6 : Bitterness

504 68 6
                                    

Aku segera masuk ke dalam kamar mandi, cepat-cepat mengguyur tubuhku dengan air dingin yang segar. Sungguh ini adalah kenikmatan setara dengan surga (hahaha). Minho sudah pergi daritadi dan itu membuatku teringat akan suatu hal. Apa Minho mengunci kamar ini? Lalu dimana dia meletakkan kuncinya? Aku buru-buru menyelesaikan mandiku. Selesai mandi dan hanya melilitkan tubuhku dengan selapis handuk, aku keluar dari kamar mandi. Lantai basah yang tepat aku injak di bawah kakiku membuatku jatuh terjungkal dengan posisi terlentang. Aku sudah pasraha jika hal buruk seperti patang tulang atau kepala bocor menimpaku. Tetapi...tiba-tiba saja aku merasa aman, dibawah sebuah tangan yang menahan tubuhku. Wajah Minho berjarak hanya beberapa centi dari wajahku. Mata kami sama-sama melotot, saling memandang. Tubuh sensualku kini tepat berada di dalam dekapan hangat namja ini. Omo! Dalam jarak sedekat ini, aku baru sadar bahwa namja ini mempunyai bentuk mata yang indah. Minho tampan sekali.

Dan sebuah suara tiba-tiba saja merusak semuanya. Myeong Soo dan Wei Tang terbelalak menatap posisi absurd kami. Omona!

Aku segera bangun dan mendorong jauh-jauh tangan Minho yang masih memegang pinggangku.

Myeong Soo menghampiri dengan tampang menyelidik.

"Sedang apa kalian?" tanya Myeong Soo. "Apa kau berencana untuk merayu temanku, heh?" Myeong menoleh padaku dengan pandangan menyebalkan.

Wei Tang ikut menghampiriku lalu dengan seenaknya menunjuk bahuku.

"Are you crazy? Who are you? How dare you seduce Minho!"

Wajah Wei Tang sama menyebalkannya dengan wajah Myeong Soo. Benar-benar couple yang memuakkan!

Aku membersihkan bahuku yang sudah disentuh oleh Wei Tang. Wei Tang terperangah melihatnya.

"Yaa! Nuguseyo? Berani-beraninya menunjukku. Apa kau tidak pernah di ajarkan sopan santun oleh orangtuamu? Apa negara China penuh dengan orang menyebalkan sepertimu?!"

Wei Tang berhasil mati kutu dan tidak bisa menjawab apa-apa saat mendengar ucapanku. Daebak, Jiyeon!

Myeong Soo maju selangkah dan menghadapku lalu berkata, "Kau tidak berhak bicara seperti itu pada pacarku. Apa kau lebih tahu Wei Tang daripada aku sehingga dengan bebasnya kau menyebut dia menyebalkan, heh? Kau tahu? Kaulah yang menyebalkan. Apa-apaan ini? Hanya berselimut handuk tipis, kau berusaha merayu Minho. Apa kau melakukan ini karena kau sadar bahwa kau tidak bisa menarik perhatianku? Dan kau beranggapan bahwa Minho akan tertarik padamu? Setolol itukah dirimu?"

"Keumanhe!" pekikku. Wajah dan telingaku sudah panas mendengar hinaannya padaku. Air mataku nyaris menetes. Demi Tuhan, aku mohon agar air mata ini tidak menetes. Aku tidak mau menangis di depan namja brengsek ini. Namja brengsek ini pasti akan menganggapku yeoja cengeng.

"Aku benar-benar sudah muak melihatmu. Bahkan untuk menyentuhmu saja aku tidak sudi!" Myeong Soo pergi setelah mengucapkan kata pedas itu padaku.

Aku tersungkur di lantai dengan wajah pias. Belum pernah aku mendapat hinaan separah ini. Hatiku sakit. Myeong Soo telah berhasil menyakiti hatiku begitu dalam. Kini aku terbakar, terbakar api emosi untuk membalas semua perlakuannya padaku.

Minho membungkuk lalu menutupi bahuku yang telanjang dengan selimut ranjangnya. Aku menoleh dan tidak sengaja air mataku menetes.

Minho tidak bicara apa-apa. Dia hanya menatapku dengan wajah prihatin.

"Kenapa kau bisa punya teman sebrengsek dia?" tanyaku pelan dengan suara serak. Airmataku keluar semakin deras.

Tiba-tiba Minho mengangkat tangannya dan mengarahkan ke pipiku. Dia menghapus airmataku dengan lembut.

Saranghaeyo Jiyeon-ah (Reupload | Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang