8 : Already Out of Patience

548 66 12
                                    

Tubuh Myeong Soo menubrukku dan lagi-lagi aku berhasil mempertontonkan posisi absurdku dengan seorang namja. Waktu itu dengan Minho, kali ini dengan Myeong Soo?!

Aku sadar hidung Myeong Soo sudah menempel dengan hidungku. Aku bisa merasakan deru nafas Myeong Soo yang cepat tidak wajar. Dia melotot memandangku, begitu pun juga aku. Selama aku mengenal Myeong Soo, baru kali ini aku bisa sedekat ini dengan Myeong Soo. Bahkan, wajah kami bersentuhan! Sungguh bukan suatu hal yang pernah aku bayangkan sebelumnya.

Dan dalam waktu bersamaan kami sama-sama berteriak, "ANDWAEEEEE!"

Dengan cepat, aku maupun Myeong Soo saling melepaskan diri. Wajahku merah, aku yakin karena aku dapat merasakan seluruh permukaan wajahku memanas. Dan apa yang aku lihat ini? Telinga Myeong Soo memerah.

"Gwaenchana?" tanya Eomma seraya membantuku bangun.

"Ne," jawabku seadanya. Aku masih berusaha mengontrol diriku untuk tidak salah tingkah.

"Yaa! Kenapa kau mendorongku?" tanya Myeong Soo pada seseorang yang telah menubruknya.

Orang itu adalah pembantu baru di rumah Myeong Soo. Perawakannya seperti bukan pembantu, terlalu menor dan terlalu subur.

"Mianhae, tuan," ucap pembantu gendut itu. "Saya melihat Jiyeon-Agasshi menuangkan banyak garam ke dalam adonan kue yang hendak tuan makan."

Aku terkejut mendengar ucapan pembantu itu.

"Su-Hee-ah, bagaimana bisa kau bicara tidak sopan seperti itu?" tanya Eomma marah.

"Mianhae..." Su-Hee menunduk lalu pergi.

Aku tidak berani mengangkat kepalaku. Aku takut menatap mata siapapun saat ini.

Myeong Soo mengurut keningnya. Dia menatapku dengan tatapan kebencian yang luar biasa.

"Apa kau ingin membunuhku, heh?" tanya Myeong Soo.

"Apa kau ini cacing yang anti garam, heh? Kenapa kau jadi mati hanya karena aku menuangkan garam ke dalam kue ulang tahunmu?" balasku tidak mau kalah. Jelas kali ini aku menjelaskan secara akal manusia. Ya iyalah, mana ada orang mati hanya karena dia memakan sesuap kue rasa garam.

"Jadi, benar kau telah memasukkan garam ke dalam adonan kue Myeong Soo?" tanya Eomma terkejut.

Aku mengangguk dan berusaha mengakui perbuatanku.

"Lihat Eomma! Lihat Halmoni!" ucap Myeong Soo memperbesar volume suaranya. "Yeoja seperti inilah yang telah kalian nikahkan denganku. Kau berusaha untuk menyiksa dengan semua makanan buatanmu. Mulai dari samgyetang pedas dan sekarang kue asin. Apa sih yang ada di otakmu itu, heh? Cara bercandamu kampungan sekali..."

"Apa yang aku lakukan tidak seberapa!" selakku dengan nada naik. Semua tamu diam dan melihat ke arah kami.

"Mwo? Tidak seberapa? Jadi kau telah terbiasa melakukan hal kampung macam ini? Sudah berapa banyak orang yang telah kau tipu, heh?" tanya Myeong Soo dengan gaya sengitnya.

"Tipu?" Alisku menyatu.

"Ne, kau berencana menipu keluarga kami kan? Pernikahan ini sebenarnya adalah kedok keluargamu untuk mengambil seluruh harta keluarga Kim!"

"Mwo?" Mataku terbelalak mendengar ucapan Myeong Soo. Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu, menghinaku, menjelek-jelekan nama keluargaku, di hadapn seluruh tamu yang datang.

"Myeong Soo-ah!" Halmoni maju, berusaha menengahi. "Jaga ucapanmu!"

"Cukup Halmoni!" Myeong Soo menolak untuk diam. "Karena Haraboji, aku harus menikah dengan yeoja ini. Aku harus meninggalkan impianku untuk menikahi Wei Tang."

Saranghaeyo Jiyeon-ah (Reupload | Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang