Aku tidak bisa berhenti menatap Myung Soo yang kini sedang menikmati menu makan siangnya. Melihatnya makan sudah membuatku kenyang.
“Waeyo?” tanya Myung Soo saat sadar aku belum menyentuh makananku sedikitpun.
“Aku terlalu bahagia dengan keadaan ini,” jawabku jujur.Myung Soo pun tersenyum mendengar jawaban dariku.
“Kebahagiaanmu akan luntur jika perutmu sakit karena telat makan,” ucap Myung Soo seraya menyuapiku kentang goreng miliknya.
Disaat aroma kentang goreng itu mendekati hidungku, tiba-tiba sesuatu di dalam perutku seperti berputar. Ada sedikit tekanan yang membuat diriku tiba-tiba merasa mual. Aku menolak kentang goreng di depan bibirku dan mulai mencari sosok si pelayan restoran untuk mengantarku ke kamar mandi restoran ini.
**
Aku tidak tahu mengapa perasaanku mendadak buruk seperti ini. Seperti ada sesuatu yang hendak memaksa keluar dari dalam tubuhku. Aku mual, sangat mual. Satu-satunya ruangan yang kucari saat ini adalah kamar mandi. Si pelayan restoran pun mengantarku ke kamar mandi restoran, diikuti Myung Soo dibelakang kami.
“Kau sakit?” tanya Myung Soo seraya mengurut bahuku sementara aku berusaha memuntahkan semua makanan yang sudah kumakan hari ini.
Aku terdiam, tidak menjawab, hanya berpikir kapan terakhir kali aku datang bulan. Dan beberapa detik kemudian, mataku membulat, menatap Myung Soo dengan tatapan terkejut.
“A-aku sudah telat satu minggu…” ucapku takut-takut.
“M-mwo?” Ekspresi Myung Soo saat ini sama persis dengan ekspresi mukaku. Dan kami berdua perlahan menunduk untuk menatap perutku yang rata. “K-kau….hamil?”
Aku tidak mampu berpikir dengan benar saat Myung Soo berkata ‘hamil’.
“M-memang sudah sewajarnya aku hamil,” ucapku seraya mulai menghitung kapan pertama kali Myung Soo menyentuhku.
“Geurae,” ucap Myung Soo yang ternyata mempunyai pikiran yang sama denganku. “Sudah satu tahun dan kau belum juga hamil.” Tanpa banyak berpikir Myung Soo langsung mengambil ponsel di kantung celananya untuk menghubungi salah satu temannya yang berprofesi sebagai dokter di Perancis.
Dan dari restoran itu kami berdua langsung pergi mengunjungi rumah sakit tempat teman Myung Soo bekerja.
“Hyoyeon-ah, apa kau yakin Jiyeon benar-benar hamil?” tanya Myung Soo dengan wajah berseri-seri.
Hyoyeon, sang dokter mengangguk.
“Apa kau tidak percaya dengan diagnosaku?” tanya Hyoyeon dengan wajah tersinggung.
“A-aniyo…” ucap Myung Soo. “A-aku hanya tidak menyangka…Jiyeon hamil……”
Aku pun merasakan kebahagiaan yang sama yang sedang Myung Soo rasakan.
“Jiyeon-ssi, mulai saat ini tolong hindari aktivitas berat yang dapat membahayakan janinmu yang masih sangat muda,” ucap Hyoyeon mulai memberikan tips kedokterannya kepadaku. “Dan tolong hindari obat-obatan tertentu dan kafein.”
“Aku sangat menyukai kopi,” desahku dengan mulut cemberut.
“Turuti saja ucapan Hyoyeon agar janinmu bisa tumbuh dengan sehat,” ucap Myung Soo seraya mengelus kepalaku.
“Mengkonsumsi kafein disaat hamil muda bisa membahayakan janinmu, Jiyeon-ssi. Bahkan bisa berefek keguguran. Berjalan kaki, itulah olah raga yang cocok untukmu saat ini. Dan aku akan memberikan beberapa suplemen yang harus diminum secara rutin.” Hyoyeon mulai menuliskan beberapa tips yang penting untuk selalu kuingat selama menjaga kehamilan masa mudaku ini. “Dan tugasmu Myung Soo-ah…perhatikan kondisi Jiyeon. Ketenangan pikiran, mental dan kenyamanan Jiyeon berpengaruh pada janinnya sejak awal.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghaeyo Jiyeon-ah (Reupload | Tamat)
RomanceReupload Status : Completed Ini kisah pengorbanan seorang yeoja dalam memerankan posisi sebagai seorang istri yang tidak mendapat tempat dihati suaminya. Ketika kata 'terlambat' sudah muncul, selamanya kita tidak akan bisa mengulang bahkan meminta s...