"Dia kenapa?"
Guanlin tampak menoleh kearahku. "Nggak papa, paling juga kecapekan."
Aku mendekat kearah tempat tidur Guanlin. Mataku mengamati Hyunjin yang saat ini sedang tertidur diatasnya. Jujur, ada puluhan pertanyaan yang ingin aku sampaikan.
"Gue nggak sebodoh itu,Lin."
Aku bisa mendengar Guanlin yang membuang nafasnya dengan kasar. "Gue nggak berhak buat cerita, Jin. Tunggu dia sadar, dia pasti bakal ceritain semua nya sama lo."
Aku mengangguk, meskipun sebenarnya bukan itu jawaban yang aku mau.
"Tapi kenapa dia nglarang gue buat nelfon orang tuanya? Kenapa dia malah nyuruh gue buat nelfon lo?"
"Karena dia sayang sama gue mungkin?" Ucapnya yang diakhiri dengan sebuah tawa renyah.
Ini terasa aneh untukku. Yang aku tahu, hubungan Guanlin dan Hyunjin tidak bisa dikatakan baik. Mereka berdua kerap terlibat perkelahian. Jadi melihat Hyunjin yang malah meminta ku untuk menghubungi Guanlin, membuat tanda tanya besar kembali muncul dalam fikiranku.
Aku berdecak, "Guanlin, gue serius!"
Lagi lagi dia malah menatapku, tangannya bergerak untuk menusap rambutku yang sudah acak acakan. "gue kan udah bilang, tunggu dia bangun. Dia bakal nyeritain semuanya sama lo."
Akhirnya aku hanya mengangguk. Pandanganku kembali mengarah pada Hyunjin. Melihat gerak gerik Hyunjin tadi, sebenarnya aku sudah memiliki spekulasi sendiri tentang apa yang sedang ia alami.
Aku memejamkan mataku, berharap semoga semua yang aku bayangkan hanyalah hipotesaku semata.
Tidak mungkin Hyunjin melakukan hal itu.
▪▪▪
Pukul 6 dini hari, aku membuka mataku.
Tunggu, bukankah dinding kamarku berwarna biru? Tapi kenapa sekarang semua berwarna putih?
Ah! Tentu saja, ini bukan kamarku.
Aku buru buru mengecek penampilanku. Aku bersyukur, semuanya masih utuh. Itu berarti aku hanya tertidur disini.
Badan ku terasa pegal, mungkin ini akibat diriku yang tidur dengan posisi menekuk disofa kamar Guanlin.
Aku mendekat ke arah Hyunjin. Dia masih tertidur. Rambut nya yang berantakan, wajahnya yang terlihat lelah, serta kantung mata berwarna hitam yang menghiasi paras nya. Sesaat aku merasa ada yang menghambat kerongkonganku. Aku merasakan sesak yang tak kutahu dari mana asalnya.
Tanganku menggapai puncak kepalanya. Suhu tubuhnya sudah normal, itu berarti Hyunjin sudah baik baik saja kan?
Aku kembali menoleh keseluruh ruangan, tidak ada Guanlin disini.
Sayup sayup aku mendengar ada sebuah suara getaran. Mataku mengarah kesebuah benda persegi yang tergeletak diatas meja beajar Guanlin.
Aku yang penasaran segera mengambil ponsel Guanlin.
Ada sebuah pesan masuk disana.
Ben
Box navy didlm lemari gwAku meletakan kembali ponsel Guanlin setelah melihat pop up pesan yang muncul pada layar.
Mungkin itu adalah pesan dari teman nya, tentu tidak sopan jika Guanlin melihatku memainkan ponselnya.
"Udah bangun lo?" Aku menoleh kearah Guanlin yang baru saja masuk ke dalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fearless✓
FanfictionDemi Tuhan, aku takut ketika hari itu harus terulang kembali. ▪cover pict from canva.