0.2 Berkunjung

1.6K 178 4
                                    

"Sudah Ayah duga kamu ada disini."

Aku buru buru menghapus air mataku dan menghampiri Ayah yang masih berdiri didepan pintu itu.

"Ayah ngapain disini?" Tanyaku heran. Setahuku Ayah dan Mama masih berada di Thailand, dan baru kembali kesini minggu depan.

"Ngejemput anak Ayah lah, apa lagi?" Kata Ayah sambil mengusap jejak air mata dipipiku.

"Aku masih mau disini, aku mau nemenin Yoonbin," kataku sambil memalingkan wajah. Aku tak mau orang lain melihat ku dengan kondisi menyedihkan seperti ini, termasuk ayah ku sendiri.

"Setiap hari kan kamu udah kesini, nggak bisa kamu luangin sehari aja buat ayah kamu?"

Aku menatap wajah ayahku yang tampak memohon.

"Kamu nggak kasihan sama Ayah kamu? Dia udah nyamperin kamu kesini tapi kamu malah nolak ajakan dia?" Mama Dara, alias Mamah tiriku ikut bergabung dalam obrolan.

Sebenarnya Mama Dara bukan lah sosok antagonis seperti serial Ibu Tiri yang dulu selalu aku tonton.

Dia tidak pernah jahat kepadaku.

Tapi obsesi nya pada pekerjaan membuat kita berdua tidak pernah dekat. Sampai sekarang aku masih selalu canggung jika harus mengobrol kepadanya.

Dia dan Ayah sama sama pecinta kerja. Mereka bisa menghabiskan waktu berjam jam didepan komputer atau pun tumpukan dokumen. Tapi mereka tidak bisa menghabiskan waktu satu jam pun untuk menemaniku saat makan malam.

Mereka jarang dirumah, mereka terlalu sibuk dengan pekerjaanya.

Bahkan terkadang aku merasa mereka telah melupakan keberadaanku. Dirumah aku hanya tinggal bersama Bi Ane, Mbak Siti dan juga Pak Parno. Mereka adalah satpam dirumahku dan juga pembantu yang sudah seperti keluarga bagiku.

Jadi melihat Ayahku dan Mama yang mau repot repot kesini membuatku langsung yakin, pasti ada tujuan tersendiri mereka menghampiri ku kesini.

"Ayolah nak, Ayah harus menemui Pak Minhyun sebentar lagi. Dan akan lebih baik kalau kamu ikut kerumah nya. Dia pasti senang kalau kamu ikut kesana. Ayah denger dia juga punya anak yang sepantaran dengan kamu."

Aku sudah menduganya.

"Ayah nggak akan jodohin aku kan?"

"Kenapa kamu mikir kaya gitu? Kamu masih terlalu muda. Dan Ayah nggak bakal tega ngejodohin kamu tanpa ada izin dari kamu sendiri. Ini cuma pertemuan biasa."

Aku menghela nafasku, "Tapi aku harus jagain Yoonbin. Ibu masih diruang dokter," kataku sambil melirik Yoonbin yang masih tertidur dengan tenang.

"Dia nggak akan kemana mana. Lagi pula dia juga masih koma, nggak mung--"

Mama langsung terdiam ketika aku menatap nya dengan pandangan tak suka.

Aku melihat Ayah yang terlihat kecewa. Se kesal apapun aku pada orang tua ku. Aku tetap tidak suka membuat mereka sedih ataupun kecewa karena perbuatanku.

"Tunggu sampai Ibu dateng. Habis itu aku bakal ikut kalian."

Aku bisa melihat senyuman Ayah dan Mama yang kembali terlihat.

Mungkin hari ini aku tidak bisa menghabiskan waktuku bersama Yoonbin. Setidaknya aku juga harus menunjukan sedikit rasa bakti ku kepada orang tua. Sesekali menuruti permintaan mereka aku rasa tidak akan ada salahnya.

Beberapa saat kemudian Ibu telah kembali keruangan. Aku tidak tahu apa yang baru saja dokter sampaikan mengenai Yoonbin.

Ayah langsung meminta izin untuk mengajakku pulang. Dan tentu saja Ibu akan mengijinkannya.

Sebelum aku pergi dari ruangan itu, aku sempat melihat ibu menunjukan senyumannya. Dalam hati aku selalu berharap, semoga itu adalah kabar yang baik. Semoga Yoonbin segera bisa membuka matanya.

Sebelum menuju ke rumah rekannya, Ayah mengajakku untuk pergi kesalah satu butik didekat rumah sakit.

Mereka memintaku untuk mandi terlebih dahulu. Dan tentu saja aku mengiyakan, sedari tadi aku memang belum mandi.

Setelah selesai mandi, aku bisa melihat Ayah dan Mama yang sudah berpakaian rapi. Petugas butik itu memberikanku sebuah gaun berwarna merah muda.

Aku memakainya, setelah itu mereka memoleskan sedikit make up untuk menutupi wajah ku dan juga area mataku yang sedikit membengkak karena tangisan ku tadi.

Pukul 19.30 kita semua telah bersiap. Ayah segera melajukan mobilnya kembali untuk menuju kerumah rekannya itu.

:::
-fearless-

Fearless✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang