09 : Bertemu

565K 31.9K 9K
                                    

Asya POV

AKU tersenyum tipis di depan cermin sembari mengelus perutku yang semakin lama akan semakin besar nantinya.

Rasa antusiasku untuk menanti kehadirannya semakin besar, aku selalu berusaha untuk hidup sehat dan mempertahankannya sampai dia terlahir di dunia.

Rasanya sebentar lagi Fano akan pulang.

Seperti biasa, mama Erika selalu memberiku segelas susu ibu hamil kepadaku. Sangat rutin sampai aku tidak tahu harus berkata apa lagi untuk seorang ibu yang bahkan orang tuaku sendiri tidak pernah bersikap seperti mama Erika.

Aku bersyukur karna dikehidupanku yang ini, aku disambut baik oleh keluarga Fano. Pikiran negatifku tentang keluarga Gibadesta salah besar. Tenta betapa cuek dan dinginnya keluarga ini, nyatanya hangatnya begitu besar disini.

"Udah diminum?" Suara seseorang membuatku menoleh, dan dia suamiku dengan seragam SMA-nya.

Aku tersenyum tipis, lalu mengangguk. Sudah hampir beberapa hari lamanya aku sudah menyimpan perasaan untuknya. Bagiku, dia adalah orang terbaik yang pernah kutemui. Bahkan orang tuaku saja jauh dari kata ini.

Tanpa terasa hatiku berdenyut, melihat betapa baiknya Fano bersikap.

Fano mengelus perutku.

"Asalamu'alaikum nak." Bisiknya.

Aku berusaha untuk menahan air mataku, lalu Fano berdiri.

"Maaf, tadi gue diajak main sama temen. Jadi pulangnya malem." Jelas Fano. Aku tersenyum menanggapi.

"Nggak apa apa. Kamu udah makan?" Fano mengangguk.

"Yaudah kamu mandi dulu sana. Terus jangan lupa belajar ya." Ucapku sembari tersenyum membuat Fano terenyuh lalu tangannya terangkat untuk mengelus puncak kepalaku.

"Makasih ya." Balas Fano, lalu ia melangkahkan kakinya meninggalkanku sendirian.

Boleh tidak sih aku menangis?

Rasanya dadaku sesak. Aku benar benar cengeng. Tapi memang kenyataannya begitu indah bagiku. Diperlakukan manis saja aku benar benar merasa sangat bahagia.

Rasa bahagiaku mengalir dalam air mataku. Aku mengelus perutku.

"Makasih sayang....karna kamu...mama bisa nemuin seseorang yang begitu tulus menerima mama yang sudah jelas jelas tidak ada harganya ini...makasih..." bisikku.

Aku berharap, akan terus diperlakukan seperti ini. Tapi, apakah Tuhan membiarkanku untuk merasakan ini lebih lama lagi?

...

Author POV

Saat melihat Fano yang sedang berkutat fokus dengan bukunya, Syasya memilih untuk tidak mengganggunya dan langsung menjauh dari ruangan belajar Fano.

Saat tengah berjalan, pas sekali Syasya berpapasan dengan Devan -Ayah Fano-.

"Sedang apa kamu? Belum tidur?" Tanya Devan..

Syasya menoleh, lalu tersenyum hangat.

"Ini aku mau tidur, Ayah." Balas Syasya. Lalu Devan tersenyum dan lagi lagi puncak kepala Syasya di elus.

"Yaudah, istirahat ya. Biarkan Fano fokus disana." Ucap Devan dan langsung diangguki oleh Syasya.

Dengan segera Syasya berjalan menaiki tangga untuk segera tidur. Baginya, nilai Fano adalah yang terpenting. Fano harus sukses dan melanjutkan perusahaan besar milik ayahnya.

Saat di atas, Syasya mulai membaringkan tubuhnya. Cukup lama sampai akhirnya dia tertidur pulas sampai pagi.

...

Asya Story (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang