15 : Saranghaeyo Jiyeon-ah

868 67 26
                                    

"Jiyeon-ah, buka pintunya. Aku tidak mengerti maksud ucapanmu. Jiyeon-ah....bukan pintunya. Biarkan aku masuk!" ucap Myeong Soo seraya memukul pintu rumahku.

Aku berdiri di baliknya, menahan tangisku yang nyaris pecah. Sesungguhnya aku tidak mengerti kenapa sikap Myeong Soo belakangan ini agak berbeda. Satu hal yang sangat terlihat, Myeong Soo tidak lagi menunjukkan aura permusuhan.

"Jiyeon-ah..." panggil Myeong Soo sekali lagi.

Ah ya...dia juga jadi sering menyebut namaku. Jiyeon-ah....Jiyeon-ah....Jiyeon-ah...

"Myeong Soo-ah berhenti berteriak. Suaramu mengganggu tetangga...."

"Aku tidak perduli!" potong Myeong Soo cepat. "Kalau kau tidak mau mendengar aku berteriak lagi, lebih baik kau keluar sekarang. Kita perlu bicara!"

"Cukup, Myeong Soo-ah," ucapku. "Sudah tidak ada topik yang harus kita bicarakan lagi."

"Mwo? Sudah tidak ada?" tanya Myeong Soo. "Masalah diantara kita begitu banyak, Jiyeon-ah!"

"Jadi kau baru sadar sekarang?" tanyaku. "Kupikir, kau tidak akan perduli dengan masalah2 di antara kita lantaran kau begitu sibuk dengan Wei Tang."

Myeong Soo terdiam, tidak ada suara terdengar lagi.

"Jadi kau cemburu, heh?" tanya Myeong Soo tiba-tiba. Degup jantungku tiba-tiba berdetak lebih cepat. "Kau cemburu padaku, Jiyeon-ah?"

Ige mwoya? Kenapa Myeong Soo melontarkan pertanyaan seperti itu?

"Araseo...kau tidak menjawabku, dan kuanggap bahwa kau cemburu padaku...."

"ANIYO!" jawabku seraya membuka pintu kembali tepat ketika Myeong Soo menarik tubuhku kedalam dirinya. Satu tangannya memegang pipiku dan tangan yang lain memeluk pinggangku. Myeong Soo menciumku. Dan dia melakukannya lagi, bedanya kali ini dia dalam keadaan sadar total. Aku hanya dapat melotot karena terkejut atas perlakuannya padaku.

Myeong Soo melepaskan ciumannya perlahan. Dia membiarkan wajahnya tetap berada satu centi di depan wajahku. Tangannya yang memegang pipiku kini merambat memegang leherku dan dengan nafas sedikit terengah dia berkata, "Saranghaeyo....Jiyeon-ah...".

Kutatap matanya, dia menatap balik mataku.

"M-mwo?" tanyaku dengan wajah tidak percaya.

"Saranghaeyo...Jiyeon-ah..." ulang Myeong Soo dengan suara lembut. Matanya memandang mataku dengan perasaan cinta yang tulus.

Sadarkan Tuhan! Apa benar Myeong Soo baru saja menyatakan perasaannya padaku? Perasaan sedih yang selama ini aku alami tiba-tiba saja menguap keluar, berganti dengan perasaan terkejut bercampur bahagia.

"Kau mencintaiku?" tanyaku lagi, berusaha memastikan bahwa aku tidak salah dengar.

Tiba-tiba Myeong Soo memegang kepalaku seraya berkata, "Aku mencintaimu, sangat mencintaimu."

Air mataku menetes keluar dan untuk kali ini aku tidak dapat menahannya. Myeong Soo membersihkan air mataku sebelum mengecup pipiku dengan lembut. Demi Tuhan, aku terbuai setiap tingkah lakunya pada malam ini terhadapku. Inilah yang aku inginkan selama ini, mendapat perlakuan spesial dari suamiku sendiri.

Tiba-tiba perasaan senang di dalam hatiku mencair, berubah menjadi rasa sakit yang luar biasa menyiksa tubuhku. Aku berusaha menahan rasa sakit itu tetapi aku tidak mampu. Detik berikutnya aku dapat merasakan darah mengalir dari bawah hidungku. Myeong Soo terkejut melihatnya.

"G-gwaenchanayo..." ucapku dengan pandangan yang mulai mengabur.

"A-aniyo, Jiyeon-ah..." ucap Myeong Soo panik. "Kau berdarah!"

Saranghaeyo Jiyeon-ah (Reupload | Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang