ASYA bangun pagi sekali, ia sudah membereskan rumah dan berbagai pekerjaan lainnya di jam 4 pagi.
Dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi, ingin sekali Asya membangunkan Fano, namun melihat lelaki yang tengah terbaring itu nyenyak sekali, membuat Asya mengurungkan niatnya.
Telponnya berdering, dan nama Erika tertera di layar ponselnya, dengan segera Asya menekan tombol hijau.
"HALO SAYANG APA KABAR?" Asya sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga.
"Ah..baik kok ma. Mama apa kabar? Kok nggak pulang pulang?" Pertanyaan Asya membuat Erika terkekeh di seberang sana.
"Ahaha, minggu mama pulang kok say, dua hari lagi. Ok?"
Asya memutar bola matanya sembari menahan senyumnya, lalu ia mengangguk, "Iya deh, yang lagi jalan jalan. Ehehe."
"Kamu jalan jalan juga dong Sya, ajak Fano lah."
Lagi lagi Asya tersenyum, "Iya, ma."
"Fano pasti belom bangun ya?"
"Iya, Ma. Kayaknya dia capek banget makanya aku nggak tega bangunin." Jawab Asya seadanya.
"Waduh, kalo kayak gitu minta di cium dulu itu mah. Fano kan manja aslinya, kamu nggak tahu ya?" Penjelasan dari Erika membuat pipi Asya bersemu.
"Emang..dia suka minta di cium?"
"Iya buru cium. Tuh anak kalau kecapekan suka minta cium."
Asya menyerngit bingung, kenapa Fano aneh sekali ya?
"Hm..i-iya ma."
"Good luck ya, Mama mau lanjut tidur nih. Soalnya jam 8 mau nemenin Papa ke tempat temannya."
"Mama hati hati ya sama papa, jaga kesehatan. Syasya tutup ya telponnya."
Nit. Asya menghela nafasnya pelan, astaga ternyata Fano manja.
Asya tidak habis pikir. Lelaki yang terlihat cuek, bengis, dingin ternyata aslinya-
Ia menggeleng cepat, lalu berjalan menuju kamar melihay Fano yang masih terbaring dengan selimut yang sudah jatuh ke lantai. Dengan hati hati Asya mendekat.
"Fa-" nafasnya tercekat saat matanya turun menatap bibir Fano. Sepertinya asya sudah gila teman teman, dia harus segera menghilangkan pikirannya anehnya.
"Fano bangun.." cicitnya. Sepertinya ia terdengar seperti orang yang tengah di landa ketakutan. Padahal hanya membangunkan fano. Sedangkan Fano masih bergeming tak bergerak sama sekali. Apa suaranya kurang besar?
"Fano BA-ngun..." lagi lagi ia seperti berbisik, lalu ia menunduk lesu, "Tapi kalo Fano ngantuk, lanjut aja deh tidurnya...maaf ya ganggu." Lanjutnya parau. Saat ia hendak berbalik tangannya di tarik seseorang membuatnya sontak terjatuh di atas Fano.
Tatapan keduanta bertemu, Asya menatap syok lelaki di bawahnya.
"Makasih udah di bangunin. Gue udah bangun." Bisik Fano membuat bulu kuduk Asya berdiri. Asya menjauhkan tubuhnya. Lalu Fano merubah posisinya menjadi duduk.
"Emang kamu denger aku Fan?" Tanya Asya. Fani terdiam sejenak lalu mengangguk.
"Iya."
"Perasaan tadi aku pelan kok." Jelasnya. Fano menaikkan sebelah alisnya.
"Masa?"
"Iya, kayak bisik bisik. Soalnya aku takut-"
"Bodo amat." Balas fano lalu bangkit dari tempat tidurnya dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Asya melongo di tempatnya setelah mendengar ucapan Fano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asya Story (SELESAI)
Teen FictionSudah di terbitkan oleh penerbit Rainbookpublishing (FOLLOW SEBELUM BACA!) TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online) Rank #1 teenfiction 25/05/2019 Rank #1 Romance 05/06/2019 Rank #1 fiksiremaja 05/06/2019 Kisahku bermula keti...