2 November 2019.
Aku merasa waktu semakin cepat berlalu. Sudah hampir satu bulan juga Yoonbin keluar dari rumah sakit.
Keadaannya sudah membaik, dia sudah tidak lagi menggunakan kursi roda.
Ibu bilang Yoonbin akan melanjutkan sekolahnya dirumah, homeschooling. Yoonbin harus mengejar pembelajarannya yang sudah jauh tertinggal karena kecelakaan waktu itu.
Dan tentang Hyunjin, waktu itu dia hanya tersenyum menanggapi ucapanku.
Setelah itu Hyunjin malah bercerita mengenai banyak hal, aku tahu dia hanya ingin mengalihkan pembicaraan. Mungkin dia tidak mengira jika aku akan mengucapkan pertanyaan itu.
Hyunjin bilang, "lupain aja. Anggep gue nggak pernah ngomong itu sama lo."
Tapi nyatanya, bagaimana bisa aku melupakan hal itu? Bagaimana bisa dia memintaku untuk mengabaikan perasaannya? Aku selalu mengumpati diriku sendiri saat aku mengingat bagaimana sorot matanya waktu itu.
Dia terluka. Dan aku yang menyakitinya.
Bahkan sampai semalaman aku tidak bisa tidur, bayangan Hyunjin terus saja memenuhi fikiranku.
"Mau sampe kapan itu nasi didiemin?"
Aku tersenyum ketika menyadari aku baru saja melamunkan Hyunjin.
Saat ini aku sedang berada disalah satu restoran ayam cepat saji, salah satu tongkrongan favoritku dengan Yoonbin.
"Iya iya, bawel."
Yoonbin memakan kentang gorengnya, "cih, dulu gue diem disuruh ngomong, sekarang gue ngomong dikatain bawel."
Aku tersenyum. Aku tidak bisa berbohong, meskipun perasaanku sedang kacau, aku tetap bisa merasakan kebahagiaan tersendiri ketika aku bisa melihat tawa Yoonbin seperti ini.
Seperti yang telah aku dan Yoonbin jadwalkan, setelah menyelesaikan makan siang, kami berdua langsung menuju ke tempat bioskop.
"Cuma demi lo nih gue mau nonton film menye kayak gini," kataku setelah masuk ke dalam teater bioskop. Yoonbin tersenyum, membuat matanya membentuk lengkung bulan sabit.
Tadi, sebelum memesan tiket, aku dan Yoonbin sempat bertengkar.
Aku ingin menonton film action, sedangkan dia ingin menonton film romantis.
Aku rasa setelah 10 menit berdebat, aku lebih memilih untuk mengalah. Ini adalah kali pertamaku menghabiskan waktu bersama Yoonbin lagi. Dan untuk membuatnya bahagia, aku akan menuruti semua kemauannya.
Asalkan Yoonbin bahagia.
"Iya tau kok, secinta itu kan lo sama gue?"
Aku terkekeh, lagi lagi hanya itu yang bisa aku lakukan.
Film sudah dimainkan sejak setengah jam lalu, aku dan Yoonbin pun telah larut kedalam skenario kisah cinta berlatarkan SMA itu.
Aku melirik wajah Yoonbin, dia terlihat sangat serius memandang ke arah layar. Tidak banyak yang tahu jika Yoonbin termasuk dalam golongan penyuka film romantis. Dia bisa menghabiskan waktu seharian full hanya untuk menonton kumpulan film romantis miliknya.
Aku merasakan bangku disebelahku yang semula kosong kini telah berpenghuni.
Aku menatap kearah orang itu, parfumnya yang terasa familiar membuatku mengingat seseorang.
Dengan cahaya yang minim, aku bisa melihat wajah itu yang tersenyum menghadapku.
"Ngapain lo disini?" Tanyaku.
"Nonton lah, yakali numpang boker."
Aku hanya berdecak, kemudian berusaha mengalihkan fokusku untuk kembali ke film.
"Eh kenalin, gue Guanlin." Guanlin mengulurkan tangannya kearah Yoonbin yang sedari tadi melihat ke arahnya.
"Yoonbin." Balas Yoonbin singkat.
"Tau kok gue. Cowok nya dia kan?" Katanya sambil menunjukku dengan daguku.
Yoonbin melirikku, lalu aku bisa melihat Yoonbin yang menganggukan kepalanya. "Iya, dia cewek gue."
Guanlin terlihat menatap Yoonbin, "Oh.. btw, gue suka cewek lo."
Aku yang baru saja memakan popcorn tersedak begitu saja saat Guanlin dengan santai nya mengucapkan kalimat itu.
"Biasa aja kali, sok sok an kaget lo."
Aku hanya melirik Guanlin sekilas, lalu beralih untuk menatap Yoonbin.
Yoonbin diam, matanya bergantian menatap kearahku dan juga Guanlin.
"Lo yang ngasih dia McD waktu di rumah sakit?"
Guanlin melirik Yoonbin, "h'm. Gue juga yang nganterin dia ke rumah sakit waktu lo sadar."
Aku menyikut perut Guanlin. Apa apaan dia, kenapa juga dia harus mengatakan itu pada Yoonbin?
"Oh, thanks kalo gitu."
Guanlin terlihat terkejut mendengar ucapan Yoonbin, "buat?"
"Ya makasih aja gitu, makasih udah mau jagain dia waktu gue nggak ada."
"Santuy, gue bakal selalu jagain dia kok."
Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan diantara kita. Sedari tadi aku hanya terdiam sambil mendengarkan omongan Yoonbin dan Guanlin. Aku tidak tahu mengapa mereka membicarakan hal itu.
Yoonbin kembali fokus kearah film, begitu juga dengan Guanlin, matanya fokus menghadap ke depan.
Tapi tidak denganku. Fikiranku yang semula kacau, kini terasa semakin tak menentu. Aku tidak tahu, obrolan mereka yang hanya berdurasi kurang dari 2 menit itu bisa mengganggu seluruh konsentrasi ku.
Aku memilih untuk menyandarkan kepalaku ke pundak Yoonbin.
"Kenapa?" Tanya Yoonbin sambil menatap kearahku.
Aku hanya menggeleng, setelahnya aku bisa merasakan tangan milik Yoonbin yang mengusap rambutku.
Dari sudut mataku, aku bisa melihat Guanlin yang sesekali melirik ke arahku dan Yoonbin. Tapi aku tak berkomentar, aku memilih tetap diam.
"Jadi ini cowok yang Ibu bilang waktu itu?" Bisik Yoonbin tepat disebelah telingaku. Suaranya terdengar berat, atau mungkin ini hanya perasaanku saja?
Aku tidak menjawab, aku hanya diam dalam posisiku. Mendadak aku merasa ingin pulang.
Aku ingin kembali ke kamar ku dan bersembunyi dibawah selimut tebalku. Bahkan aku hanya terdiam ketika hampir seisi bioskop berteriak karena si pemeran laki laki mencium wanita nya.
Aku hanya terdiam, dan aku rasa hal itu juga terjadi pada dua orang yang duduk di bangku sebelahku. Mata mereka tertuju pada layar, tapi aku yakin fikiran mereka tidak ada disini.
Aku membuang nafasku yang terasa begitu berat, Hah! Shin Ryujinn, lo itu kenapa sih?!
:::
-fearless-
KAMU SEDANG MEMBACA
Fearless✓
FanfictionDemi Tuhan, aku takut ketika hari itu harus terulang kembali. ▪cover pict from canva.