Sudah hampir panggilan ke 9, tapi Hyunjin masih belum mengangkat telepon dariku.
Drt..drt..
Dengan secepat kilat aku meraih ponselku. Aku fikir itu adalah Hyunjin, namun sayangnya aku salah. Bukan Hyunjin yang menelfonku, tetapi Yoonbin.
Jujur saja, ini kali pertama aku merasa kecewa ketika mendapati nama Yoonbin dilayar ponselku.
"Kenapa nelfon? Kangen yak?" Kataku sebiasa mungkin.
"Cih, ngarep lo."
"Halah sok sok an, kalo kangen mah bilang aja kali mas."
"Lo kali yang bakal kangen sama gue."
"Iya, kalo gue kan emang selalu kangen sama lo, haha."
Ada jeda beberapa detik sebelum suara Yoonbin kembali terdengar. "Gue minta maaf."
"Ha? Maaf buat apaan elah? Lebaran masih lama."
"Besok gue nggak bisa nganter lo ke miniso."
"Lahh.. kok gitu sih? Tadi kan lo udah janji?"
"Ya makanya itu kan gue minta maaf sama lo."
"Emangnya kenapa?"
"Gue pergi kerumah sodara gue."
"Yaudah, kalo gitu perginya waktu lo udah pulang aja. Emangnya pergi berapa hari lo?"
"Semingguan mungkin."
"LAMAA BANGETT."
"Jangan teriak,bego."
"Oh ya satu lagi, kalo gue bales chat lo lama berarti sinyal disana lagi jelek. Ok?"
"Lah, emang sodara lo tinggal dimana dah?"
"Daerah Nusa Tenggara sih. Yaudah gue cuma mau ngomong itu. Udah dulu ya, pesawat gue udah mau berangkat"
"LOH?! LO BERANG--"
"jaga diri baik baik, jangan ceroboh, jangan nangis mulu. Bai."
Tiba tiba sambungan telepon sudah terputus. Yoonbin memutusnya secara sepihak.
Belum sempat aku memprotes, layar handphone ku sudah kembali menyala dan menunjukan sebuah nama.
Bukan nama Yoonbin, tapi malah nama seseorang yang sedari tadi mengabaikan panggilanku.
"Halo Hyunjin? Lo kemana aja sih? Orang tua lo nyariin tahu nggak. Kalo mau-- tunggu Jin, lo nggak papa kan? Kok kayak ada suara orang nangis sih?"
"Hyunjin? Halo?"
"Ryujinn."
Jantungku terasa berdetak berkali kali lipat lebih cepat. Hyunjin menangis? Ada apa? kenapa bisa?
"Lo dimana sekarang?"
"Halte 49, deket sekolah. Ryujin.. gue takut.."
Tanpa membuang waktu lebih lama aku segera mengambil jaketku dan bergegas untuk mencari Pak Parno.
:::
Setelah mengarang berbagai macam alasan, akhirnya aku bisa sampai di depan gedung sekolah.
Pak Parno memaksa untuk menunggu sampai urusanku selesai, tapi setelah aku memaksanya untuk kembali ke rumah, akhirnya dia mau menuruti ucapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fearless✓
FanfictionDemi Tuhan, aku takut ketika hari itu harus terulang kembali. ▪cover pict from canva.