereka telah terkunci rapat semua sehingga tetangga ataupun orang yang lewat dari depan rumah tak dapat mendengar pekikan dahsyat Aldo.
Aldo
Pdhl gak mau bgt ingkar janji sm kalian semua.Ajak ajah Vino ke tempat Dita, itu ajah kok repot.
Aldo
Gue itu gak boleh keluar rumahhhh.Oh gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDO SADARA
Humor[ONTHEWAY-COMPLETED] . . WARNING!! Membaca cerita ini sama dengan menolak lupa!