"Kamu yakin Fan? Jangan ambil keputusan begitu aja. Ayah cuma ingin kamu jadi yang terbaik." Ucap Devan menanggapi ucapan yang baru saja anaknya katakan.
Sedangkan Fano memiringkan kepalanya sembari menimang, lalu ia kembali kepada posisi semula.
"Yakin Yah. Yaudah Fano ke kamar dulu." Ucap Fano finalnya lalu pergi meninggalkan ruang kerja Ayahnya.
Sedangkan Devan hanya bisa menghela nafasnya.
Fano terus melangkahkan kakinya sampai ke kamar dan mendapati Asya-nya tengah menulis sesuatu. Entah tulisan apa yang ia ukir saat ini. Namun itu sanggup membuat Fano penasaran.
Dengan berjalan perlahan agar tidak terdengar langkahnya, ia terus mendekat sampai pada saatnya ia mendengar suara seseorang.
"Ada apa fan?" Suara itu seakan mengetahui bahwa Fano ada di belakangnya. Fano mendengus pelan.
"Kok lo tahu sih ada gue?" Tanya Fano sembari memegang pundak Asya. Asya tersenyum simpul.
"Ada cahaya dari luar." Ucapnya sembari menunjukkan Cahaya dari pintu, lalu Fano berdecih. Pantas ketahuan.
"Lo nulis apa?" Tanya fano. Asya malah menutup bukunya.
"Hm, nulis..." asya terdiam sejenak membuat Alis Fano terangkat.
"Nulis puisi." Lanjutnya. Fano memutar bola matanya lalu melangkahkan kakinya menuju kasur dan segera menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.
"Lo bosen bukan?" Tanya Fano sembari memejamkan matanya. Asya mengangguk lalu menjawab, "Iya.."
Fano mengubah posisinya menjadi duduk lalu menatap Asya lekat lekat membuat Asya salah tingkah. Tangannya bergerak menepuk kasur disampingnya.
"Sini Sya." Ucap Fano.
Dengan perlahan Asya bangkit dari kursinya lalu berjalan menuju kasur dan langsung mendudukkan bokongnya di samping Fano.
Fano menoleh, "Novel lo emang udah abis semua di bacanya,hm?" Tanya Fano sembari merangkul Asya. Asya deg-deg an luar biasa. Namun sebisa mungkin ia berusaha untuk terlihat normal.
Asya mengangguk kaku. Membuat tawa Fano tercetak.
"Mau ke toko buku nggak?" Mendengar itu, Asya langsung menoleh antusias.
"MAU-" refleks ia terdiam karna suaranya yang terlalu besar. Ia menunduk malu, "maaf fan.."
Fano menahan senyumnya lalu menatap sinis Asya.
"Lo harus inget kata kata ini Sya." Ucapan Fano langsung membuat telinga Asya terpasang dan menunggu kelanjutan Fano.
Fano mendekatkan wajahnya pada Asya. Tentunya jarak mereka begitu dekat membuat Asya merasakan nafas Fano yang menerpa wajahnya.
"Sekali lagi lo minta maaf, gue cium bibir lo ampe lo kehabisan nafas." Ucap Fano dengan tatapan yang mematikan saraf Asya. Dengan cepat Asya memundurkan wajahnya.
"Muka lo merah." Ucap Fano membuat Asya semakin menyembunyikan wajahnya. Astaga, ada apa dengan Fano? Kenapa dia senang sekali ketika melihat rona timbul di kedua pipi Asya?
...
Kini Asya dan Fano sudah berada di pusat perbelanjaan Jakarta. Fano sibuk dengan ponselnya sedangkan Asya tengah sibuk memilih buku yang akan di belinya.
Rasanya Asya ingin sekali memborong semua novel yang ada di toko buku ini. Tiba tiba seseorang menepuk pundaknya. Sontak asya menoleh dan mendapati Fano.
"Ada apa Fan?" Tanya Asya.
"Gue ke toilet dulu. Lo beli yang banyak aja novelnya, gue yang bayarin tenang aja." Mendengar itu senyum Asya mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asya Story (SELESAI)
Teen FictionSudah di terbitkan oleh penerbit Rainbookpublishing (FOLLOW SEBELUM BACA!) TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online) Rank #1 teenfiction 25/05/2019 Rank #1 Romance 05/06/2019 Rank #1 fiksiremaja 05/06/2019 Kisahku bermula keti...