16 : Forgotten

672 67 13
                                    

All Jiyeon P.O.V

"Jiyeon-ah..." Hyomin menarik lengan bajuku terus menerus. "Katakan padaku, kenapa kau jadi seperti ini?"

"Aniyo," jawabku seadanya. "Gwaenchana."

"Lalu kenapa kau mengepak barang-barangmu seperti ini?" tanya Hyomin lagi.

"Aku butuh waktu, Hyomin-ah," jawabku pendek.

"Butuh waktu? Untuk apa?" tanya Hyomin tidak menyerah.

"Untuk menenangkan diri," jawabku, lagi-lagi pendek.

"Menenangkan diri? Seharusnya kau gunakan waktu itu untuk melupakan Myeong Soo!" ucap Hyomin sudah habis kesabaran.

Tiba-tiba air mataku menetes. Hyomin terkejut melihat perubahan sikapku. Ne, belakangan ini aku jadi yeoja melankolis yang sensitif.

"Menangis lagi? Oh jebal...kau benar-benar bukan Jiyeon yang kukenal," desah Hyomin putus asa. Tiba-tiba Hyomin memegang tanganku. "Jiyeon-ah, bisakah kau melupakan namja itu sebentar saja?"

Kuusap airmataku dengan asal.

"Bahkan sekarang kau berniat meninggalkanku," tambah Hyomin sambil melihatku sedang sibuk mengepak barang. "Kau sudah lama tidak datang ke kantor. Kita sudah lama tidak hang out. Kau juga jadi jarang bercerita pasal kehidupanmu denganku. Kau terlalu sibuk mengurusi perasaan hatimu itu. Jiyeon-ah, lihatlah ke depan. Banyak orang dan hal lain yang terlantar akibat dirimu. Pekerjaan, sahabat...."

"Dan cinta," selaku.

"Mwo?" tanya Hyomin dengan dahi berkerut.

"Cintaku, Hyomin-ah. Cintaku yang sedang terlantar saat ini. Aku ingin mengurusi cintaku," jawabku.

"Oh jangan konyol!" desah Hyomin kesal. "Myeong Soo sudah tiga bulan meninggalkanmu dengan yeoja keparat itu. Dan sampai saat ini kau masih memikirkan namja itu?"

"Sampai saat ini aku tidak tahu alasan pasti Myeong Soo, kenapa dia meninggalkanku," ucapku.

"Ne, kau tidak akan pernah tahu alasan pastinya selama Myeong Soo dan kekasihnya itu bersembunyi entah dimana," ucap Hyomin semakin kesal. "Apa kau berencana berkelana untuk mencari Myeong Soo, heh? Lalu jika kau beruntung karena dapat bertemu dengannya, apakah kau akan bertanya kenapa dia meninggalkanmu? Bagaimana jika kau mendapat jawaban yang tidak kauinginkan? Bagaimana jika dia menjawab dia sangat mencintai Wei Tang sehingga dia tidak perlu susah-susah menungguimu berjuang saat di ruang operasi waktu itu?"

"Keumanhe!" ucapku berang. "Dia yang mengatakannya sendiri bahwa dia mencintaiku."

"Lalu kenapa dia meninggalkanmu pergi dengan yeoja lain jika dia mencintaimu? Apa itu masuk akal, heh?" Hyomin terus mendesakku.

Air mataku terus saja keluar. Perasaanku benar-benar hancur.

"Mianhae, Jiyeon-ah," ucap Hyomin agak menyesal telah membuatku menangis. "Aku hanya ingin menyadarkanmu. Kadang cinta memang perlu diperjuangkan, tetapi jika cinta itu sendiri terus menjauhi kita, apa kita tetap memaksa untuk mendapatkan cinta itu? Jika aku jadi kau, aku tidak mau melakukan hal itu. Jika aku melakukan hal itu, artinya aku harus rela mengorbankan perasaanku dan aku harus siap menerima rasa sakit yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya."

Sesungguhnya, ada benarnya juga ucapan Hyomin. Aku merasa bahwa cintaku dengan Myeong Soo hanya sia-sia saja. Kami tidak dapat dipersatukan. Banyak sekali masalah yang berdatangan silih berganti berusaha mengacaukan cintaku dan Myeong Soo.

"Jiyeon-ah, buka matamu. Jangan terus terpuruk seperti ini. Tiga bulan sudah berlalu. Myeong Soo pun tidak juga menunjukkan batang hidungnya. Kau harus bangkit Jiyeon-ah. Pandang ke depan dan jangan menoleh lagi ke belakang. Yang sudah berlalu biarlah berlalu, tidak perlu disesali dan ditangisi." Hyomin memelukku dengan pelukan khas sahabat.

Saranghaeyo Jiyeon-ah (Reupload | Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang