Wei Tang menarik tangan Myeong Soo ketika Myeong Soo hendak mengantarku ke dalam.
"Dia bisa jalan sendiri," ucap Wei Tang berusaha melepaskan genggaman tangan Myeong Soo pada tanganku.
"Wei, dia baru saja tenggelam," ucap Myeong Soo.
"Itu akal-akalan dia saja," ucap Wei kesal. "Dia sudah pernah melakukannya dulu. Dulu dia mendapat ciuman dari Minho, sekarang dia berhasil mendapat ciuman darimu. Benar-benar akting yang bagus."
"Mwo?" Myeong Soo bingung mendengar ucapan Wei. "Apa maksud ucapanmu?"
Wei sepertinya sudah salah bicara. Aku pun hanya diam saat Myeong Soo menoleh padaku dengan pandangan tanda tanya.
"Jiyeon-ah...aku saja yang mengantarmu pulang," ucap Minho seraya menarik tanganku lalu pergi.
Sesampainya di mobil Minho, aku berkata, "Jebal, lepaskan tanganku."
"Mianhae," ucap Minho.
Tiba-tiba air mataku menetes.
"Sepertinya masa lalu akan terulang kembali," desah Minho saat melihat air mataku menetes.
"Apa kau masih mau mengantarku pulang?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Mwo? Ah...ne, tentu saja," jawab Minho seraya membuka pintu mobilnya.
Aku melangkah masuk, mesin mobil dinyalakan dan kami melesat pergi.
**
Myeong Soo terengah-engah dan lelah. Satu jam berlari pagi cukup membuatnya berkeringat. Dia bersender pada bangku taman, wajahnya tepat tersorot sinar matahari pagi. Mendadak kepalanya pening. Pandangannya memutih di terpa sinar. Dia mencoba mengerjap-erjapkan kedua matanya untuk memperjelas pandangannya. Ketika pandangannya sudah normal kembali, dia melihat seorang yeoja dan namja sedang bertengkar di hadapannya.
"Kau pikir aku mau menikah denganmu? Omong kosong! Hal yang paling ingin kulakukan saat ini adalah mengurusi kehidupanku sebagai wanita karier, bukan sebagai yeoja tolol yang sibuk mengejarmu untuk memberi pengertian sedikit saja kepadamu pasal perjodohan sinting ini. Bisakah kau diam sejenak dan mendengarkan penjelasanku?!"
"Kalau kau tidak mau menjadi yeoja tolol, berhenti mengusikku dengan kicauanmu pasal perjodohan sinting itu."
Aku akan dengan senang hati melakukannya kalau saja aku bisa! Aku menyetujui perjodohan itu karena memikirkan perasaan Harabojimu, halmoni, ibumu dan juga Harabojiku."
"Kau tidak perlu sok perhatian dengan keluargaku. Keluargaku tidak akan mati jika aku tidak menikahimu. Urusi saja keluargamu sendiri!"
Myeong Soo memegang kepalanya yang tiba-tiba berdenyut. Tiba-tiba dia merasa suasana di sekelilingnya berubah seperti di dalam sebuah bar. Dia melihat yeoja dan namja tadi sedang berdebat lagi di hadapannya.
"Pernikahan kita ini kan hanya pura-pura."
"MWO? Apa maksudmu? Kenapa kau berkata seperti itu?"
"Jadi kaupikir kita akan benar-benar menikah? Aku sudah berkali-kali mengatakannya kepadamu. Aku tidak akan pernah menikahimu. Karena kamu terus memaksaku, aku jadi tidak bisa berbuat apa-apa. Kupikir, asalkan halmoni dan Eomma melihat kita menikah, sepertinya tidak akan jadi masalah. Pernikahan kita hanya formalitas."
"What the hell you think you're doing?! Kamu tidak bisa seenaknya memperlakukanku seperti ini!"
"Kupikir aku sudah bertindak cukup adil. Ketika kita sudah menikah nanti, aku ataupun dirimu masih bebas untuk berkencan dengan pacar masing-masing. Kau masih bisa bertemu dengan pacarmu tanpa harus memperdulikan statusmu sebagai istri-bohonganku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghaeyo Jiyeon-ah (Reupload | Tamat)
Storie d'amoreReupload Status : Completed Ini kisah pengorbanan seorang yeoja dalam memerankan posisi sebagai seorang istri yang tidak mendapat tempat dihati suaminya. Ketika kata 'terlambat' sudah muncul, selamanya kita tidak akan bisa mengulang bahkan meminta s...