14 Februari 2024
"Ini kan yang lo cari?" Guanlin, laki laki yang tadi memelukku erat kini menyodorkan sebuah kotak kehadapanku.
Aku menghapus air mataku, tanganku masih bergetar ketika meraihnya.
Aku mengusap kotak yang kini sudah mulai berdebu. Ingatanku kembali terputar pada hari itu. Saat semuanya masih terasa baik baik saja. Saat aku masih bisa mendengar suaranya.
Hingga tiba tiba dia malah mengucapkan kata maaf. Maaf karena dia memilih pergi, maaf karena dia memilih untuk meninggalkanku.
Aku yang dipenuhi perasaan kalut, saat itu langsung berniat untuk menghampiri Guanlin dirumahnya.
Namun nyatanya, saat aku membuka pintu gerbang, laki laki itu telah berdiri didepan rumahku sambil bersandar pada motornya.
Guanlin memberikan kotak ini, dia bilang Yoonbin telah menitipkannya beberapa hari yang lalu.
Tanpa membuang waktu lebih lama, aku langsung membuka kotak itu.
Dan saat itu juga, pertahananku runtuh. Aku tidak peduli dengan pandangan penuh rasa kasian dari Guanlin. Yang aku inginkan saat itu hanyalah menangis. Menangisi kepergian seseorang yang sungguh berarti untukku.
"Jangan dibuka kalau ini masih nyakitin buat lo." Guanlin mengusap rambutku.
Aku menatap sosok Guanlin yang saat ini duduk disebelahku. Guanlin sudah dewasa sekarang, ditambah sebuah kacamata yang bertengger dihidungnya, sosok Guanlin yang sekarang sangatlah berbeda dengan sosok Guanlin saat dia masih SMA.
Aku tersenyum menangapi ucapan Guanlin, dan memilih untuk tetap membukanya.
Sama seperti beberapa tahun lalu, hal pertama yang aku lihat saat membuka kotak itu adalah sebuah foto. Sebuah foto yang berhasil membuat hatiku terasa ngilu.
Mengesampingkan rasa sesak yang tiba tiba menghampiriku, aku lebih memilih untuk meraih secarik kertas yang ada bersama foto itu.Hai Jin?
Gue nggak tahu harus mulai dari mana, intinya gue cuma jelasin semuanya.Gue tahu lo lagi nangis sekarang, jadi apus dulu ya air mata lo. Lo jelek kalau lagi mewek.
Aku tersenyum membaca tulisan Yoonbin diatas kertas itu, tapi sayangnya mataku berkata lain. Sejak pertama aku membacanya, dia sudah mengeluarkan cairan bening.
Lo bisa baca ini, berarti gue udah pergi ya Jin?
Lo udah lihat foto itu kan? Gue cuma mau ngenalin, cewek itu namanya woonyoung. Tunangan gue.
Lo kaget kan? Haha, sama dong. Gue juga kaget waktu pertama denger tentang itu.Lo inget? Dulu sebelum gue kecelakaan, gue sempet mau nyamperin lo kan?
Sebenernya gue mau ngomongin tentang hal ini Jin. Tentang gue yang ternyata udah dijodohin sama dia.
Gue marah, gue benci sama keluarga gue. Bisa bisa nya dia maksa gue buat ngelakuin semua ini.
Tapi sayang nya gue lebih benci sama diri gue sendiri. Gue benci karena gue nggak bisa nglawan mereka, gue nggak bisa nolak permintaan mereka. Dan gue lebih benci karena gue udah nyakitin lo.
Gue nglarang Ibu,Ayah, ataupun Yeongue buat cerita ini sama lo. Karena apa? Karena gue mau, gue sendiri yang ngungkapin semuanya sama lo.
Sayangnya gue pengecut. Gue nggak berani ngomong sama lo.
Setelah gue keluar dari rumah sakit pun gue tetp nggak bisa bilang sama lo. Yang gue pikirin saat itu, gue cuma pengen ngabisin waktu sama lo. Gue pengen bisa ngrasain bahagia sama lo. Sebelum gue harus pergi dan nyakitin lo.
Sampai suatu saat gue ketemu sama temen lo. Jujur aja gue cemburu Jin. Tapi gue tahu, gue nggak berhak buat marah.
Gue tahu dia sayang banget sama lo, gue berani taruhan kalau dia bakal jagain lo 100kali lebih baik dari pada gue. Gue yakin itu Jin.
Ryujin, maaf karena gue bohong. Gue nggak pernah pergi ke rumah saudara gue di Nusa Tenggara. Karena sebenernya gue pergi ke Korea buat nyamperin Woonyoung. Dan kemungkinan terbesarnya, gue nggak bakal balik kesana lagi.
Dan satu maaf lagi, maaf karena gue milih buat stop kontak sama lo Jin. Karena kalo nggak begini, gue nggak bakal bisa nglepasin lo. Lo tahu kan, sesayang itu gue sama lo?
Gue udah jelasin semuanya. Setelah ini lo boleh benci gue Jin, gue tahu gue udah jahat banget sama lo.
And the last, gue pamit sama lo.
Kapanpun, dimanapun dan sama siapapun lo, gue cuma berharap kalo lo bakal terus bahagia, Jin.Sukses selalu Ryujina.
-yoonbin
Aku membuang nafasku, sesekali mengapus air mataku yang masih saja merembas tanpa bisa aku menahannya. Guanlin masih terus mengusap punggungku, seolah memberi kekuatan supaya aku bisa mengikhlaskan semua ini.
Yoonbin benar, sama seperti apa yang dia katakan. Aku harus bisa bahagia dengan hidupku sekarang. Aku tidak bisa untuk terus terpuruk dengan kenangan masa lalu ku.
Aku bukanlah Ryujin yang dulu. Aku sudah dewasa. Bahkan usiaku sudah menginjak kepala dua. Tidak seharusnya aku bersifat kekanakan dengan terus menangisi kepergiannya.
Aku melipat surat dari Yoonbin, dan memasukannya kembali kedalam kotak itu.
Aku kembali menatap sosok Guanlin di sebelahku. Tanganku bergerak untuk memeluk pinggangnya, membiarkan kepalaku bersandar pada dada bidang nya.
Guenlin balas memelukku, sesekali mengecup puncak kepalaku.
Guanlin, laki laki yang selalu menemaniku, bahkan dimasa masa terburuk yang aku alami. Saat aku kehilangan Hyunjin, saat aku kehilangan Yoonbin, juga saat aku kehilangan kedua orang tuaku beberapa tahun silam. Dia selalu berdiri tegak dibelakangku, memelukku saat aku butuh sandaran. Mendengarkan segala keluh kesah saat aku ingin menyerah.
Aku bersyukur dia tidak meningalkanku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia ikut pergi meninggalkan aku sendirian.
Aku mendongak menatap wajah tegas Guanlin. Terkadang aku masih tidak menyangka, bahwa laki laki inilah yang kelak akan menemani hari hari ku.
Satu tahun yang lalu, aku dan Guanlin sudah resmi bertunangan.
Dan beberapa tahun lagi, setelah aku dan Guanlin menyelesaikan pendidikan. Kita akan melanjutkan pada tahap yang lebih serius, yang tak lain adalah pernikahan.
:::
-End-
KAMU SEDANG MEMBACA
Fearless✓
FanfictionDemi Tuhan, aku takut ketika hari itu harus terulang kembali. ▪cover pict from canva.