"Wahh Tasya, lo nggak ada niatan jadi pelakor kan?" Ucapan pedas itu keluar langsung dari mulut Kezia.
"Ahaha iya tuh. Cuma pengin ngingetin aja, si Fano tuh udah ada yang punya. Statusnya udah jelas banget lagi ya nggak Kez?" Kini suara itu keluar dari Fira.
Tasya menatap Kezia dan Fira bergantian dengan raut tak bersahabat.
"Lo berdua tuh kenapa sih?! Mojokin gue mulu." Balas Tasya dengan nada tinggi.
Kezia langsung bangkit dan kini tatapannya dengan Tasya begitu dekat, "ya gue nggak suka aja lo deketin Fano. Apalagi sekolah kita kan sama dia udah beda, bisa bisanya dia nganterin lo sampe sekolah. Nggak ngotak aja itu si Fano." Cetus Kezia geram.
"Gue juga bareng sama dia kebetulan zia!" Ucapnya. Yang pada sebenarnya ia yang menghampiri Fano.
"Oh yaaaaa??? tapi lo sendiri tahu lah Fano itu udah ada yang punya. Hargailah pemiliknya di rumah." Tambah Fira ikut berdiri.
Tasya berusaha mengontrol emosinya, dengan segera ia keluar kelas agar pertengkarannya dengan kedua teman dekatnya tidak berujung semakin panas.
Semenjak acara Reoni SMP, Tasya merasakan bagaimana sikap Fira dan Kezia padanya.
Tasya sendiri sebenarnya tidak ingin bertengkar dengan keduanya, namun entahlah, kezia dan Fira selalu bisa membuat emosinya mendidih.
Lain dengan Fano yang sudah di rubungi kedua temannya kecuali Alex.
"Fan! Kok lo bareng si Tasya? Jangan jangan lo masih ada perasaan ya sama dia." Suara itu keluar dari mulut Zafran, Fano hanya menatap Zafran datar tidak menjawab sama sekali.
"Yaudah Syasyanya buat gue aja lah Fan..sayang.." Andi mulai menambahi, Fano tetap bungkam. Dirinya benar benar malas membicarakan hal yang tidak penting.
"Syasya kan punya Fano Ndi! Bege lu mukanya langsung merah tuh si fano..mampus lu." Benar kata Zafran, saat Andi melihat wajah Fano, Fano terlihat menahan emosinya. Entahlah kenapa dia begitu kesal ketika Andi membawa bawa nama Syasya.
"Eitsss...santai bang...bercanda kok gue. Kagak serius ini bang, suer deh." Ucap Andi.
"Ngomong sekali lagi gua bacok lu." Barulah Fano bersuara membuat Andi dan Zafran tertawa keras.
"Iya iya ampun, nggak lagi lagi dah bercanda sama jagoan sekolah." Ucap Andi meledek.
Sedangkan Zafran hanya menggeleng geleng melihat tingkah Fano yang benar benar sangat dingin. Entah mengapa mereka tidak merasa keberatan untuk mempertahankan persahabatan mereka.
Hanya saja, semenjak kejadian itu, Fano si dingin..menjadi lebih dingin lagi dan pastinya lebih parah dari sebelumnya.
...
"Sayang!" Panggil Erika pada Asya yang tengah memotong bawang. Kini mereka berdua tengah berada di dapur. Dan syasya tentunya tengah membantu Erika.
"Ya ma?" Jawabnya menoleh sebentar lalu kembali memotong bawang.
"Besok mama sama ayah mau pergi ke semarang ada acara pernikahan anaknya temen Ayahmu. Kira kira seminggu lah mama perginya. Nggak papa kan?" Tanya Erika, lalu Syasya menghentikan aktivitasnya.
"Loh kok lama banget ma seminggu?"
"Ehehe. Kan mama sekalian mau lama lama berduaan sama ayahnya Fano." Dan ucapan Erika membuat senyum Syasya mengembang.
"Ehh..bagus dong ya kalau begitu. Iyadeh ma nggak papa kok." Ucap Syasya. Lalu Erika membalasnya dengan senyum.
"Iya bagus juga buat kalian bermesra mesraan selagi mama sama Ayah nggak ada. Ya kan?" Godaan erika membuat Senyum Syasya memudar.
Mendengar itu, Syasya tidak begitu yakin akan bisa seperti itu. Percayalah, hubungannya dengan Fano tidaklah seintim itu.
"Kok wajah kamu murung gitu sya? Mama nggak salah bicarakan?" Mendengar itu Syasya langsung menggeleng.
"Mama apa apaan sih ih..enggak kok. Mama nggak salah, cuma ya- nggak akan bisa kayak gitu kali mah." Balas Syasya mencoba mengalihkan rautnya.
"Kok nggak bisa? Oh iyaiya, mama belum ngasih tau ya ke kamu kesukaan Fano?" Seketika dada Syasya berdebar.
"hm..memangnya apa ma?" Tanya syasya.
"Itu loh, Fano itu suka di cium lehernya." Mata Syasya melebar.
"Astaga."
"Dengerin dulu. Fano itu dulu waktu kecil maunya di cium di leher. Dia nggak mau pipinya di cium, dan sampai sekarang tentunya."
Syasya terdiam. Meresapi ucapan yang di keluarkan Erika. syasya pernah kok mencium pipi Fano waktu itu...dan reaksi Fano begitu terkejut. Pasti waktu itu Fano kesal.
"O..oh ya? Fano suka di cium lehernya?"
Erika mengangguk antusias.
"Coba deh! Pasti dia seneng." Seketika Syasya terdiam.
Bisakah ia melakukannya? Pada...Fano-nya? Batin Syasya.
...
Sehari lagi ujian fano selesai. Rasanya Fano begitu menunggu hari itu. Sampai di rumah ia langsung merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Hal itu mengundang Erika untuk berbicara.
"Heh! Fano!" Fano membuka matanya dan menatap erika datar.
"Baru pulang itu langsung ke kamar, ganti baju. Bukannya tidur di sini." Semprot Erika.
Fano menghela nafasnya, "iya iya." Balasnya sembari bangkit dan melangkahkan kakinya santai.
"Oh iya...fano, besok mama sama ayah pergi."
"Iya." Balas Fano.
"Ck! Nggak nanya gitu mau kemana?" Sindir Erika, membuat Fano mendengus pelan sembari melangkahkan kakinya santai ia bersuara.
"Emang kemana?" Tanyanya malas.
Erika tersenyum gembira, "Jalan jalan dong! Ahahaha."
"Oh iya." Fano hanya menanggapi itu lalu saat sudah hampir hilang dari balik tembok ia kembali bersuara, "Fano masuk."
Setelah itu Fano hilang dari balik tembok. Sedangkan Erika berdecak kesal.
"Ampun deh punya anak nggak jauh beda sama bapaknya. Cuek banget." Gerutu Erika sembari melangkahkan kakinya menuju kamar.
Sedangkan Fano saat memasuki kamarnya, terdiam ketika mendengar Asya sedang bernyanyi.
" Ingin ku ulang hari
Ingin ku perbaiki..."Fano kembali bersembunyi di balik pintu, takut kehadirannya membuat Syasya menghentikan suara indahnya yang ternyata Syasya miliki.
Syasya masih terus bernyanyi dan tidak menyadari kehadirannya.
"Kau sangat ku butuhkan
Beraninya kau pergi dan tak kembali..."Syasya menarik nafasnya lalu memejamkan matanya mencoba mendalami lirik.
"Di mana letak surga itu..."
"Biar ku gantikan tempatmu denganku." Lalu Syasya kembali membuka matanya.
"Adakah tangga surga itu.."
" Biar ku temukan untuk bersamamu..."
KRIEEEETT
Saking terhanyutnya dalam suara Syasya, Fano limbung dan tanpa sengaja mendorong pintu membuat Syasya langsung melotot ke sumber suara.
Pintu sudah menjeblak memperlihatkan Fano yang mukanya merah padam. Begitupun asya.
"Fa-fano.."
Fano langsung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Gue...gue baru dateng kok." Ucapnya dengan wajah bodoh. Baiklah, Fano langsung berlari kecil ke kamar mandi dan segera masuk.
Sedangkan syasya langsung mengubah rautnya menjadi bingung. Seharusnya ia yang salah tingkah, tapi...kenapa jadi Fano yang salah tingkah?
Senyum Syasya langsung mengembang.
...
MAU LANJUT NGGAK?
KAMU SEDANG MEMBACA
Asya Story (SELESAI)
Teen FictionSudah di terbitkan oleh penerbit Rainbookpublishing (FOLLOW SEBELUM BACA!) TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online) Rank #1 teenfiction 25/05/2019 Rank #1 Romance 05/06/2019 Rank #1 fiksiremaja 05/06/2019 Kisahku bermula keti...