Batal gara-gara dia

37 1 0
                                    

"Semua disini berkorban."

●●●

"Yang lain kemana?" tanya Wiliam yang tiba-tiba masuk ke ruang OSIS.

"Ada yang ke kantin bentar tadi." jawab Arasi yang menghentikan aktivitas mengetiknya. Aldo sedang tiduran di sofa. Sama seperti Haikal. Anak-anak yang lain ada yang sibuk dengan beberapa hal dan ada juga yang santai seperti bercanda, bercerita, dan bermain gitar. Ruang ini memang markas anak-anak OSIS teraman karena jauh dari ruang guru.

"Gue mau ngasih informasi kalau sebentar lagi bakal ada Olimpiade of the Years sama OSIS-OSIS dari SMA lain. Tapi kali ini dalam bentuk camping. Jadi kemah gitu di puncak." Wiliam menjelaskan.

Asik. Hore. Yeh.. beberapa anak mulai ribut karena mendengar adanya olimpiade ini. Sebenarnya ini acara paling seru karena olimpiadenya dibuat seakan camping di puncak. Bakal ada api unggun dan makan bersama. Tidak hanya itu. Masih banyak lagi yang dapat mereka lakukan selama beberapa hari berada disana.

"Tadi Bu Sinta yang mau ngasih tau langsung, tapi dia ada acara mendadak gitu dan izin pulang." tambahnya.

"Siapa aja yang ikut?" tanya Piko.

"Ini kan kuotanya lumayan banyak per sekolah. Kita bisa ikut semua. Sebagian ikut olimpiade, dan sebagian lagi supporter. Olimpiade ini bukan semua anak-anak pintar atau hasil seleksi SMA yang ikut, tapi OSIS. Jadi kalian jangan takut. Nah kayak Dita ikut debat."

"Gue debat lagi?" tanya Dita melotot. "Kenapa gak Aldo aja, Wil" Dita menghela napas berat. Wajah Aldo sontak mengarah ke Dita.

"Oh iya, ini yang bisa ikut olimpiade cuman anak-anak kelas dua belas." ucap Wiliam.

"Udah Salma aja kalo gitu?" Dita terkekeh pelan. Namun Wiliam datar.

Semua orang memandang Salma. Ia masih tak peduli dengan percakapan mereka. Padahal jarak mereka tak begitu jauh. Ia mendengar sekilas. Tanpa meresapi setiap perkataan dari Wiliam dan yang lain. Memang kalau dia sedang niat untuk melakukan sesuatu, maka dia harus menyelesaikannya sekaligus sampai tuntas. Itu adalah prinsip Salma.

"Salma!" seru Wiliam. Ia lantas memecahkan kefokusan itu.

Salma berhenti menulis mendengar seruan Wiliam. Ia menegapkan badannya dan siap mendengarkan ocehan Wiliam yang pasti akan menggerutu karena perbuatannya. Namun tidak. Ternyata Wiliam malah menempelkan dua lembar kertas pada little blackboard -papan pengumuman atau agenda OSIS- di sebelahnya. Itu adalah daftar anak-anak kelas dua belas yang tergabung dalam olimpiade nanti. Juga di sebelahnya yaitu daftar supporter yang juga bakal ikut kesana.

"Lo ikut olimpiade fisika." Salma yang sudah fokus memperhatikannya terkejut. Ia menggelengkan kepala tak percaya. Semua orang tercengang mengetahui Salma yang ditunjuk mengikuti olimpiade itu.

Sekolah tak menuntut mereka harus menjadi nomor satu. Anggap saja ini ajang berlatih mengerjakan soal bagi anak-anak OSIS kelas dua belas. Mereka juga masih semester satu. Dan acara ini memang ditujukan bagi mereka karena telah berjasa dalam OSIS. Bukan hanya untuk bersenang-senang yang pasti. Karena setiap kegiatan sekolah pasti sudah dipilah-pilah terlebih dahulu. Ini juga formal event. Kali ini diadakan oleh Kemendikbud kota masing-masing. Yah. Jakarta Selatan.

Salma sudah mendapat izin dari guru-guru bahwa ia akan mengikuti olimpiade ini. Apalagi Bu Desi yang sangat menyetujui Salma untuk berpartisipasi dalam fisika. Ia bilang kalau Salma mendapatkan juara, namanya akan bersih dari daftar buku hitam Bu Desi. Ayah? Bunda? Mereka sudah memberi Salma izin. Bang Raza? Ia juga sudah memberi izin. Mereka sangat setuju. Walau Salma sedikit terbebani sekarang karena ia harus belajar fisika dengan extra.

ALDO SADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang