Kedatanganku kembali ke rumah keluarga Kim disambut hangat oleh Halmoni dan Kim Hye Soo. Dan benar seperti yang dikatakan Kim Hye Soo, Myeong Soo tidak ada di rumah malam itu. Halmoni membuat panekuk dengan saus yang sangat lezat. Kami bertiga mengobrol sekaligus menikmati panekuknya di meja makan. Aku tidak bisa menahan rasa nikmat panekuk yang kumakan. Tanpa mengurasi rasa hormat, berkali-kali aku mendecakkan lidah. Halmoni dan Kim Hye Soo hanya bisa tersenyum melihat tingkahku saat makan.
Selesai makan, mereka mengajakku ke ruang tamu. Kim Hye Soo mengeluarkan sebuah album usang dari lemari tinggi di pojok ruangan. Album itu berisi foto-foto kenangan almarhum Kim Jeong Woo dan Harabojiku, Park Kwang In. Aku bisa merasakan persahabatan yang begitu erat diantara keduanya saat melihat kumpulan foto itu.
"Jeong Woo dan Kwang In bertemu saat duduk di bangku SMA. Mereka mulai menjalin tali persahabatan dan saling berjanji untuk tetap menjaga hubungan baik bahkan sampai mereka mati. Sekitar dua bulan yang lalu, Jeong Woo meninggal dan sebelum dia menghembuskan nafas terakhir, dia masih sempat berkata pasal janjinya yang dibuat bersama sahabat lamanya, Kwang In. Jeong Woo benar-benar ingin melihat cucunya bisa bersatu dengan cucu Kwang In. Apapun caranya, cucu-cucu mereka harus menikah."
Aku merasa tenggorokanku mendadak menjadi sangat kering. Aku merasa bagai sedang menelan buah berduri. Aku bukan termasuk golongan cucu yang durhaka. Aku menyayangi dan mencintai Haraboji. Aku siap melakukan apa saja yang Haraboji minta bahkan disaat Haraboji sudah tidak ada. Tetapi disatu sisi, hatiku terus-menerus menolak perjodohan itu. Bukan karena perjodohannya, tetapi lebih karena namja yang ingin dijodohkan kepadaku. Namja menyebalkan itu. Kami bagai bumi dan langit, minyak dan air, tidak bisa disatukan. Kami bagai Tom dan Jerry, Tweety dan Sylvester, Anjing dan Kucing, selalu berantem dan adu argumen saat bertemu. Apa mungkin dua pribadi yang berbeda bisa disatukan dalam sebuah hubungan pernikahan?
Sun-Ah-eonnie pernah bilang kalau cinta di dunia ini ada bermacam-macam jenisnya. Salah satunya adalah cinta yang dimulai dari rasa benci. Karena teorinya, jarak antara benci dengan cinta sangat tipis, bahkan tidak ada batas dan jarak. Mengingat teori itu, aku jadi berpikir lagi, apa aku bisa mencintai namja menyebalkan itu? Setiap melihat wajahnya, yang ada dibenakku hanya kata benci dan rasa tidak suka. Jadi rasanya mustahil, rasa benciku terhadap namja itu bisa melebur menjadi sebuah cinta.
"Halmoni harap, kamu mau menikah dengan Myeong Soo." Suara Halmoni terdengar jelas di telingaku. Wajah tulus yang terpeta di muka Halmoni dan Kim Hye Soo, nyaris meluluhkan tekadku yang semula. Rasanya aku bisa memenuhi permintaan dua yeoja dihadapanku ini. Bisa kubayangkan, berapa banyak hati yang bahagia jika aku menikah dengan Myeong Soo : Kim Jeong Woo, Halmoni dan Kim Hye Soo dan satu lagi yang paling penting, Haraboji. Disana, Haraboji pasti akan bahagia jika melihatku bisa memenuhi janjinya yang dibuat bersama Kim Jeong Woo. Hati-hati yang merasa bahagia itu tentu akan merestui pernikahanku dengan Myeong Soo. Mungkin, dengan restu yang kudapat, aku bisa menjalankan pernikahan dan rumah tangga yang baik. Bagaimana dengan perasaanku? Aku nyaris melupakan bagaimana pentingnya perasaanku dalam kasus ini. Toh aku justru lebih mengharapkan orang-orang disekitarku ini merasa bahagia. Aku percaya rasa cinta itu suatu saat akan tumbuh dan kembang dengan sendirinya. Walaupun aku tidak yakin dan tidak tahu, kapankah saat itu.
**
Pub ini terlalu ramai. Aku berusaha menembus kerumunan di dalam pub ini hanya untuk menemui seseorang. Aku bisa melihat wujud Myeong Soo berada di tengah-tengah lantai dansa, dengan keadaan yang mulai mabuk, sambil menari bersama seorang yeoja seksi di depannya, dia berteriak, "Inilah kebebasan!"
Aku mencoba melewati beberapa manusia yang sedang hilang kesadaran dan menari seperti orang gila—bahkan sampai harus meninju seorang namja yang nekad mengajakku bergabung sambil memegang pinggangku—hanya untuk menghampiri Myeong Soo. Akhirnya aku berhasil menghampiri Myeong Soo yang belum sadar juga dengan kehadiranku di sebelahnya. Aku menariknya kasar dari tubuh yeoja seksi yang sedang dicumbuinya ditengah keramaian ini. Dengan agak sempoyongan, dia mencoba menjernihkan pandangannya. "Kau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghaeyo Jiyeon-ah (Reupload | Tamat)
DragosteReupload Status : Completed Ini kisah pengorbanan seorang yeoja dalam memerankan posisi sebagai seorang istri yang tidak mendapat tempat dihati suaminya. Ketika kata 'terlambat' sudah muncul, selamanya kita tidak akan bisa mengulang bahkan meminta s...