Berdebat dalam match

47 2 0
                                    

"Faktanya menahan cemburu itu susah dan dapat membuat mood seseorang hancur sepersekian detik."

●●●

Mereka menginap di sebuah villa. Bukan hanya tim dari SMA Negeri 1 Jakarta Selatan, tetapi juga tim-tim dari SMA lain yang ikut serta dalam kegiatan ini. Villa ini menjadi asrama bagi mereka semua. Sebuah rumah berukuran besar dan terletak di atas bukit yang tinggi. Terdapat lapangan golf di sekitar bangunan ini. Pemandangan yang asri mengidentitasi keadaan hingga membuat siapa saja yang melihatnya menjadi terkesan. Sebuah taman bernuansa hijau-coklat menjadikan rumah ini semakin terlihat begitu sejuk.

Setelah tiba mereka disambut baik oleh semua orang yang sudah datang sebelumnya. Bu Sinta menyuruh mereka untuk beristirahat karena besok akan di adakan upacara pembukaan. Aldo dan Wiliam mendapatkan satu ruangan yang sama. Begitu juga dengan Salma dan Dita. Kamar mereka terdiri dari dua kasur yang masing-masing terletak lurus menghadap tepat ke dua jendela. Di pojok kanan sebelum pintu keluar terdapat kamar mandi. Dan lemari-lemari berjajar setelahnya. Mereka sekarang tengah membereskan pakaian untuk dipindahkan ke dalamnya. Usai itu baru mereka beristirahat dan tak lupa mandi terlebih dahulu. Fresh. Cuaca disini saat sore begitu dingin. Gravitasi kasur membuat mereka nyaris tertidur.

Malamnya seluruh pelajar di villa ini berkumpul di ruang tengah untuk saling kenal-mengenal. Dan juga terdapat sesi pemilihan ketua pasukan yang akan memimpin mereka semua. Dodi. Pelajar asal Malang itu yang akhirnya terpilih setelah melakukan voting. Selanjutnya terdapat acara nobar atau menonton film bersama. Film dengan judul Laskar Pelangi yang sudah tak asing lagi pastinya untuk didengar. Semua orang fokus menonton. Ada yang tiduran beralas karpet halus di bawah dan juga ada yang duduk di sofa. Sementara para panitia sedang berkumpul untuk menyiapkan acara besok di ruang meeting.

Salma melihat Aldo yang tengah duduk di sofa panjang berbentuk liter 'L' itu. Lalu Dita ikut duduk, namun jaraknya jauh dari Aldo. "Duduk, kak." Dita menarik pergelangan tangan Salma sehingga Salma berhasil duduk di sampingnya. Dita benar-benar sudah melupakan masalahnya dengan Salma. Sofa ini hanya cukup untuk lima orang. Jadi walau pun Salma duduk di sebelah Aldo, jarak mereka tetap berjauhan. Kira-kira masih bisa di duduki dua orang lagi. Jelas Salma duduk lebih dekat dengan Dita di penghujung, hasil tarikan paksa olehnya.

"Sal!" Aldo angkat suara namun pelan. Mungkin hanya Salma yang mendengarnya. Mata Salma pun melirik Aldo dan wajah Aldo begitu serius. Huft. Salma menghela napas. "Kenapa, Do?" tanya Salma disertai senyuman. Senyuman yang begitu tidak mengenakkan. Aldo diam penuh tanda tanya. Salma yakin bahwa Aldo tahu kalau ia sedang marah. Tapi Salma mencoba sekuat hati tak akan membawa masalah itu sekarang. Salma harus fokus dengan tugasnya disini. Karena semakin ia memikirkan itu, hatinya akan semakin sakit. Apa untungnya? Pikir Salma jika hal itu ia lakukan.

"Ehem." Wiliam datang menengahi. Ia mengambil tempat kosong antara Salma dan Aldo. Salma tak lagi melihat Aldo. Dan sekarang Aldo sibuk dengan filmnya, begitupun Salma. Kedatangan Wiliam membuat Aldo jengkel. Namun dibalik itu Salma merasa bersyukur karena akhirnya Aldo tak bisa lagi mengajaknya berbicara pada situasi ini.

"Gak usah loh pikirin, Sal." Wiliam membisikkan kata-kata itu di sekitar telinga Salma. Rupanya dia tahu masalah Salma dengan Aldo. Salma hanya diam tak melihat Wiliam sedikit pun. "Bukan Aldo yang suka sama cewek itu." tambah Wiliam.

"Halah, Wil! Gue itu tahu semuanya. Whatsapp Aldo itu gue bajak." ucap Salma pelan agar tak sampai ke telinga Aldo. Dan by the way, Dita tak mengerti apa yang di perbincangkan oleh Salma dan Wiliam, jadi dia tak begitu tertarik mendengarkan percakapan mereka.

"Jadi, gara-gara ini kalian putus?" tanya Wiliam. Salma pun diam. Ia melihat Aldo yang duduk di sebelah Wiliam. Aldo masih sibuk dengan tontonannya. Calm down, Sal. Jangan perparah keadaan. Simpan aja dalam hati. Batin Salma.

ALDO SADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang