Dengan sekali tinju, hidung Myeong Soo mengeluarkan darah. "Namja sinting! Keluar kau dari rumahku!" Kutendangi kaki namja itu sehingga namja itu menjerit kesakitan.
"Micheosseo?" pekik Myeong Soo.
"Kau pasti namja berengsek yang sering berkeliaran di jalan kan? Ahh...aku sudah salah menolong orang. Padahal kukira awalnya kau orang baik-baik. Ketampananmu ternyata bisa menipuku. Sekarang pergi kau!" ocehku tanpa jeda. Aku terus menendangi kaki si namja sampai namja itu keluar dari rumahku. Kubanting pintu sekeras mungkin, membuat si namja meneriakkan sebuah kata seperti, "Saekki!" (Brengsek!)
"Orang gila!" gerutuku tidak habis-habis. Appa yang baru pulang segera menghampiriku dengan tatapan bingung.
Aku menceritakan kejadian tadi pagi kepada Appa. Respon Appa tidak kalah menjengkelkannya dari namja tadi. Appa justru menertawai sikapku ini. "Appa berhentilah tertawa. Appa kan yang menyuruh namja sinting itu menginap disini," kataku dengan geraman rendah.
"Namja itu pasti sedang punya masalah berat."
Aku tidak perduli dengan ocehan Appa pasal namja itu. Aku hanya tidak suka dengan namja yang berbicara tidak sopan seperti tadi. Lagipula reaksi Appa justru membuat kekesalanku bertambah dua kali lipat. Seharusnya dia membelaku karena anaknya ini sudah diperlakukan secara kurang ajar oleh namja tadi. Appa menyembunyikan tawa dalam mulutnya setelah melihat mulutku semakin maju seperti Donal Bebek.
"Kamu bilang, nama belakang namja itu Kim?" tanya Appa mencoba mengubah topik pembicaraan.
Aku mengangguk tanpa suara.
"Bisa jadi namja itu yang akan dijodohkan denganmu." Ternyata komentar Appa yang satu ini membuat bibirku makin maju seperti moyangnya Donal Bebek.
"Sampai benar dia orangnya, aku langsung menolak mentah-mentah di hadapan keluarganya." Saking kesalnya, aku berusaha menahan emosiku ini dengan mengatupkan rahangku kuat-kuat.
Appa menghela nafas sambil mengelus kepalaku. "Redakan emosimu. Lebih baik kamu bantu Appa masak untuk makan siang nanti."
**
Dari pagi Appa terus mendesakku untuk datang ke rumah keluarga Kim untuk acara perkenalan. Gara-gara insiden kemarin siang, aku jadi malas untuk menemui calon jodohku itu. Appa terus memaksaku sampai akhirnya aku menyerah juga.
Malam itu, dikamar, aku sibuk memolesi wajahku dengan bedak. Pikiranku tidak fokus dengan apa yang sedang aku kerjakan saat ini. Pikiranku melayang dan di dalam benakku muncul ribuan pertanyaan : Bagaimana rupa calon jodohku itu? Apa mungkin aku bisa menikahi namja itu? Apa namja itu bisa membahagiakanku? Kalau aku sudah menikah, bagaimana dengan Appa? Tentu aku akan meninggalkan Appa dan tinggal bersama suami baruku itu. Apa Appa bisa hidup dan mengurus dirinya sendiri? Kini, hanya aku seorang yang bisa menemani Appa. Sun-Ah-eonnie tinggal bersama suaminya di Jerman. Sun-Ah-eonnie punya kehidupan disana. Dia tidak akan mau menerima Appa di rumahnya, itu akan menambah beban hidupnya. Belum lagi, saat ini Sun-Ah-eonnie sedang hamil anak kedua. Akan jauh lebih sulit hidup bersama dengan Appa dan suaminya dalam satu rumah. Pikiranku jatuh ke dalam kepalaku lagi, tersadar bahwa wajahku saat ini kacau balau akibat riasan yang kelewat menor. Aku segera menghapus make up yang terlalu menor di wajahku ini. Memulai dari awal dengan memoles bedak ke area dahi, pipi dan leherku.
Appa memanggilku dari ruang tamu. Sekarang aku sudah benar-benar cantik dengan riasan yang tidak berlebihan, terkesan kalem sehingga membuat wajahku sedikit lebih mature. Tiba-tiba saja hati kecilku bersuara, "Jiyeon-ah...untuk apa sih kamu dandan cantik seperti ini? Kamu kan hanya mau bertemu dengan namja yang jelas-jelas belum kamu ketahui bagaimana bentuk dan rupanya. Bagaimana kalau ternyata calon jodohmu itu adalah namja hitam dengan jenggot dan kumis nyaris menutupi setengah wajahnya? Kau tidak perlu susah-susah berdandan cantik seperti ini. Kalau bisa, lakukan sesuatu pada tubuh dan riasan wajahmu yang dapat membuat namja itu ilfeel denganmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghaeyo Jiyeon-ah (Reupload | Tamat)
RomanceReupload Status : Completed Ini kisah pengorbanan seorang yeoja dalam memerankan posisi sebagai seorang istri yang tidak mendapat tempat dihati suaminya. Ketika kata 'terlambat' sudah muncul, selamanya kita tidak akan bisa mengulang bahkan meminta s...