"Siapa yang tak cemburu melihat orang yang dicintainya begitu dekat dengan orang lain melebihi dekatnya dengan dirinya sendiri."
●●●
Salma mencoba meminta maaf kepada Dita. Ia tak peduli Dita sendiri akan memaafkannya atau tidak. Yang penting niat baiknya sudah ia lakukan. Tanpa seorang pun tahu kalau mereka berdua bertengkar kecuali Wiliam dan Eca yang mungkin sadar kalau Dita juga marah kepadanya. Sementara Salma belum sempat menceritakan masalah ini ke Aldo. Dia juga merasa Aldo tak harus tahu tentang masalah ini.
Dita pun demikian. Ia tetap datang ke ruang Bu Sinta hari ini walau agak canggung untuk menyebut nama Salma. Bu Sinta tak tahu apa yang terjadi di antara keduanya. Namun mereka sungguh berbeda di hadapan beliau. Bu Sinta memberitahukan keberangkatan mereka besok kepada Wiliam, Aldo, Salma, dan Dita. Benar-benar seperti tak terjadi apa-apa. Sampai akhirnya mereka pulang. Biasanya Salma dan Dita akan menunggu taksi yang sama untuk mengantarnya pulang. Sekarang tidak lagi. Salma menunggu di gerbang sekolah, sementara Dita menunggu di sekitar halte yang tak jauh dari Sekolah.
"Sal, ikut gue." Aldo berhenti dengan motornya untuk mengajak Salma pulang bersama. Namun Salma menolak.
"Gak mau." ia terus melihat lalu lintas mobil yang begitu sepi di depan sekolahnya ini. Ia tak melihat Aldo yang tadi malam selalu memarahinya.
"Mau ikut atau gue bakal marah?" tanya Aldo yang masih duduk di atas motornya.
Wiliam melintas tak lupa memberi klakson kepada mereka berdua yang tengah berselisih. "Duluan, Do." Aldo mengangguk. Wiliam pergi bersama motornya. Dan Aldo kembali melihat Salma yang tak berubah pada posisinya berdiri sedari tadi.
"Marah aja terus." ia masih kesal dengan Aldo. Bukannya udah marah? Dasar. Pemarah. Gerutu Salma dalam hati.
Tas ransel yang biasa tergantung di bahu Salma akhirnya menjadi jaminan Aldo agar Salma ikut dengannya. Aldo menariknya paksa. Salma langsung tercengang dengan Aldo. Aldo seperti tanpa dosa meletakkan tas itu di motornya, "Mau ikut atau pulang jalan kaki?" tanya Aldo sekali lagi.
"Dompet gue di dalam tas." Salma mencoba mengambil tas itu, namun Aldo segera mengangkatnya tinggi hingga tak dapat di jangkau oleh Salma. "Iya-iya, gue ikut." Dengan tak bersemangat ia menaiki motor Aldo. Karena motor Aldo yang tinggi pun membuat dia kesulitan untuk naik. Ia mencoba naik ke belakang Aldo tanpa memegang pundak Aldo.
●●●
"Bismillah sebelum berangkat, semoga kegiatan kita mendapat kelancaran dan juga membuahkan hasil yang maksimal." ucap Bu Sinta. Ia di temani Kak Tio kali ini untuk mengawal anak-anaknya pergi.
Perjalanan kali ini cukup jauh. Pelatihan yang akan mereka ikuti diadakan di Malang, Jawa Timur. Butuh waktu kurang lebih sembilan belas jam untuk sampai kesana. Kini pukul satu siang mereka berangkat agar sampai pada perkiraan waktu yang telah dijadwalkan. Yaitu dimulai dengan mobil menuju stasiun Kebayoran. Selanjutnya mereka menaiki kereta api pukul lima sore. Mereka memang sengaja memilih pada waktu sore hari agar dapat bermalam di kereta api.
Salma masih menyimpan whatsapp Aldo. Walau yang Aldo tahu sekarang kalau pacarnya telah mengeluarkan whatsapp miliknya pada saat di rumah Kak Tio waktu itu. Namun ini begitu menyebalkan bagi Salma. Untuk pertama kalinya ia menyesal membajak privasi Aldo. Ia menyesal telah melihat chatting-an Aldo dengan seseorang yang ada dalam kontaknya itu. Aldo terlihat begitu perhatian dengannya. Namanya Viola. Salma tak tahu apa-apa tentang Viola. Tapi ia yakin kalau Viola itu pasti siswa kelas sebelas.
"Sal, lihat handphone loh." Aldo menadahkan satu telapak tangannya santai kepada Salma sambil bersandar di kursi executive class empuk milik kereta api ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/175537167-288-k792643.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDO SADARA
فكاهة[ONTHEWAY-COMPLETED] . . WARNING!! Membaca cerita ini sama dengan menolak lupa!