12 : Jiyeon's Diary

708 77 9
                                    

"Chankamman..." Kutahan tangan dokter yang hendak menyimpan berkas2 ditangannya ke dalam lemari. Apa ini? Aku mengenal wajah yeoja yang terpampang di berkas itu. "Park Jiyeon didiagnosa mengidap penyakit...leukimia?"

"Kau kenal dengan pasienku ini?" tanya dokter.

"Apa yeoja ini pasien dokter?" tanyaku tanpa menghiraukan pertanyaan dokter.

"Ne, dia pasienku," jawab dokter.

Jiyeon mengidap penyakit seperti ini? Sejak kapan? Apa dia sudah menyembunyikan penyakitnya begitu lama? Omona...untuk apa aku memikirkan hal yang seharusnya tidak perlu kupikirkan.

"Kau mengenal Park Jiyeon?" tanya dokter sekali lagi.

"Aniyo," jawabku cepat. "Um...sepertinya aku harus pergi. Kamsahamnida atas bantuan dokter."

Aku pun keluar dari ruangan dokter, berjalan menuju parkiran. Kunyalakan mesin mobil. Deru mesin mobilku terdengar agak berisik, tidak seperti biasanya. Akhirnya aku keluar untuk mengeceknya. Aku melihat seorang yeoja sedang membungkuk tepat di belakang mobilku. Yeoja itu bangun dan dengan wajah pias dia berkata, "Michesseo?" Hidung yeoja itu berdarah. "Apa kau tidak punya mata? Atau kau sengaja melakukannya untuk membunuhku? Kenapa kau nyalakan mesin mobilmu di saat aku sedang berada di belakang mobilmu?"

"H-hidungmu berdarah," ucapku tanpa menghiraukan celotehannya.

"Apa kau sedang mencoba mengalihkan pembicaraan?" tanya yeoja itu kesal. "Kenapa semua orang di dunia ini tidak ada yang bisa mengerti aku?"

Apa sih yang sedang diucapkan yeoja asing ini? Aku sama sekali tidak mengerti. Kenapa yeoja ini jadi marah padaku? Padahal ini kan hanya masalah kecil.

"Tahukah kau? Saat ini aku sedang mengidap sebuah penyakit serius. Darah yang jeluar dari hidungku ini tidak ada artinya sama sekali. Sewaktu-waktu hidungku bisa mengeluarkan darah lebih banyak lagi. Asap kotor yang keluar dari mobilmu ini telah merusak pernapasanku. Apa kau ingin mempercepat kematianku?"

"Yaa! Apa yang sedang kau bicarakn saat ini? Kau aneh sekali. Hanya karena masalah sekecil ini kau berani memakiku. Apa kau mengenalku, heh? Apa aku mengenalmu? Lagipula aku tidak perduli dengan penyakitmu. Kau mau mati atau tidak, aku pun tidak perduli!" ucapku kasar sebelum meninggalkan yeoja itu sendirian.

Kubanting pintu mobilku sebelum meluncur keluar area parkir. Kupukul setir mobilku.

"Jeongmal...kenapa banyak sekali manusia aneh di dunia ini," desahku. "Kenapa yeoja tadi malah berkeluh kesah pasal penyakitnya? Apa perduliku dengan penyakit yang dideritanya?"

Setibanya aku di rumah aku melihat Wei Tang sedang menungguku di depan pagar rumah. Aku tersenyum melihat kehadirannya.

"Cagiya..." Kuhampiri Wei Tang dengan wajah sumringah.

"I miss you..." ucap Wei Tang seraya memelukku.

Aku tersenyum melihat tingkah manjanya.

"Nomuhajima...kita baru bertemu semalam dan kau sudah rindu denganku," ucapku seraya menyubit pelan pipi Wei Tang yang halus.

"Apa aku salah jika aku selalu rindu denganmu, heh?" tanya Wei Tang kesal.

"Aniyo...aku senang jika kau rindu padaku," jawabku mencoba menghiburnya.

"Kalau begitu, cepat ceraikan yeoja aneh itu dan nikahi aku!" ucap Wei Tang. Aku terkejut mendengar ucapannya. "Kenapa? Kenapa kau terkejut? Bukankah hal itu yang seharusnya kau lakukan? Aku sudah lelah mengundur waktu terus menerus. Aku ingin hidup dan tinggal bersamamu, menjadi istrimu, mendampingimu di setiap waktu."

Saranghaeyo Jiyeon-ah (Reupload | Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang