hai jangan lupa beli buku Asya yah di gramedia atau di TBO
SETELAH ganti baju, Asya menuruni tangga perlahan dan melihat ada Fano di ruang tamu tengah sibuk memainkan laptopnya. Entah apa yang dikerjakannya dari semalam.
Asya mendekat, lalu ia berdeham membuat Fano mendongak dan mendapati Asya tersenyum. Tiba-tiba saja jantung Fano berdetak begitu cepat, dirinya tidak tahu kenapa, yang jelas, Fano merasa deg-degan.
"Fano lagi apa?" Tanyanya sembari duduk di samping Fano. Asya rasa, sekarang ia sudah mulai terbiasa dengan Fano, tidak seperti dulu yang selalu gugup dan takut ketika ingin berbicara pada Fano.
Fano menutup laptopnya lalu menatap Asya, "Nggak ngapa-ngapain," balasnya. Asya hanya mampu menghela nafasnya, sedari kemarin ketika Asya bertanya 'sedang apa?' Pasti jawaban yang di keluarkan Fano 'nggak ngapa-ngapain' atau bahkan tidak menjawab pertanyaannya.
Asya menunduk seraya memainkan jarinya, hal tersebut mengundang tanda tanya untuk Fano.
"Lo mau sesuatu?" Tanya Fano tiba-tiba membuat Asya mendongak lalu menatap Fano bingung.
"Maksud, Fano?" Tanya Asya balik karna bingung dengan lontaran pertanyaan Fano yang langsung ke inti.
"Maksud gue, kali aja lo mau apa gitu. Cuma nggak berani ngomongnya." Penjelasan Fano membuat Asya menunduk malu. Ya, entah mengapa akhir-akhir ini, kata-kata yang dikeluarkan Fano begitu membuatnya senang atau bahkan bahagia.
"Enggak kok, nggak minta apa-apa," jawab Asya dengan wajah polosnya. Fano menghela nafasnya pelan.
Lalu ia mengenyampingkan laptopnya lalu mengambil tangan Asya. Seketika Asya panas dingin karna perlakuan Fano.
"Lo laper nggak?" Tanya Fano, Asya terdiam sejenak lalu mengangguk.
"Kita makan di luar aja ya. Sekalian nyari udara, gue yakin lo pasti bosen kan ngirup AC mulu." Ucapan Fano langsung mendapati gelengan dari Asya.
"Enggak kok. Aku juga masih ngirup udara luar, kan kalo pagi aku suka nyiramin-"
"Iyain aja sih elah," potonh Fano dengan raut kesal. Asya langsung menarik sudut bibirnya.
"Hm..iya..iya," ucapnya memperbaiki seraya menampilkan wajah menggemaskannya. Tangan Fano terangkat dan langsung mengacak-acak rambut Asya dengan rasa sayang.
"Yuk," ajak Fano sembari bangkit di ikuti Asya.
Semoga, ini awal dari rasa yang akan berujung kebahagiaan bukan penyesalan yang berakhir menyedihkan.
***
Tasya merengut sebal ketika pesan yang ia kirim pada Fano tak kunjung di baca, setidaknya baca walaupun pada akhirnya tidak di balas. Entahlah, Tasya merasa Fano sedikit berubah. Dengan perasaan berkecamuk ia menjalankan mobilnya sampai di sebuah mini bar.
Saat masuk ke dalam, ia menemukan Alex tengah menyendiri seraya meminum Wine-nya. Entah sudah gelas keberapa atau mungkin botol yang ia teguk, dengan segera Tasya menghampirinya.
"Lex! Depresi lo?" Pertanyaan Tasya membuat Alex mendongak. Ya, Alex sudah menghabiskan hampir 7 botol tapi ia tidak merasa mabuk sama sekali. Justru ucapan mengerikan itu masih terus terngiang diotaknya. Pikirnya kalau ia mabuk, memori sialan diotaknya ini hilang. Nyatanya justru sebaliknya.
"Ya! Bahkan gue udah habis tujuh botol tapi nggak mabok-mabok. Heran anjing!" Pekik Alex kesal. Sedangkan Tasya justru tergelak mendengar ucapan Alex, dengan perlahan Tasya duduk di sampingnya.
"Kebiasaan minum lo tuh kalo pas lagi gila aja kan. Kali ini apa masalahnya?" Pertanyaan Tasya sanggup membuat Alex terdiam. Tasya memang sudah tahu betul Alex. Alex mengusap wajahnya kasar, lalu mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asya Story (SELESAI)
Novela JuvenilSudah di terbitkan oleh penerbit Rainbookpublishing (FOLLOW SEBELUM BACA!) TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online) Rank #1 teenfiction 25/05/2019 Rank #1 Romance 05/06/2019 Rank #1 fiksiremaja 05/06/2019 Kisahku bermula keti...