Seberapa Pantas?

49 1 0
                                    

"Kamu juga punya hak untuk marah dan melarang. Lantas apa bedanya kamu dengan yang lain?"

●●●

Aldo menggunakan training dengan kaos panjang berwarna biru. Ia langsung berdiri saat Salma datang menghampirinya. Ia sudah lama menunggu Salma diluar.

"Lama banget. Gue sampe kedinginan." ucap Aldo seraya menyilangkan kedua tangan untuk mendekap dadanya akibat udara yang dingin. Memang cuaca sore ini sejuk dan sedikit berangin.

"Yah sorry. Kan gue lama masaknya." Salma cemberut.

"Iya-iya bawel. Makasih, yah." Aldo mengambilnya dari tangan Salma.

"Kok kamu pucat, sih? Masih sakit?" Salma menatap wajahnya heran. Dengan posisi mendongak ke atas karena Aldo lebih tinggi darinya.

"Bukan pucat, tapi item." Aldo mencibit pipi Salma. "Gue ngitem." jawab Aldo sedikit tertawa.

"Serius?" tanya Salma. Aldo hanya mengangguk meyakinkan. "Awas lo masuk rumah sakit lagi!" ancam Salma.

"Kenapa? Suka rindu?" dengan percaya dirinya Aldo berkata begitu.

"E-enggak." Salma jadi kikuk.

"Ngaku aja." wajahnya menampakkan wajah kemenangan karena berhasil membuat Salma mengkhawatirkannya.

"Gak, gue mau pergi sekarang. Udah telat gue." Salma langsung berbalik untuk melangkah menuju motornya.

"Sebentar lagi di sini. Gue masih pengen lihat kamu." tahan Aldo memegang pergelangan tangan Salma.

Salma berhenti, "Ini udah jam segini, Do. Gue takut telat sendiri." Salma melihat tangan Aldo yang menariknya.

"Oh, ya udah." Aldo mengangguk dan melepaskan Salma. Ia merasa tidak enak dan sedikit malu.

Aldo mengalah. Ia menyetujui Salma untuk berangkat sekarang. Dan Salma langsung menuju sekolah setelah pamit dengannya. Aldo bilang hati-hati. Terlihat dari spion Salma kalau Aldo masih berdiri di tempat itu. Sampai Salma sudah benar-benar jauh. Dan tak mendapati Aldo di kaca itu. Salma tiba di sekolah telat. Anak-anak lain sudah berkumpul di meja untuk berdiskusi. Ia duduk di tengah-tengah Dita dan Wiliam, hanya ini tempat yang kosong. Sepertinya memang disediakan untuk Salma.

"Makanan buat gue mana?" bisik Wiliam.

"Emang gue janji apa?"

"Cukup tau aja." ia kembali menyimak Galih yang tengah menyampaikan pendapat.

Seingat Salma ia tak memiliki janji kepada Wiliam. Wiliam sering mengatakan 'cukup tahu' jika berada di dekat Salma. Salma menghiraukan Wiliam yang sering mengatakan itu. Ia rasa Wiliam hanya main-main karena sifatnya memang seperti itu.

Aldo
Nasi goreng kamu diabisin sama ayah. Gue makannya sedikit.

Bukan salah gue. Hahah.

Aldo
Ntar kapan-kapan masak lagi, yah.

:v

Seiring berjalannya waktu, keadaan Aldo semakin membaik. Hubungan mereka tetap berjalan seperti biasanya. Salma dan Aldo selalu berpegang teguh pada janji-janji mereka. Tak jarang Salma dan Aldo mengingkari janji tersebut. Walaupun demikian, harus ada yang mengalah di antara mereka karena ego bisa saja menjadi lawan tangguh untuk menghancurkan suatu hubungan. Itu merupakan prinsip Salma dan juga Aldo.

ALDO SADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang