17 : Dejavu

682 74 9
                                    

Aku terkejut melihat keadaan Halmoni yang berubah sedrastis ini. Halmoni duduk di atas kursi roda, tubuhnya lebih terlihat kurus, terutama bagian wajahnya, tulang pipinya sedikit menyembul menampakkan ketirusan wajah tuanya. Lingkaran hitam semu menghiasi bawah matanya.

Kuhampiri Halmoni, lalu kupeluk dia seraya berkata, "Mianhae, Halmoni. Mianhae..."

Airmataku mengalir deras. Aku tak mampu menahan perasaan sedih ini. Aku tak kuat melihat kondisi Halmoni saat ini. Dia seperti sekarang karena Myeong Soo telah meninggalkannya terlalu lama tanpa kabar sedikitpun.

"Jiyeon-ah..." Halmoni membalas pelukanku. "Omona, aku tidak percaya aku dapat melihatmu lagi..."

"Mianhae, Halmoni..." Kupegang erat tangan Halmoni.

Setelah itu kami banyak mengobrol. Halmoni mendesakku agar aku menginap di rumahnya. Aku tidak bisa menolak.

Malam harinya aku, Halmoni dan Eomma makan malam dalam satu meja. Wajah Halmoni terlihat jauh lebih baik. Malam ini dia banyak tersenyum dan tidak berhenti mengoceh pasal kehidupannya belakangan ini.

Tiba-tiba saja acara makan malam kami diganggu oleh sebuah suara ketukan pintu. Eomma mohon undur diri untuk membukakan pintu. Lama Eomma tidak muncul kembali dan tiba-tiba saja dia datang, tidak sendiri, bersama dua orang yang mampu membuat urat syarafku menegang. Myeong Soo bersama dengan Wei Tang berdiri di ambang pintu.

"M-myeong Soo?" desahku dengan mata terkejut.

"Myeong Soo-ah?" Halmoni tidak kalah terkejutnya saat melihat cucu semata wayangnya sedang berdiri di ambang pintu. "Myeong Soo? Kau Kim Myeong Soo?"

Myeong Soo menghampiri Halmoni lalu memeluknya.

"Halmoni, bogosipoyo..." ucap Myeong Soo riang seakan tidak pernah terjadi apa-apa.

"Kau kemana saja selama ini?" tanya Halmoni, air matanya mengalir deras.

"Halmoni? Wae irae?" tanya Myeong Soo kebingungan. "Kenapa kau jadi berlebihan seperti ini Halmoni?"

Halmoni mengkerutkan dahinya karena bingung mendengar ucapan Myeong Soo. Apa yang ditanyakan Halmoni adalah sebuah kewajaran, dia sudah lama tidak bertemu dengan cucu semata wayangnya.

"Halmoni, aku hanya mengalami kecelakaan kecil. Dan aku juga tidak meninggalkan rumah lama-lama. Kau lupa? Aku hanya menginap di rumah sakit selama beberapa hari," ucap Myeong Soo.

"Myeong Soo-ah?" Halmoni memegang wajah Myeong Soo. "Gwaenchanayo?"

Tiba-tiba Eomma menarik kursi roda Halmoni dan mengesernya sedikit jauh dari Myeong Soo.

"Eomma, Myeong Soo mengalami amnesia," ucap Eomma menjelaskan.

"Mwo?" Halmoni terbelalak mendengarnya.

"Hanya saja amnesia yang Myeong Soo alami sedikit aneh. Dia hanya melupakan sebagian dari memorinya yang berisi kenangan pahit yang belakangan ini dialaminya. Maka dari itu, sekarang ini Myeong Soo sama sekali tidak mengenal Jiyeon. Dia tidak ingat bahwa dia pernah menikah dengan Jiyeon. Ingatan terakhirnya adalah ketika dia pertama kali pindah ke Korea."

"Kenapa semua ini bisa terjadi?" Halmoni mengurut dadanya dengan wajah sedih.

"Eomma...gwaenchana?"

"Ne, gwaenchanayo," jawab Halmoni berusaha mengambil nafas banyak-banyak.

Tiba-tiba Myeong Soo menyahut. "Apa yang sedang kalian bicarakan?"

"Ne?" Eomma mengembalikan Halmoni pada Myeong Soo. "Um...aniyo...Eomma hanya sedang berusaha menenangkan Halmoni. Halmoni terlalu khawatir denganmu, jadi tidak heran jika respon Halmoni sedikit berlebihan saat melihatmu pulang ke rumah."

Saranghaeyo Jiyeon-ah (Reupload | Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang