Alasan Aldo

32 2 0
                                    

"Tunggu gue, kalo udah dua puluh tiga tahun gue ke rumah lo."

●●●

Lagu Deen Assalam versi Nissa Sabyan mengudara dalam bus. Lagu ini yang membuat Salma terlelap. Tidak hanya Salma. Anak-anak yang lain juga sudah ada yang terlelap tidur. Untunglah posisi tempat duduk agak luas karena perjalanan yang cukup jauh seperti ini pastilah harus nyaman. Salma duduk di belakang Aldo. Aldo sering mengajak Salma mengobrol. Tak jarang ia juga menjahili Salma yang sedang tidur.

Pukul tiga sore mereka tiba di lokasi. Bu Sinta melakukan check-in untuk mengurus persyaratan-persyaratan sebagai asuransi pertanggungjawaban panitia jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Sementara itu, yang lain mendirikan tenda dan menyiapkan segala keperluan camping. Di sebelah kiri terdapat satu villa yang nampaknya lengkap akan fasilitas. Pasti itu disiapkan bagi para pembina. Senang rasanya berkumpul dengan orang-orang yang punya hobi sama dengan mereka.

Satu persatu lomba-lomba dilaksanakan. Ada yang juara dan ada yang belum berhasil. Semua sudah berusaha dengan baik. Namun tinggal satu, Salma mendapat jadwal lomba di hari terakhir. Ia sendiri harus berjuang di hari perpisahan itu.

●●●

"Besok sore pulang. Jadi malam ini boleh jalan-jalan." ucap Pak Dava, guru olahraga yang sempat menyusul pada hari kedua.

"Setuju." serentak semua menjawab dengan senang.

"Pukul tujuh sudah kumpul disini." ucap Pak Dava lagi.

"Janji, Pak?" ucap salah satu anak, dan ternyata itu Arasi.

"Janji." Pak Dava menaiki kedua alisnya, lalu pergi bersama setumpuk berkas yang ia bawa.

"Siap." mereka pun bubar dan kembali ke tenda masing-masing.

Arasi dan Galih mengantarkan makanan kotak berupa snack dan nasi untuk makan malam kepada anak-anak putri. Mereka semua berjajar makan di depan tenda. Tak perlu menggunakan lampu tambahan atau membuat api kecil karena disini sudah ada penerangan dengan dipasangnya puluhan lampu taman sehingga setiap sudut akan terlihat jelas oleh pancaran cahaya itu.

"Salma, semangat ye besok olimpiade fisikanya." celetuk Devi yang habis menyantap makan malamnya.

Gelak tawa dan satu persatu anak-anak disini mulai menggoda Salma. Memang besok masih ada jadwal perlombaan yaitu olimpiade fisika. Salma sudah mempersiapkan itu. Namun ia masih tak yakin bisa juara. Fisika adalah pelajaran tersulit menurutnya. Bisa-bisanya Bu Desi malah memilih dia untuk ikut di mata pelajaran ini.

"Fisika itu susah, gue gak jamin." balas Salma.

Tak lama kemudian, Aldo datang. "SMANSA JAKSEL, sebentar lagi kumpul sama Pak Dava." seru Aldo.

Mereka mengabaikan Salma dan beralih pada sumber suara. Yey, hore, yes. Semua senang karena Pak Dava ternyata menepati janjinya. Salma memdapati wajah Aldo yang samar-samar karena membelakangi cahaya. Salma tersenyum kepada Aldo, namun Aldo mengabaikannya dan melihat pesan yang masuk di ponsel yang ia pegang. Itu membuat wajah Salma berubah 180 derajat.

"Dita dan Salma ke ruang Bu Sinta di villa, sekarang!" tambah Aldo setelah mengecek ponselnya. "Cepet!" tegas Aldo dengan wajah angry-nya. Ternyata itu pesan dari Bu Desi.

ALDO SADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang