Ponselku berdering dengan suara yang cukup memekakan telinga. Aku melirik ke arah jam dinding, pukul 03.24Siapa yang menelpon ku sepagi ini?
"Halo?" Ucapku dengan suara serak.
Senyap, tidak ada suara yang membalas sapaanku.
Aku kembali melirik kearah layar, terpampang jelas nama Yoonbin dengan emotikon hati disana.
"Masih molor pasti?" Ucapnya setelah sekian lama terdiam.
"Yaiyah bambang, orang disini masih jam setengah empat subuh kok." Aku menggrutu. Tapi tetap menegakkan badanku, mengubah posisiku menjadi duduk bersandar pada kepala kasur.
Aku rindu sura ini.
Dia tertawa, suara deraan angin terdengar jelas dari ponselku. Sepertinya Yoonbin sedang berada diluar ruangan. Eits.. tunggu, apa yang dia lakukan diluar rumah pada waktu waktu seperti ini.
"Lo lagi diluar ya?"
"Sotoy lu."
"Ck, serius gue. Dari sini kedengeran anginnya kenceng banget. Ngapain lo subuh subuh diluar?"
"Hehe.. didalem sumpek."
"Tuhkan bener. Buruan ah masuk ke dalem! Ini masih pagi, lo nggak kuat dingin Bin. Ntar kalo masuk angin nyusahin Ibu!"
"Iya iya, bawel lo!"
"Bodo, bawel juga lo suka kan?"
"Pedean lo dasar! Lagian disini juga udah agak siangan tau. Subuh mah udah lewat dari tadi."
"Lah? Masa? Bukannya sini sama daerah Nusa Tenggara cuma beda sejam yak?"
"Mana gue tau, gue kan yoonbin."
Aku tertawa, "Dih, apaan sih lo! Jayus tau nggak."
"Ngomong ngomong lo ngilang kemana aja deh? Rumah sodara lo tuh ada di plosok bagian mana? Masa dari kemaren kemaren gue chat kaga dibales, gue telfon nggak diangkat. Nggak tau apa kalo gue itu--"
"Gue kangen sama lo Jin."
"--khawatir lo kenapa kenapa." Aku terdiam. Suara Yoonbintiba tiba terdengar berat. Tidak ada lagi nada mengejek seperti yang tadi ia gunakan saat diawal pembicaraan. Aku tahu, itu tandanya dia sedang benar benar serius.
"Gue juga kangen sama lo."
"MAKANYA LO CEPETAN BALIK SIH!! KATANYA CUMA SEMINGGU! INI UDAH LEBIH DARI SEMINGGU WOY!" Aku meneriakan itu tepat pada loudspeaker handphone yang ku pegang. Aku tidak peduli jika Yoonbin mendadak tuli setelah mendengar ucapanku. Tujuan utamaku adalah untuk mencairkan suasana.
Aku tidak suka jika Yoonbin sudah berubah serius, aku sedang tidak ingin menangis sekarang.
"Anjir, gue budeg woy!"
Aku tertawa, rencana ku berhasil. Aura serius dari suara Yoonbin sudah menghilang.
"Gimana disana?"
"Apanya?"
"Gimana keadaan lo disana? Siap tahu ada yang pengen lo ceritain sama gue?"
Aku tersenyum. Itu adalah kalimat yang singkat. Tapi aku merasa sangat bahagia saat aku mendengar dia mengucapkan hal itu.
Tanpa basa basi aku mulai menceritakan semua nya pada Yoonbin. Tentang hari hariku, tentang keresahanku, juga tentang Guanlin dan Hyunjin yang belakangan selalu singgah dipikiranku.
Yonbin menyimak ceritaku, sesekali dia menanggapi ucapanku. Setelah menyelesaikan ceritaku, dia mulai mengajakku untuk membahas hal hal random yang ada dalam pikirannya. Aku hanya mengiyakan, setidaknya obrolan singkat ini bisa membuat ku merasa tidak sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fearless✓
FanfictionDemi Tuhan, aku takut ketika hari itu harus terulang kembali. ▪cover pict from canva.