1 Oktober 2019
Hari ini sekolah dipulangkan lebih awal. Sebagai persiapan, karena besok seluruh siswa kelas 11 akan melakukan camping selama 2 hari.
Setelah pulang, aku menyempatkan diri untuk mengunjungi Bunda. Letak makam Bunda cukup jauh dari rumahku. Perlu waktu hingga 1 jam, itu saja jika jalanan lancar tanpa terhambat macet.
Biasanya setiap dua minggu sekali aku selalu kemari. Membawakan bunga lily putih, kesukaan Bunda.
"Bunda, Ryujin kangen."
"Ryujin minta maaf, Ryujin gagal buat menangin lomba sains itu. Tapi bunda jangan khawatir. Suatu saat pasti Ryujin bisa menangin lomba itu dan ngasih pialanya buat Bunda. Ryujin pengen bisa banggain Bunda."
"Bunda, ayah sekarang semakin jarang dirumah. Ayah sama Mama terlalu sibuk sama pekerjaannya. Ryujin kesepian."
"Dulu selalu ada Yoonbin yang nemenin Ryujin. Tapi sekarang Yoonbin lebih suka tidur dirumah sakit ketimbang nemenin Ryujin."
Aku mengusap nisan putih itu.
Setelah itu mulai membacakan beberapa doa untuk Bunda.
Sebentar lagi matahari akan tenggelam. Aku bergegas untuk memesan ojek online.
Tujuanku bukan untuk kerumah. Tentu saja aku memilih untuk mengunjungi rumah sakit.
Setidaknya aku harus berpamitan pada Yoonbin, karena 2-3 hari setelah ini aku tidak akan bisa menemaninya.
:::
Pukul 18.37 aku sudah berada didepan rumah sakit yang merawat Yoonbin.
Seperti biasa, ketika aku datang 'mereka' selalu mengikuti ku. Namun satu persatu dari mereka akan langsung menghilang ketika aku masuk keruangan Yoonbin.
Setelah aku membuka pintu bernomor 207 itu, aku tidak mendapati sosok Ibu ataupun Ayah yang berjaga disana. Pintu kamar mandi juga terbuka, tidak mungkin mereka ada didalam.
Bahkan, aku juga tidak melihat kehadiran Junghwan diruangan itu. Mungkinkah dia sedang berkeliling? Atau mungkin dia sedang bermain bersama teman seperhantuan nya? Entah, aku juga tidak tahu.
Mencoba untuk tidak memperdulikan hal itu. Aku segera menghampiri Yoonbin yang masih saja menutup matanya.
Aku tidak tahu, kapan mata itu akan terbuka. Aku merindukan manik hitam yang selalu bisa membuat ku larut ketika aku menatapnya. Aku merindukan Yoonbin ku.
"Ini udah bulan oktober loh, kamu kok belum bangun juga sih?"
"Besok aku harus pergi. Maaf, aku nggak bisa dateng kesini beberapa hari kedepan. Seneng kan kamu aku nya nggak kesini? Nggak akan ada yang ngomelin kamu karena kamu tidur terus."
"Tapi tenang, sehabis dari sana aku pasti langsung jengukin kamu kesini kok. Siapa tahu waktu aku kesini kamu udah bangun kan?"
"Kamu tahu? lama lama aku bisa beneran gila tahu nggak. Aku udah capek orang orang nganggep aku ngomong sendiri kalo disekolah. Padahal kan mereka nggak tahu aja kalau sebenernya aku ngobrol sama sesuatu. Dan mungkin kalo mereka nglihat aku sekarang, mereka bakal tambah nganggep aku gila karena ngobrol sama tukang tidur kayak kamu!"
"Ya walaupun aku tahu, sebenernya kamu dengerin setiap omongan aku kan. Ngaku kamu!"
Aku mengusap wajah Yoonbin, pipi yang dulu nya sering aku cubiti sekarang berubah menjadi tirus. Aku rasa Yoonbin telah banyak kehilangan berat badan karena kejadian ini.
Aku membuang nafasku, menyandarkan kepalaku didekat lengannya. Tanganku kini beralih memankin jari jari Yoonbin.
"Cepet bangun, aku kangen diboncengin kamu sambil ujan ujanan. Aku janji deh, kalau kamu buka mata kamu, aku bakal makan semua irisan tomat yang ada dimakananku. Aku nggak bakal maksa kamu buat ngehabisin semua tomat nya kayak waktu itu. Tapi kamu harus cepet bangun."
"Yoonbin..aku kesepian sekarang."
Setelah itu aku mulai kehilangan kesadaranku. Aku memilih mengalah, dan membiarkan diriku untuk larut kedalam mimpi selama beberapa jam kedepan.
Pukul 20.00, aku merasa seseorang menepuk pipiku.
Aku mengusap mataku untuk memfokuskan pandangan.
"Kamu nggak pulang? Ini udah malem loh."
Suara lembut Ibu langsung menyambutku.
Aku berdiri dan menyalami Ibu. "Ryujin ketidurannya dari tadi ya Bu?"
Ibu mengusap rambutku. "Sejak Ibu masuk kesini, kamu udah tidur. Mau Ibu bangunin tapi Ibu nggak tega."
Aku mengangguk.
"Kamu besok ada camping kan? Lebih baik sekarang kamu pulang, istirahat. Biar besok pagi kamu semangat perginya."
Aku kembali mengangguk, "Iya Bu, tadi aku niatnya cuma pengen pamitan kesini. Tapi malah ketiduran," Ucapku sambil tersenyum.
"Yaudah, kamu pulang aja. Udah ada Ibu kok yang jagain Yoonbin. Tunggu sebentar, biar nanti diantar ayah. Dia lagi perjalanan kesini kok."
Aku menggeleng, "nggak usah Bu, aku pulang sendiri aja. Kasian Ayah nanti capek."
"Nggak papa lah, Ayah tu malah seneng kalo disuruh nganterin anak perempuannya. Lagi pula ini udah malem. Nggak baik kalo kamu pulang sendirian."
"Nggak papa Bu, aku pulang sama Pak Parno kok. Tadi aku udah bilang minta dijemput kesini."
Ibu menganggukan kepalanya.
Beberapa saat kemudian Pak Parno menghubungi ku, dia bilang dia sudah berada di depan rumah sakit.
Aku meraih tas punggungku. "Ryujin pulang dulu ya Bu, kalau ada kabar tentang Yoonbin langsung kasih tahu Ryujin ya." Kataku sambil memeluk Ibu.
"Iya sayang. Kamu jangan terlalu mikirin Yoonbin. Kamu Fokus dulu sama kegiatan mu. Jangan kecapekan, jangan mikirin Yoonbin terus. Kesenengan nanti dianya kalo tahu kamu selalu mikirin dia."
Aku mengangguuk, lalu beralih mendekati brankar Yoonbin.
"Aku pulang dulu. Besok habis acara selesai aku pasti kesini lagi kok."
Lagi lagi aku menatap wajah laki laki itu.
"Cepet sembuh ya kesayangannya Ryujin."
:::
-fearless-
KAMU SEDANG MEMBACA
Fearless✓
FanfictionDemi Tuhan, aku takut ketika hari itu harus terulang kembali. ▪cover pict from canva.