"Tak perlu selalu sepemikiran, karena kadang berdebat tentang hal sepeleh pun dapat menjadikan hubungan semakin akrab."
•••
Seperti pasar. Itu adalah suasana kelas 12 IPA 1 yang dapat digambarkan saat ini. Ada yang sedang bermain laptop, ada yang bermain gitar, dan juga banyak yang keluar kelas. Menuju kantin atau sekadar cari perhatian ke adik-adik kelasnya. Namun tidak dengan Salma. Ia begitu suntuk berat menghadapi beberapa pelajaran yang tidak ia sukai. Untunglah pada pelajaran terakhir, guru yang bersangkutan sedang tidak dapat hadir. Suatu kebanggaan bagi Salma dan teman sekelasnya menghindari pelajaran fisika yang begitu sangat menguras pikiran.
Berbeda dengan anak-anak yang rajin di kelas ini. Tentu jam kosong mereka manfaatkan sebaik mungkin. Contohnya Risa yang sibuk membolak-balik buku untuk mengerjakan peer matematika yang baru saja di berikan oleh Ibu Dewi saat masuk tadi. Salma beranjak dari tempat duduknya dan pindah ke sebelah Risa. Ia mencoba untuk melihat bagaimana tugas yang dikerjakannya. Hoam. Baru saja matanya melihat angka-angka yang tertulis rapi di buku Risa. Ia pun mengantuk. Ia melirik jam dinding yang tak berubah sedari tadi. Salma mengambil posisi nyaman agar tidurnya nyenyak. Ia menjadikan tas sebagai bantal dan wajahnya pun sedikit ia tutupi dengan rambutnya yang tergerai. Salma terlelap dalam tidurnya.
"Salmaaa....! Adek lo dateng." belum juga sempat bermimpi Salma sudah terbangun akibat suara nyaring Piko, teman sebangkunya.
"Enak yang punya adek." sahut Amril si ketua kelas yang sedang berada di depan Salma. Ternyata Amril juga terbangun akibat suara Piko.
Pikir Salma yang memanggilnya adalah Eca, karena dia biasa ke kelasnya itu. Salma pun beranjak sembari membenahi rambutnya yang sedikit kusut. Ia terkejut. Ternyata bukan Eca yang menemuinya. Laki-laki menggunakan kaos hitam polos dengan celana olahraga SMA Negeri 1 Jakarta Selatan yang sudah tak asing di matanya. Aldo. Ia melihat Aldo yang berada di depan pintu kelasnya. Salma terkejut. Sepertinya Aldo sedang pelajaran olahraga terlihat dari keringat di wajahnya yang begitu banyak mengalir.
"Dipanggil Bu Sinta di ruang OSIS." satu botol pocari sweat ia genggam di tangan kanannya. Ia menawarkan minuman itu pada Salma.
"Gue doang?" Salma menunjuk dirinya sendiri.
"Ketua osis, sekretaris, sama bendahara yang dipanggil." jawab Aldo. Karena sudah pergantian tahun, struktur OSIS pun juga berubah. Sekarang ketua OSIS adalah Wiliam. Sekretaris yaitu Dita. Sedangkan bendahara adalah Salma. Seluruh jabatan diberikan kepada anak-anak kelas dua belas.
Mengingat itu merupakan perintah Bu Sinta, langsung saja mereka berdua melintasi kerumunan anak-anak kelas 12 IPA 1 yang begitu ingin dijatuhi bom oleh Salma. Cie. Ciee. Cieee. Satu kelas menyebutkan kata-kata itu tanpa henti. Teman-teman Salma sangat mengenal Aldo. Itulah mengapa mereka begitu menyebalkan saat Aldo datang menghampirinya. Dan berbicara mengenai Bu Sinta, beliau merupakan pembina OSIS yang baru. Perwatakannya sama dengan tiga kali Kak Saih, alumni sekolah ini.
Kini Salma sudah bersama Dita dan Wiliam. Aldo juga mengikuti mereka di belakang. Mereka melangkah dengan gesit menuju ruangan Bu Sinta. Setelah sampai mereka melihat Bu Sinta sedang mengobrol dengan Pak Adra -wakil kesiswaan- di ruang guru. Mereka pun masuk melalui pintu penuh kaca transparan itu. Nampaknya sudah jelas kalau mereka sudah ditunggu oleh keduanya. Aldo hendak meminta izin keluar karena tugasnya sudah selesai. Namun Bu Sinta mencegatnya. Oleh karena itu Aldo tetap berdiam diri menyimak pembicaraan Bu Sinta kepada tiga orang di sebelahnya. Pak Adra juga menambahi ucapan Bu Sinta. Mereka menjelaskan terlebih dahulu kegiatan apa yang akan mereka ikuti nanti. Ternyata sebuah latihan dasar kepemimpinan.
"Salma, Dita, dan Wiliam, terus yang satu ini? Siapa nama kamu?" tanya Bu Sinta saat melihat Aldo.
"Aldo, Bu." ucap Aldo sopan.
![](https://img.wattpad.com/cover/175537167-288-k792643.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDO SADARA
Humor[ONTHEWAY-COMPLETED] . . WARNING!! Membaca cerita ini sama dengan menolak lupa!