Putus?

56 2 0
                                    

"Untuk apa aku bertahan kalau kamu tidak pernah menghargaiku dan pergi bersama orang ketiga?"

●●●

Salma menghirup udara dan aroma lavender khas dari kamarnya. Ia memisahkan pakaian kotor dan mandi dengan air dingin. Ia memilih menggunakan kaos untuk tidur walau jam masih menunjukkan pukul lima sore. Pertama ia menggerai rambut dan mengeringkannya dengan handuk. Ia selalu ingat pesan Aldo kalau membungkus rambut dengan handuk itu tidak boleh. Aldo sangat marah kalau tahu hal itu masih ia lakukan. Namun Salma pikir Aldo juga tak tahu kebiasaannya ini tidak bisa ia tinggalkan.

Televisi yang menempel pada dinding menyala dan menayangkan sinetron dari channel SCTV. Posisi Salma kini memeluk guling dan fokus dengan layar kotak tersebut. Drtt... Ponsel dari bawah bantalnya bergetar. Ia tahu siapa yang mengirim. Pasti Aldo. Dan tebakannya pun benar.

Aldo
Udah tahu gue marah tapi gak peduli sama sekali.

Pesan Aldo membuat Salma sedikit tertawa. Memang semenjak pulang ia tak membuka ponsel apalagi membuka whatsapp. Ia akhirnya jujur dengan Aldo. Dari kereta api sampai stasiun memang Aldo yang cuman membuang muka dengannya.

Gue udah coba nanya sama kamu. Selama di perjalanan pulang gue selalu lihat kamu. Tapi, kamu abaikan. Jadi, gue males, Do.

Aldo
Gue chatting sama Viola tadi.

Mata sama terbelalak tajam membacanya, "Mau apa lagi, sih? Emang harus gue tahu?" mood-nya seketika berubah. Ia membanting ponsel dalam genggamannya. "Huft..." ia memutar bola matanya dan meraih kembali ponsel tersebut.

Terserah, Do. Kamu mau pacaran sama dia kek silahkan. Pokoknya mulai sekarang gak usah chat sama gue lagi. TITIK.

Ketus Salma. Ia juga sedang lelah, ditambah pernyataan ini. Ia jadi benci Aldo. Ia ingin menangis sekarang. Ia memang tak tahu apa yang mereka bicarakan di chatting itu. Tapi Aldo pasti sengaja memancing emosinya. Air matanya mengalir tak sengaja.

Aldo
Bodoh! Gue itu pacar kamu, Sal.

"Dia bilang bodoh. Gara-gara gue ngebolehin dia buat chatting sama Viola? Kenapa bodoh? Bukannya itu yang dia mau?" air matanya mulai berlinang.

Baca chatting pacar sendiri sama cewek lain sebegitu perhatian.

Salma termasuk tipikal cewek yang begitu cepat cemburu. Baru kali ini ia berpacaran dengan orang yang seperti Aldo. Tipikalnya bertolak belakang dengan sifat Aldo. Aldo sangat berbeda dengan mantan-mantannya. Aldo memang jujur namun satu yang Salma benci, Aldo tidak peka kalau itu membuat Salma sakit hati.

Aldo
Gak mungkin gue pacaran sama dia.

Kamu nasihatin dia pas sibuk aja bisa. Tapi pas sama gue paling cuman ngePING doang terus gak di bales lagi.

Salma membandingkan dirinya dengan Viola. Salma penasaran dengan perasaan Aldo ke dia itu seperti apa. Apa benar kalau ia suka atau Aldo cuman sekedar main-main.

Aldo
Gue juga punya pikiran, Sal. Gue tahu perasaan kamu.

Gue chat kamu pas pulang sekolah dijawab singkat.

Salma masih mengabaikan Aldo. Dia bilang dia tahu perasaannya. Seharusnya dia berhenti membuat Salma kesal, jika dia benar tahu perasaan Salma. Padahal suasana hatinya sudah baikkan saat di Malang. Tapi ini jadi begitu buruk. Tak disangka-sangka secepat itu berubah.

ALDO SADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang